Revisi (23-09-2021)
Yuna heran, kenapa Alex malah ikut pulang bersamanya. "Hei Alex," Yuna menegur.
"Apa?" jawab Alex.
"Kenapa kamu malah ikut pulang bersamaku ke rumahku? Kenapa tidak pulang ke rumahmu saja?" tanya Yuna.
"Rencananya sih tadi pagi begitu. Tapi ayah dan ibu bilang mereka ada urusan dan pergi entah ke mana. Karena aku sedikit bosan, jadi aku berencana mampir ke rumahmu," ujar Alex.
"Hm... Jadi begitu," Tidak lama kemudian mereka sampai di rumah Yuna.
Yuna dan Alex yang sudah masuk ke dalam rumah, pergi menuju ruangan kerja raja dan ratu Lavender untuk menyapa orangtua Yuna.
Melihat pintu ruangan kerja sudah dekat, Yuna berlari dan mendobrak pintu ruangan tersebut. "Ayah, ibu, aku sudah pulang!" ujarnya.
Alex yang melihat Yuna, langsung terlihat lesu. "Yuna kenapa kamu harus mendobrak pintunya~"
"Selamat datang, anakku dan Alex," ujar ibu Yuna.
Alex dan Yuna baru sadar jika orangtua Alex juga berada pada ruangan itu. Yuna membungkukkan badan dan berkata. "Selamat sore yang mulia raja dan ratu. Raja dan ratu ada keperluan apa di sini?" Yuna bersikap formal.
Orangtua Yuna dan orangtua Alex yang melihat sikap Yuna merasa aneh. "Kenapa kamu tiba tiba bersikap formal kepada kami? Apakah kepalamu tadi terbentur? Santai sajalah," ujar ayah Alex.
"Hehe iya paman, tante," Yuna canggung.
"Ayahanda dan ibunda, sedang apa kalian di sini? Bukannya tadi kalian bilang ada kerjaan?" tanya Alex.
"Iya tadi ayah dan ibu memang pergi karena ada kerjaan. Tapi karena perkerjaannya telah selesai, jadi ayah dan ibu berencana untuk mampir ke mari untuk berbincang," ujar ayah Alex.
"Kebetulan kalian ada di sini, ayo duduk di sini dulu. Ada yang mau kami bicarakan kepada kalian," ujar ayah Yuna.
Waduh ini kenapa? Sepertinya ada masalah besar. Kami tidak berbuat masalah kan? Yuna khawatir.
Yuna dan Alex pun duduk bersebelahan. Kenapa semuanya berwajah serius? Sepertinya benar, sekarang ada masalah yang besar. Yuna tegang.
Ayah Yuna mengambil nafas dan mulai berbicara. "Yang mau kami bicarakan adalah, sebentar lagi pertemuan antara kerajaan akan diadakan. Maka ayah, ibu dan orangtua Alex, akan pergi ke sana selama beberapa hari. Jadi kami harap kalian jangan membuat masalah sedikitpun selama kami pergi," ayah Yuna memperingati mereka.
"Kenapa pertemuan itu diadakan, ayah?" tanya Yuna.
"Ayah juga kurang tahu. Tapi kemungkinan besar hanya, percakapan biasa antara kerajaan," jawab ayah Yuna
"Oh begitu ya..." Haha untunglah bukan masalah yang besar. Yuna lega.
"Baiklah kami tidak akan berjanji tidak membuat masalah," ujar Yuna.
"Hm, bagus!Eh apa?" ayah Yuna baru sadar ada yang aneh.
"Coba kamu ulangi perkataanmu tadi nak," ayah Yuna menyeringai.
"Aku tidak berjanji," ujar Yuna dengan santainya.
Ayah Yuna langsung berdiri. "Yuna!" ayah Yuna kesal.
"Lari! Ada monster!" Yuna menarik tangan Alex dan berlari menuju ke luar. "Hei Yuna, tanganku jangan ditarik!" Alex lunglai.
"Awas kamu nanti ya!" teriak ayah Yuna.
"Haha sudahlah kawan, biarkan saja mereka bercanda seperti itu," ujar ayah Alex.
Ayah Yuna pun kembali duduk. "Hah... Iya kamu benar. Aku harap mereka, tetap bisa selalu bahagia seperti ini," harap ayah Yuna.
Alex dan Yuna berlari sampai ke depan pintu kamar Yuna. Alex dan Yuna, nafasnya terengah-engah.
"Hah-hah, kamu ini Yuna. Terlalu berani dengan orangtuamu," ujar Alex.
"Tidak apa, lagi pula... Ayah dan ibuku tidak mempermasalahkan hal itu. Karena aku sendiri tahu waktunya untuk bercanda dan waktu untuk serius. Dan juga aku sedikit lega karena orangtuaku bisa diajak bercanda," ujar Yuna.
"Jadi yang tadi itu, termasuk waktu bercanda ya? Hah... Terserah saja deh," ujar Alex.
Lalu seorang pelayan menghampiri Yuna dan Alex. "Permisi pangeran dan putri. Makan siang telah selesai disajikan," ujar pelayan.
"Oh baik, bi. Kami akan segera ke sana," jawab Yuna.
"Baik, saya permisi dulu," pelayan itu pun pergi.
"Ukh perutku keroncongan. Apa ya, menu makanan hari ini," Yuna kelaparan.
"Kamu ini ya, makanan aja nomor satu," ujar Alex.
"Tentu saja, jika tidak makan, maka kita tidak bisa berpikir dengan jernih," ujar Yuna dengan percaya dirinya.
"Iya-iya deh," mereka pun sampai di ruang makan, dan mereka makan sampai kenyang.
Setelah mereka selesai makan, pelayan datang kembali menghampiri mereka. "Permisi, pangeran dan putri. Raja menyuruh saya untuk memberitahu, bahwa mereka akan segera berangkat," ujar pelayan.
"Eh?! Udah mau pergi aja? Cepat sekali," Yuna terkejut.
"Yaudah ayo kita, lihat mereka pergi," Yuna dan Alex pun pergi ke luar, rumah dan melihat kepergian mereka.
"Kalian semua baik baik di sini ya," ujar ayah Yuna.
"Baik ayah~" jawab Yuna.
"Alex, untuk sekarang kamu menginap di sini dulu bersama Yuna, ya. Barang barang kamu juga sudah ayah letakkan di kamar tamu," ujar ayah Alex.
"Baik ayahanda," jawab Alex.
Mendengar hal itu Yuna sangat senang, dan langsung memeluk ayah Alex. "Aa! Terima kasih paman! Aku sayang paman~" Yuna memeluk ayah Alex dengan erat.
"Haha iya, paman tahu apa yang kamu inginkan," ujar ayah Alex.
Alex kebingungan mendengar obrolan mereka.
"Haha buah memang tidak jatuh, jauh dari pohonnya, ya," ibu Yuna tertawa.
"Iya kamu benar, mereka seperti dua orang yang sama," ujar ibu Alex.
"Yuna jangan memeluknya dengan erat," ujar ayah Yuna.
"Ih, ayah apa an sih? Ayah cemburu ya, karena aku tidak memeluk ayah?" Yuna menggoda ayahnya.
"Enak saja kamu bicara, lihat saja, uang jajanmu ayah potong," ayah Yuna mengancam.
Yuna yang tersentak kaget mendengar ucapan ayahnya. Yuna langsung memeluk ayahnya dan tersenyum lebar. "Ayah~ aku sayang ayah! Aku besok boleh pergi jalan jalan kan?" Yuna merayu ayahnya.
"Haha kamu ini, memang pandai merayu. Kamu besok boleh pergi, tapi harus ditemani dengan pengawal," ujar ayah Yuna.
Lalu Yuna berpikir. Alex dia pernah ikut pelatihan militer kan? Itu artinya kemampuan bela dirinya, setara dengan pengawal biasa kan? Ok aman deh ini. Pikir Yuna.
"Baik semuanya kami pergi dulu ya, jaga diri kalian semua," ujar ayah Yuna.
"Iya hati hati!" ujar Alex dan Yuna.
"Pulangnya yang lama ya~" gumam Yuna.
"Oi!" Alex menegur.
"Eh?! Kedengaran ya?" Yuna malu.
Lalu kereta kuda, mereka pun berangkat. Yuna dan Alex kembali masuk ke dalam. Alex dan Yuna pergi mandi dan berberes. Mulai dari matahari terbenam, mereka mulai memainkan berbagai permainan. Tentu saja Yuna mengatakan kepada Alex bahwa itu adalah tantangan. Jika tidak Alex tidak akan mau menerimanya.
Mereka bermain cukup lama, hingga makan malam telah siap dan mereka pun makan malam. Setelah selesai makan malam, mereka kembali bermain hingga larut malam. Kebanyakan permainan dimenangkan oleh Alex dan Yuna pantang menyerah. Mereka pun bermain hingga tertidur sendiri karena lelah.
Revisi (26-09-2021) Lalu di pagi harinya, mereka dibangunkan oleh pelayan. "Pangeran, putri, ayo cepat bangun. Ada surat untuk pangeran dan putri," pelayan menepuk nepuk tubuh mereka. Alex pun terbangun "Hoam~ sudah pagi ya?" Alex terbangun dan melihat ke arah Yuna. Namun Yuna yang dibangunkan masih tertidur lelap. "Putri! Ayo bangun putri Yuna!" pelayan masih berusaha membangunkan Yuna. "Hei.. Ada yang seorang putri jam segini masih tertidur lelap? Hei Yuna, bangun Yuna!" Alex ikut membantu membangunkan Yuna. Namun Yuna masih tidak mau bangun. Karena Alex kesulitan dia kebingungan harus berbuat apa. Lalu dia melihat ada segelas air yang terletak di meja. Alex pun mengambil gelas itu dan melemparkan airnya ke wajah Yuna. Byuur! air membasahi wajah Yuna. "Buah! Tolong aku tenggelam! Tolong!" Yuna mengigau. "Yaampun, hey Yuna, bangun! Sudah pagi ini!" Alex mengguncang tubuh Yuna. "Huh? 5 menit lagi... Aku masih me
Revisi (30-09-2021) Yuna dan Alex melihat pantulan cermin bersama. Terlihat wajah Yuna hang menjadi merah merona. "Jadi apakah kamu percaya, aku bisa sulap?" Alex tersenyum. Yuna menjadi malu dan menutupi wajahnya. "A-aku tidak tahu..." Yuna gugup. "Haha kamu ini mudah sekali dikerjai. Inilah akibatnya jika kamu menantangku," ujar Alex. Benar juga. Aku lupa, jika Alex sangat suka dengan tantangan. Setiap kali aku menantangnya, pastinya dia tidak akan ingin mengalah sebelum dia menang. Walau pun itu diriku, dia masih tetap tidak mau mengalah. Dia adalah orang yang akan berusaha bagaimana pun caranya agar mendapatkan kemenangan. Apakah dia adalah orang yang terobsesi kepada kemenangan? Pikir Yuna. "Baiklah sekarang mari kita pergi. Nanti kita pulang terlalu larut malam," ujar Alex. "Ayo... Tapi ini kita jalan kaki, atau ingin naik kereta kuda?" tanya Yuna.
Revisi (1-10-2021) Setelah memasangkannya, Yuna melihat penampilan Alex. "Hm, bagus!" Yuna mengangguk. "Benarkah? Seperti apa memangnya penampilanku?" tanya Alex. "Seperti pencuri," Yuna nyengir. "Terserahlah," Alex pasrah. "Tapi tidak itu saja. Topeng mata itu sesuai denganmu. Mulai dari bentuk dan warna sangat mendukung bentuK auramu," ujar Yuna. "Oh ya? Auraku memangnya seperti apa?" "Dingin, suram, dan menyedihkan" ujar Yuna cepat dan ringan, dan membentuk senyuman yang santai tanpa beban. "Sialan," Alex kesal. "Terima kasih bi untuk topengnya. Kalau begitu kami pergi dulu ya bi," Yuna menarik tangan Alex dan mereka pun pergi. Pelayan berdiri di pintu ke luar untuk melihat mereka pergi. Pelayan yang melihat kemesraan mereka menjadi iri. "Hah, indahnya kisah mereka ber
Revisi (14-10-2021) Yuna dan Alex berjalan maju mundur dan berputar, tanpa satu pun daru mereka menginjak kaki pasangannya. "Hoho, boleh juga kemampuanmu, Alex. Aku kira karena sudah lama tidak berdansa kemampuanmu akan memburuk, ternyata tidak," Yuna dengan tatapan yang meremehkan, mencoba memprovokasi Alex. "Aku akan menghiraukan ucapanmu tadi. Lebih baik sekarang kamu perhatikan langkah kakimu. Aku tidak ingin, nantinya kamu salah pijakan atau malah terpeleset. Dan itu akan membuatmu mempermalukan dirimu sendiri," Alex tidak terpancing. "Cih." Yuna kesal. Lalu seiring mereka berdansa, ritme dan tempo dari musik semakin lama semakin cepat. Alex dan Yuna pun menyesuaikan kecepatan gerakan mereka dengan musik. Rambut mereka terurai akibat hembusan angin malam dan gaun Yuna mengembang karena putaran dansa mereka. Keringat mulai keluar dari kepala mereka, tu
Revisi (15-10-2021) Sora memberikan garis tebal pada sketsa, lalu dia memberikan campuran warna gradasi pada lukisan. Untuk warna langit dia memberikan warna campuran antara biru dan hitam, serta putih dan kuning sebagai bintang di langit. Dia melakukannya dengan perlahan, agar hasil lukisannya sesuai dengan yang dia inginkan. Dia bergadang semalaman untuk mengerjakan lukisannya, dan dia baru tertidur dengan lelap pada jam 3 malam. Lalu keesokan harinya di sekolah. Aku menarik Sora dari lorong sekolah di tempat orang berkumpul melihat lukisan, menuju ruangan klub melukis. Pandangan orang orang tertuju padaku yang terlihat marah sambil menarik-narik Sora. Dengan rasa kesal dan marah di hatiku, aku mendorongnya dan memojokkannya ke dinding ruangan melukis. Lalu aku menarik kerah bajunya dan berkata. "Sialan! Apa yang kamu lakukan hah!?" aku yang geram kepadanya, melotot tajam padanya.
Revisi (19-10-2021) Setelah Yuna berlari dengan cepat dan tergesa-gesa, akhirnya dia sampai tepat di depan pintu klub ruangan melukis. Orang orang sudah ramai berkumpul di depan pintu, namun tidak ada yang berhasil berani menghentikan mereka. Yuna langsung membuka pintu dan masuk ke dalam sambil berteriak. "Alex hentikan!" Yuna menarik Alex menjauh dari Sora dan mengekangnya. "Yuna?! Apa yang kamu lakukan? Cepat lepaskan aku! Dia harus diberi pelajaran sekarang juga!" Alex meronta-ronta. Kesal dengan Alex yang tidak mau tenang, dia berdiri di hadapan Alex, lalu menendang kakinya. Duk! Tendangan Yuna tepat mengenai tulang kering Alex, yang membuat Alex langsung ngilu kesakitan. "Yuna sialan! Apa yang kamu lakukan!?--" "Kamu bisakah diam sekarang?" Yuna menatap tajam ke arah Alex. Alex langsung diam dan berusaha menenangkan diri. Yuna menghela nafas la
Yuna pun sampai di kelas dengan perasaan bersalah. Lalu Erika menghampiri Yuna. "Yuna, selamat datang!" Erika memperhatikan wajah Yuna. Terlihat wajah Yuna sangat murung."Yuna kamu kenapa murung? Apakah ada masalah?" tanya Erika."Tidak, aku baik-baik saja," jawabku dengan ragu.Yuna pun duduk kembali di kursinya. Alex melihat Yuna yang murung, namun Alex menghiraukannya.Haaah... Perasaanku jadi kacau, mendengar ucapan mereka tadi. Kenapa di umurku yang 18 tahun, aku baru menyadari betapa egoisnya diriku. Seharusnya aku sudah membantu Alex untuk berteman dengan yang lain sejak dulu. Bohong jika aku mengatakan jika aku tidak menyukai Alex. Bagaimana mungkin dua orang yang selalu bersama tidak akan tumbuh sebuah perasaan di antara mereka.Memang aku tidak ingin Alex menjadi milik orang lain, tapi... Aku akan lebih merasa bersalah jika menjadi teman yang mengekangnya. Aku harus be
Lalu keesokan paginya. Alex, Yuna, dan kedua orangtua mereka, akan sarapan pagi bersama.Yuna dan Alex masuk ke ruang makan bersamaan dan melihat orangtua mereka sudah bersiap di meja makan. "Selamat pagi," Yuna dan Alex memberikan salam bersamaan."Selamat pagi, anak-anak," jawab kedua orang tua mereka."Ayo cepat, kalian berdua ke sini. Kita sarapan bersama," ujar ayah Yuna."Baik." Yuna dan Alex pun segera duduk. Mereka semua pun mulai sarapan pagi bersama.Di selang sarapan pagi, ayah Alex mulai membuka obrolan. "Paman, selalu penasaran dan ingin menanyakan hal ini kepadamu, Yuna. Bagaimana keseharian, Alex, di sekolahnya?" tanya ayah Yuna."Dia? Anak paman ini hanya seorang cowok suram, dingin, dan pemarah. Bahkan di sekolah, dia mendapatkan julukan "pangeran es". Entah kenapa dia susah sekali untuk bergaul dengan orang lain," keluh Yuna.