Revisi (26-09-2021)
Lalu di pagi harinya, mereka dibangunkan oleh pelayan.
"Pangeran, putri, ayo cepat bangun. Ada surat untuk pangeran dan putri," pelayan menepuk nepuk tubuh mereka.
Alex pun terbangun "Hoam~ sudah pagi ya?" Alex terbangun dan melihat ke arah Yuna. Namun Yuna yang dibangunkan masih tertidur lelap.
"Putri! Ayo bangun putri Yuna!" pelayan masih berusaha membangunkan Yuna.
"Hei.. Ada yang seorang putri jam segini masih tertidur lelap? Hei Yuna, bangun Yuna!" Alex ikut membantu membangunkan Yuna. Namun Yuna masih tidak mau bangun.
Karena Alex kesulitan dia kebingungan harus berbuat apa. Lalu dia melihat ada segelas air yang terletak di meja. Alex pun mengambil gelas itu dan melemparkan airnya ke wajah Yuna. Byuur! air membasahi wajah Yuna.
"Buah! Tolong aku tenggelam! Tolong!" Yuna mengigau.
"Yaampun, hey Yuna, bangun! Sudah pagi ini!" Alex mengguncang tubuh Yuna.
"Huh? 5 menit lagi... Aku masih mengantuk," Yuna masih belum ingin bangun.
Lalu terlintas di pikiran Alex, cara agar Yuna dapat terbangun. Dia mendekati wajah Yuna dan berbisik di telinganya. "Kalau kamu tidak bangun, aku akan memberikanmu, ciuman selamat pagi, loh~" bisik Alex.
"Hyaah! Iya aku bangun! Jangan lakukan itu!" Yuna tersentak terbangun mendengar bisikan godaan dari Alex.
Pelayan yang dari tadi melihat tingkah mereka, menjadi malu sendiri.
"Ada apa, Alex? Aku ini masih mengantuk..." ujar Yuna.
"Itu, bibi mengatakan ada surat untuk kita berdua," jawab Alex.
"Surat? Surat dari apa, bi?" tanya Yuna.
"Dari raja Lavender," pelayan memberikan surat ke tangan Yuna.
"Surat dari ayah?"
"Kalau begitu saya permisi dulu, tuan pangeran dan putri," pelayan itu pun ke luar dan melanjutkan pekerjaannya.
"Perasaanku, entah kenapa rasanya tidak nyaman. Jika ini dari ayah, pastinya isi suratnya tidak akan jauh jauh dari ceramah pagi seperti biasanya," Yuna menjadi lesu.
"Ceramah pagi? Aku tidak akan heran, jika kamu diperlakukan seperti itu," ujar Alex.
"Hei! apa maksudmu?" Yuna melirik tajam ke arah Alex.
"Sudahlah cepat buka suratnya, aku ingin tahu isinya," ujar Alex.
"Padahal mereka baru saja pergi. Mereka tidak bisa melihat anaknya bebas sedikit pun ya," Yuna mengomel.
Yuna yang tidak bersemangat membuka surat dari ayahnya secara perlahan.
Isi surat: "Untuk putriku yang kusayangi. Jika kamu sudah bangun segera pergi mandi! Lalu sarapan! Dan kerjakan prmu!. Dan ayah ingin memberitahu bahwa kami telah tiba di sini dengan selamat. Beritahukan hal ini kepada Alex juga. Ini saja yang ingin ayah sampaikan."
Selesai Yuna dan Alex membaca, Yuna menjadi lesu. "Sudah aku duga, isinya ceramah dari ayah. Aku disuruh mandi, lalu makan, lalu mengerjakan prku? Pr? Memangnya kita ada pr ya Alex?" tanya Yuna.
"Hm... Tunggu sebentar, biar aku coba mengingatnya... Oh! Benar! Kita ada, pr! Kenapa bisa, aku lupa?!" Alex baru ingat.
Sesaat sebelum mereka diperbolehkan pulang, guru memberikan sebuah pengumuman. "Karena besok libur, jadi ibu ingin memberikan sebuah pr untuk kalian," ujar guru.
"Eh?! Kenapa harus ada pr sih bu?" murid murid mengomel.
"Banyak maunya kalian ya. Akan ibu tambah pr kalian. Kalian semua harus mencatat semua materi yang kita pelajari hari ini. Tidak boleh ada yang dirimu, paham?! Baik kalian semua boleh pulang," guru pun berjalan meninggalkan kelas.
Yuna dan Alex tidak protes, dan akhirnya mereka pulang bersama.
"Iya juga, kita disuruh mencatat kemaren!" Yuna juga baru ingat.
"Jadi bagaimana sekarang? Apa kita lebih baik kita tunda, dan pergi nanti malam saja?" tanya Yuna.
"Iya, lebih baik kita kerjakan tugas terlebih dahulu, agar nanti tidak ada beban di kepala. Dan pastinya sekarang kita harus mandi terlebih dahulu. Aroma tubuh kita sangat tidak enak," Alex menutup hidungnya.
"Jadi... Apa kamu mau mandi bersama?" Yuna menggoda.
"Kamu aku ceburin ke selokan ya?" Alex mengancam.
"Hehe bercanda," lalu Yuna dan Alex pun pergi mandi. Setelah selesai berberes mereka pun sarapan pagi dan seterusnya baru mengerjakan pr.
Malam hari pun tiba. "Hah... Akhirnya selesai juga," Yuna merenggangkan tubuhnya.
"Iya, ini juga salah kita, karena lupa mengerjakan pr. Padahal baru saja diberitahu, tapi sudah lupa saja. Apakah mungkin aku ini sudah tua?" ujar Alex.
"Kalau kami ingin menjadi tua, maka lakukan sendiri. Aku tidak ikut serta," lalu Yuna melihat ke luar jendela.
"Sudah malam hari saja ya. Waktu cepat sekali berlalu. Hah, nah sekarang ayo kita bereskan semua kekacauan di sini dan pergi berjalan jalan," Yuna mulai berberes.
Mereka pun selesai berberes. "Baiklah kalau begitu mari kita bersiap untuk pergi," ujar Yuna. Alex pun mengangguk.
Yuna dan Alex pun pergi bersiap-siap. Setelah bersiap mereka bertemu di ruang tamu. Yuna langsung memamerkan penampilannya kepada Alex. "Hehe, jadi bagaimana penampilanku pangeran es? Apakah aku terlihat cantik?" tanya Yuna.
Yuna menggunakan gaun renda berwarna biru. Yuna juga menggunakan pita berwarna merah untuk mengikat rambutnya menjadi ponytail. Dia juga menggunakan sepatu bertumit.
"Yap, kamu cantik sekali, putri bunga." Alex tersenyum.
Yuna wajahnya pun menjadi memerah, mendengar ucapan Alex. Aduduh, kenapa aku yang jadi malu sendiri?! Lagi pula, bagaimana bisa dia mengatakannya semudah itu? Akan aku coba menggodanya sedikit.
"Kamu juga tampan, bahkan kamu cowok tertampan yang pernah aku temui selama ini," Yuna memegang dagu Alex.
Yuna lalu memperhatikan penampilan Alex. Alex terlihat menggunakan setelah jas berwarna biru, dan dasi serta sepatu yang berwarna hitam. Dia juga menggunakan topi top hat.
"Baik, terima kasih jika begitu atas pujiannya putri Yuna yang cantik," Alex mengelus kepala Yuna.
Dia ini sepertinya memang mengira jika aku adalah anak kecil ya? Pikir Yuna.
Yuna menunjuk topi yang dikenakan Alex. "Kamu kenapa memakai topi seperti itu? Apakah kamu ingin membuat pertunjukkan sulap nantinya?" Yuna meledek.
"Jika itu yang kamu inginkan, maka aku bisa membuat sebuah keajaiban sekarang," ujar Alex.
"Huh? Keajaiban? apa yang memangnya bisa kamu buat? Kamu pikir, kamu itu adalah penyihir yang sama seperti di dalam dongeng," Yuna meremehkan.
"Aku bisa dengan mudahnya membuat wajahmu menjadi merah merona dalam sekejap," ujar Alex.
Yuna kebingungan. Alex mendekati Yuna secara perlahan, lalu mendekati wajahnya dan membisikkan kalimat di telinga Yuna. Yuna menjadi gugup dan kaku.
"Sekarang ini lebih baik kita segera pergi~ takutnya nanti kita pulang terlalu malam, jadi ayo, fuuh~" Alex menghembuskan nafasnya di telinga Yuna.
Yuna pun menjadi geli "Hii!" seluruh tubuh Yuna menjadi gemetar. Alex pun menjauh untuk melihat wajah Yuna.
Alex melihat wajah Yuna langsung menjadi merah padam, dan Yuna berkeringat dingin. "Alex, apa yang kamu lakukan?!" Yuna masih gemetar.
"Tidak ada, aku hanya berbisik di telingamu," ujar Alex.
"I-itu! Itu yang menjadi masalahnya!"
Hah... hah.. apa itu tadi? kenapa dia sangat agresif hari ini? biasanya aku yang selalu bertindak untuk menggoda, tapi sekarang malah aku yang terpojok?.
"Tidak usah mempermasalahkan hal itu, yang lebih penting, sekarang lihat wajahmu ini," Alex membawa Yuna ke cermin di lorong.
Karena mereka berdua sama-sama tidak mau mengalah. Akhirnya mereka berdua pun walau merasa ketakutan memberanikan diri untuk masuk ke dalam.Saat membeli tiket dan berdiri depan pintu saja mereka sudah merinding. Sambil menunggu antrian masuk. Mereka mendengar suara jeritan dan teriakan dari dalam ruangan. Serta suara-suara yang menyeramkan.Hal itu membuat Leon dan Erika semakin gemetar dan berkeringat dingin. Leon yang menyadari kalau Erika berkeringat langsung menyindirnya."Ih kamu kok keringetan begitu? Itu keringat dingin ya? Pasti kamu ketakutan kan?" tanya Leon."Enak aja kamu ya. Ini mah karena aku habis main tadi. Kamu sendiri tuh liat. Keringat banyak banget lagi. Mana bau lagi," jawab Erika."Eh enak aja mulutmu ya. Gini-gini aku masih harum ya." ujar Leon."Heleh." ujar Erika."Hiaah! Aku tidak sanggup lagi! Aku takut!" di tengah percakapan mereka berdua, tiba-tiba saja ada seseorang yang lari terbirit-birit ke luar dari pintu masuk sambil menangis karena ketakutan.Leon
Kemudian setelah beberapa saat. Mereka berdua sudah hampir mencapai ke sembilan puluh sembilan kalinya percobaan.Sementara itu Leon sudah muak dan jenuh terus-terusan kalah dan hanya menang beberapa kali saja."Waw ini sudah yang ke yang sembilan puluh sembilan kalinya loh, Leon. Apakah kau tidak bosan? Aku saja sampai mengantuk menunggu ini selesai. Kenapa tidak menyerah saja sih? Toh kamu hanya beberapa kali menang saja kan?" tanya penjaga kios."Sudah diamlah. Apakah kau mau kupukul?" tanya Leon."Oh enggak-enggak bang. Santai ya." jawab penjaga kios.Sembari Leon memasukkan pelurunya ke dalam pistol. Tiba-tiba saja dia melihat ada sebuah boneka kecil berbentuk kucing dan dia teringat dengan Erika yang sangat suka dengan kucing.Dari pada aku gak dapat hadiah. Aku coba incar boneka kucing itu deh. Pokoknya aku harus bisa dapat. pikir Leon."Hei bung. Jika kali ini aku bisa berhasil menembak. Maka aku mau hadiah boneka kucing yang ada di sana jadi milikku ya," ujar Leon sambil menu
"Karena kemarin aku sudah membantumu untuk drama ini. Sekarang bisakah kau dengarkan aku sebentar saja?" tanya Sora."Iya-iya. Cepatlah, aku akan mendengarkannya." jawab Alex."Ih itu anak masih saja kasar ya. Lihat aja nanti kupukul dia." ujar Yuna bisik."Aku suka padamu," ujar Sora."Hah!" Yuna ternganga dan berteriak di dalam hatinya.Jadi Sora suka sama Alex ya ... Apa yang harus kulakukan? Apa aku mundur saja ya untuk mendapatkan hati Alex?"Kamu sudah tahu apa jawabanku kan? Maaf dan terima kasih." jawab Alex."Hah! Apa-apaan itu? Kenapa jawabannya kayak begitu!" ujar Yuna teriak dalam hatinya."Jadi begitu. Kau tetap suka padanya. Hahaha aku memang bodoh. Padahal aku sudah tahu tidak akan menang, tapi tetap saja aku mencobanya. Yah baiklah, aku paham. Terima kasih atas jawabanmu." ujar Sora lalu kemudian dia berbalik dan segera pergi dari Alex."Tunggu sebentar. Apa yang baru saja terjadi? Alex menolaknya begitu saja?" Yuna sangat kebingungan."Hei Yuna mau berapa lama lagi ka
Dor! peluru datang melesat menembus kepala Sora. Sora memeriksa kepalanya."Hah? Apa ini? Kenapa ada darah ..." Bruk! Sora terjatuh.Alex datang mendekat dan memeriksa keadaan Sora."Bagus. Dia sudah tiada. Hm? Apa yang terjadi padamu Yuna? Kenapa kau terdiam?" tanya Alex setelah melihat Yuna."Hah? Tidak ada. Aku hanya sedikit terkejut saja. Terlalu banyak hal yang mengejutkan. Aku sedikit pusing." ujar Yuna."Itu hal biasa. Kau mungkin cukup awam akan hal ini," ujar Alex."Awam matamu. Lagi pula bagaimana bisa seorang penyihir kalah begitu saja?" tanya Yuna."Oh kalau masalah itu. Sebenarnya aku sudah menyiapkan seorang sniper dan juga alat penghalang sihir di sekitar tempat ini. Jadi dia tidak akan bisa mendeteksi ada sniper yang sedang mengintainya. Ide bagus kan?" ujar Alex."Kau benar. Sangking bagusnya aku sampai kaget." ujar Yuna.Lalu mereka kembali melanjutkan dramanya sampai pada akhirnya Alex dan Yuna menikah pada di ceritanya.Walau Yuna sempat beberapa kali kesulitan unt
"Apa maksudmu Alex! Kenapa kau sekarang seperti ini? Sejak kau bertemu dengan dia, kau jadi orang yang berbeda." tanya Yuna kesal."Apa yang kau katakan? Aku benci sekali dengan sifatmu yang sangat kekanak-kanakan itu. Sejak aku bertemu dengan Sora, aku akhirnya paham apa artinya cinta itu," ujar Alex."Cinta kau bilang! Kau itu tunanganku! Kenapa kau bisa jatuh cinta dengan gadis lain? Apa kau gila? Kita sudah selalu bersama kau tau!" ujar Yuna."Kau tahu. Kenangan itu tidak selalu bisa tumbuh menjadi cinta. Dan yang perlu kau tahu, pertunangan kita itu hanya karena urusan politik," ujar Alex."Apah iya?" Ayah Yuna menyeringai.Mendengar ucapan dari Alex. Yuna hanya bisa menundukkan wajahnya dan terdiam."Baiklah ... Kalau itu yang kau mau. Lihat saja kau wanita jalang. Akan kuberi kau pelajaran," ujar Yuna.Kemudian Yuna pun pergi dengan perasaan yang sangat kesal."Kau baik-baik saja Sora? Apakah ada yang sakit?" tanya Alex."Hehe, tidak apa kok Alex. Aku baik-baik saja. Lihat nih!
"Aku penasaran bagaimana putriku tampil malam ini?" ujar ibu Yuna."Apa yang perlu kau tanyakan? Dia itu kan anak kita. Pasti dia akan sangat hebat. Ayo anakku semangat! Tunjukkan yang terbaik!" ayah Yuna bersorak menyemangati Yuna."Hahaha!" semua orang tertawa "Masalahnya bukan begitu. Apakah kau tidak ingat bagaimana saat Yuna masih sd dan pertama kali ingin tampil drama? Kan waktu itu karena sangking gugupnya dia sampai ngompol di celananya. Dan dia pada akhirnya tidak jadi ikut main dramanya," ujar ibu Yuna khawatir."Hm ... Yah kau tidak salah sih ... Tapi ya sudahlah. Mari ikuti saja acara ini dengan tenang," jawab ayah Yuna."Hehe, sepertinya ayahmu sedang asik membicarakan tentang kejadian kau waktu sd," ujar Alex menebak setelah mengintip ke arah penonton."Iyakah? Memangnya kenapa waktu sd ... Ah sialan kau. Mana mungkin mereka membicarakan itu. Mengingat hal itu aku aja jadi ingin buang air kecil dulu," ujar Yuna."Ya sudah. Sana cepat. Biar aku suruh mereka untuk mengulu