Share

Test DNA

"Kalian dengar sendiri kan?" Jonny berkata dengan penuh kemenangan, lantas melempar sebuah dokumen di atas meja. "Silahkan periksa berkas-berkas ini, Pa! Aku juga sudah memeriksa semua rumah sakit dan tempat bersalin di kota yang Lolita tempati lima tahun yang lalu."

Baik Hansel dan Lolita hanya bisa terdiam tanpa berani melakukan pembelaan. Mereka sudah terbiasa dengan tuduhan Jonny yang tak pernah bosan mencari masalah.

Meski marah menyertai tatapan, namun Hansel terlihat siap dengan konsekuensi yang akan dihadapi atas kebohongan yang mereka lakukan selama ini.

Akan tetapi, sang ibu yang selalu berdiri di belakang kesuksesan Hansel tidak mau tinggal diam. Hannah tidak akan menelan mentah-mentah cerita dari Jonny. Mengingat Jonny selalu iri dengan keberhasilan dan pencapaian Hansel, tidak heran jika pria itu selalu mencari-cari kelemahan anaknya.

"Aku hanya percaya pada Hansel. Tidak mungkin putraku melakukan kebohongan sebesar itu padaku. Dua wanita ini pasti orang suruhanmu," kata Hannah dengan lantang, membuat Hansel merasa bersalah.

"Aku setuju dengan Hannah," Hilman mengikut saja.

Sedangkan Jonny yang mendengarnya langsung tertawa terbahak-bahak. "Silakan tanyakan pada menantumu yang mandul itu! Tanyakan hubungannya dengan kedua wanita ini!" suruh Jonny sambil menunjuk ke arah Lolita.

Lolita sontak memeluk putranya sembari memejamkan mata. Sakit, tentu saja dia sakit hati dengan hinaan itu. Di depan keluarga, Lolita dipermalukan oleh adik iparnya sendiri.

Hansel mati kutu. Tidak ada gunanya melakukan pembelaan, karena anak yang mereka bawa adalah benar anak angkat. Pun dengan dua wanita yang memberi kesaksian adalah mantan asisten rumah tangga yang pernah bekerja dengan Lolita.

"Kami tidak akan kalah begitu saja. Untuk membuktikan kejelasannya, kita akan lakukan test DNA," Hannah yakin dengan pikirannya. Sampai kapanpun, dia akan tetap berada di pihak sang anak dan menantunya.

Lagi pula, Hansel dan Aarav sangat mirip, keduanya pasti adalah ayah dan anak, pikir Hannah dengan yakin. Tak sekali pun dia menghiraukan kekhwatiran yang terlukis di wajah Hansel dan Lolita.

"Itu ide yang sangat bagus," Joanna ikut mengutarakan pendapatnya. "Jika Hansel terbukti melakukan kebohongan, dia tidak hanya akan diturunkan dari jabatannya. Semua fasilitas yang diberikan untuk mereka berdua harus segera ditarik," ungkapnya dengan jumawa.

Seolah-olah Joanna sedang berada di puncak kemenangan, dia mengangkat tinggi kepalanya ketika berbicara.

Di lain tempat.

Sherly sedang menunggu hasil dari test yang sudah dijalani beberapa hari sebelumnya.

Dengan perasaan campur aduk, Sherly duduk di depan seorang pria tampan nan gagah. Dia harap-harap cemas menunggu keputusan final. Karena terlalu grogi, tangan Sherly mulai basah, punggungnya juga mulai terasa basah akibat keringat dingin.

'Semoga aku bisa mendapatkan pekerjaan ini,' Sherly berdoa dalam hati sembari menatap lurus ke depan. Dengan bekerja, dia bisa memiliki tabungan yang cukup untuk menemui sang anak yang belum pernah dilihatnya.

Setelah satu bulan berada di kota besar itu, ini adalah ke sekian kalinya Sherly melamar di beberapa perusahaan. Rasa gugup itu masih terlihat dan mentalnya bisa down jika lamaran kerjanya ditolak kembali.

Di kota asalnya, Sherly dengan sengaja telah meninggalkan pekerjaan pertamanya. Kali ini, dia juga menentang kedua orang tuanya dengan niat untuk mencari keberadaan anak yang telah dilahirkannya.

Mengingat tujuan utamanya, semangat Sherly kembali berkobar. Pantang menyerah adalah motto hidup Sherly ketika merindukan bayinya.

"Selamat bergabung, saudari Sherly." Pada akhirnya, ucapan baik itu terdengar juga. "Anda diterima bekerja di perusahaan ini." Pria bernama Santos itu mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.

"Ah ... benarkah?" Sherly terharu. Kedua bola matanya membulat sempurna. "Aku benar-benar diterima bekerja di sini?" dia memastikan lagi sebelum menerima uluran tangan Santos.

"Benar sekali, nona Sherly," balas Santos sedikit geram. Tangannya masih terulur, namun gadis di depannya seolah-olah sedang mengabaikannya. "Apa Anda berubah pikiran ingin menolak tawaran ini?" tanya Santos, tingkat kekesalannya sedikit meningkat.

"Tentu tidak, Pak." Dengan semangat empat lima, Sherly segera membalas uluran tangan itu. "Terima kasih, Pak, aku janji akan bekerja semaksimal mungkin, memberikan yang terbaik untuk perusahaan ini," ucapnya sambil menggoyang-goyangkan tangannya.

Setelah kepergian Sherly, Santos melirik kembali berkas lamaran Sherly. Masih jauh di bawah standar, namun karena Santos menyukai semangat Sherly, dia kembali mempertimbangkannya dan memberi gadis itu kesempatan.

"Apa karena wajahnya yang cantik?" Sofia yang duduk di sebelah Santos menggoda. "Aku harap kamu tidak menyesalinya jika ternyata gadis itu tidak memiliki kontribusi yang baik pada perusahaan ini. Penampilan memang penting, tapi ingat, tugas kita di sini menyaring para pekerja dengan bakat yang mereka miliki, bukan tentang fisik semata."

"Jangan berprasangka buruk dulu, lebih baik cepat panggilkan kandidat berikutnya!" suruh Santos dengan acuh.

"Baiklah, aku di sini hanya mengingatkan," balas Sofia, lantas memanggil pelamar berikutnya.

Dalam hati, Santos mengakui jika telah jatuh cinta dengan Sherly pada pandangan pertama. Pada pertemuan awal, dia juga yang telah memberi bantuan dan mempermudah Sherly ketika dalam masa pengetesan.

Akan tetapi, Santos tidak akan mungkin mengungkapkan isi hatinya. Sebisa mungkin, dia akan menahan diri sebelum mengetahui kehidupan Sherly lebih dalam lagi.

Di luar gedung, Sherly segera menghubungi kakaknya by phone.

Hanya beberapa detik, panggilan langsung tersambung.

"Kakak, aku sudah mendapatkan pekerjaan yang bagus, beritahu kak Sita kalau aku siap membayar berapa pun yang dia inginkan, asal dia memberitahu orang tua yang telah mengangkat anakku!" Sherly setengah memohon pada Selvi agar keinginannya dikabulkan.

[Bekerjalah dulu, Sherly, nanti kakak akan mencari cara agar Sita mau membantumu tanpa harus mempersulitmu."]

"Baiklah, aku akan bekerja dengan giat dan menabung untuk anakku," ucap Sherly disertai ekspresi bersemangatnya.

Sementara di ujung sana, Selvi terlihat murung saat mendengar semangat adiknya. Dia merasa bersalah dengan kebohongan yang sedang mereka rencanakan, yang mana Sita sebenarnya tidak pernah menginginkan uang dari Sherly.

Bayaran yang diberikan Lolita saja masih mengalir hingga detik ini, lalu bagaimana mungkin Sita tega menguras uang dari Sherly? Dia hanya terpaksa memainkan skenario jahat ini atas permintaan keluarga Sherly dan juga Lolita yang tidak mengharapkan ibu kandung Aarav datang kembali.

Dua minggu telah berlalu, hasil test DNA antara Aarav dan Hansel telah keluar. Tidak tanggung-tanggung, Alexander melakukan test DNA tersebut di lima rumah sakit yang berbeda.

Semua atas permintaan Jonny dan Tiffany sebagai keturunan Rossel yang paling mencurigai Hansel.

"Saatnya membasmi hama yang meresahkan ini." Jonny menatap tajam pada Hansel dan tanpa canggung mengutuk kakak tertuanya itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status