Share

Test DNA

Penulis: Anna Sahara
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-08 18:27:13

"Kalian dengar sendiri kan?" Jonny berkata dengan penuh kemenangan, lantas melempar sebuah dokumen di atas meja. "Silahkan periksa berkas-berkas ini, Pa! Aku juga sudah memeriksa semua rumah sakit dan tempat bersalin di kota yang Lolita tempati lima tahun yang lalu."

Baik Hansel dan Lolita hanya bisa terdiam tanpa berani melakukan pembelaan. Mereka sudah terbiasa dengan tuduhan Jonny yang tak pernah bosan mencari masalah.

Meski marah menyertai tatapan, namun Hansel terlihat siap dengan konsekuensi yang akan dihadapi atas kebohongan yang mereka lakukan selama ini.

Akan tetapi, sang ibu yang selalu berdiri di belakang kesuksesan Hansel tidak mau tinggal diam. Hannah tidak akan menelan mentah-mentah cerita dari Jonny. Mengingat Jonny selalu iri dengan keberhasilan dan pencapaian Hansel, tidak heran jika pria itu selalu mencari-cari kelemahan anaknya.

"Aku hanya percaya pada Hansel. Tidak mungkin putraku melakukan kebohongan sebesar itu padaku. Dua wanita ini pasti orang suruhanmu," kata Hannah dengan lantang, membuat Hansel merasa bersalah.

"Aku setuju dengan Hannah," Hilman mengikut saja.

Sedangkan Jonny yang mendengarnya langsung tertawa terbahak-bahak. "Silakan tanyakan pada menantumu yang mandul itu! Tanyakan hubungannya dengan kedua wanita ini!" suruh Jonny sambil menunjuk ke arah Lolita.

Lolita sontak memeluk putranya sembari memejamkan mata. Sakit, tentu saja dia sakit hati dengan hinaan itu. Di depan keluarga, Lolita dipermalukan oleh adik iparnya sendiri.

Hansel mati kutu. Tidak ada gunanya melakukan pembelaan, karena anak yang mereka bawa adalah benar anak angkat. Pun dengan dua wanita yang memberi kesaksian adalah mantan asisten rumah tangga yang pernah bekerja dengan Lolita.

"Kami tidak akan kalah begitu saja. Untuk membuktikan kejelasannya, kita akan lakukan test DNA," Hannah yakin dengan pikirannya. Sampai kapanpun, dia akan tetap berada di pihak sang anak dan menantunya.

Lagi pula, Hansel dan Aarav sangat mirip, keduanya pasti adalah ayah dan anak, pikir Hannah dengan yakin. Tak sekali pun dia menghiraukan kekhwatiran yang terlukis di wajah Hansel dan Lolita.

"Itu ide yang sangat bagus," Joanna ikut mengutarakan pendapatnya. "Jika Hansel terbukti melakukan kebohongan, dia tidak hanya akan diturunkan dari jabatannya. Semua fasilitas yang diberikan untuk mereka berdua harus segera ditarik," ungkapnya dengan jumawa.

Seolah-olah Joanna sedang berada di puncak kemenangan, dia mengangkat tinggi kepalanya ketika berbicara.

Di lain tempat.

Sherly sedang menunggu hasil dari test yang sudah dijalani beberapa hari sebelumnya.

Dengan perasaan campur aduk, Sherly duduk di depan seorang pria tampan nan gagah. Dia harap-harap cemas menunggu keputusan final. Karena terlalu grogi, tangan Sherly mulai basah, punggungnya juga mulai terasa basah akibat keringat dingin.

'Semoga aku bisa mendapatkan pekerjaan ini,' Sherly berdoa dalam hati sembari menatap lurus ke depan. Dengan bekerja, dia bisa memiliki tabungan yang cukup untuk menemui sang anak yang belum pernah dilihatnya.

Setelah satu bulan berada di kota besar itu, ini adalah ke sekian kalinya Sherly melamar di beberapa perusahaan. Rasa gugup itu masih terlihat dan mentalnya bisa down jika lamaran kerjanya ditolak kembali.

Di kota asalnya, Sherly dengan sengaja telah meninggalkan pekerjaan pertamanya. Kali ini, dia juga menentang kedua orang tuanya dengan niat untuk mencari keberadaan anak yang telah dilahirkannya.

Mengingat tujuan utamanya, semangat Sherly kembali berkobar. Pantang menyerah adalah motto hidup Sherly ketika merindukan bayinya.

"Selamat bergabung, saudari Sherly." Pada akhirnya, ucapan baik itu terdengar juga. "Anda diterima bekerja di perusahaan ini." Pria bernama Santos itu mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.

"Ah ... benarkah?" Sherly terharu. Kedua bola matanya membulat sempurna. "Aku benar-benar diterima bekerja di sini?" dia memastikan lagi sebelum menerima uluran tangan Santos.

"Benar sekali, nona Sherly," balas Santos sedikit geram. Tangannya masih terulur, namun gadis di depannya seolah-olah sedang mengabaikannya. "Apa Anda berubah pikiran ingin menolak tawaran ini?" tanya Santos, tingkat kekesalannya sedikit meningkat.

"Tentu tidak, Pak." Dengan semangat empat lima, Sherly segera membalas uluran tangan itu. "Terima kasih, Pak, aku janji akan bekerja semaksimal mungkin, memberikan yang terbaik untuk perusahaan ini," ucapnya sambil menggoyang-goyangkan tangannya.

Setelah kepergian Sherly, Santos melirik kembali berkas lamaran Sherly. Masih jauh di bawah standar, namun karena Santos menyukai semangat Sherly, dia kembali mempertimbangkannya dan memberi gadis itu kesempatan.

"Apa karena wajahnya yang cantik?" Sofia yang duduk di sebelah Santos menggoda. "Aku harap kamu tidak menyesalinya jika ternyata gadis itu tidak memiliki kontribusi yang baik pada perusahaan ini. Penampilan memang penting, tapi ingat, tugas kita di sini menyaring para pekerja dengan bakat yang mereka miliki, bukan tentang fisik semata."

"Jangan berprasangka buruk dulu, lebih baik cepat panggilkan kandidat berikutnya!" suruh Santos dengan acuh.

"Baiklah, aku di sini hanya mengingatkan," balas Sofia, lantas memanggil pelamar berikutnya.

Dalam hati, Santos mengakui jika telah jatuh cinta dengan Sherly pada pandangan pertama. Pada pertemuan awal, dia juga yang telah memberi bantuan dan mempermudah Sherly ketika dalam masa pengetesan.

Akan tetapi, Santos tidak akan mungkin mengungkapkan isi hatinya. Sebisa mungkin, dia akan menahan diri sebelum mengetahui kehidupan Sherly lebih dalam lagi.

Di luar gedung, Sherly segera menghubungi kakaknya by phone.

Hanya beberapa detik, panggilan langsung tersambung.

"Kakak, aku sudah mendapatkan pekerjaan yang bagus, beritahu kak Sita kalau aku siap membayar berapa pun yang dia inginkan, asal dia memberitahu orang tua yang telah mengangkat anakku!" Sherly setengah memohon pada Selvi agar keinginannya dikabulkan.

[Bekerjalah dulu, Sherly, nanti kakak akan mencari cara agar Sita mau membantumu tanpa harus mempersulitmu."]

"Baiklah, aku akan bekerja dengan giat dan menabung untuk anakku," ucap Sherly disertai ekspresi bersemangatnya.

Sementara di ujung sana, Selvi terlihat murung saat mendengar semangat adiknya. Dia merasa bersalah dengan kebohongan yang sedang mereka rencanakan, yang mana Sita sebenarnya tidak pernah menginginkan uang dari Sherly.

Bayaran yang diberikan Lolita saja masih mengalir hingga detik ini, lalu bagaimana mungkin Sita tega menguras uang dari Sherly? Dia hanya terpaksa memainkan skenario jahat ini atas permintaan keluarga Sherly dan juga Lolita yang tidak mengharapkan ibu kandung Aarav datang kembali.

Dua minggu telah berlalu, hasil test DNA antara Aarav dan Hansel telah keluar. Tidak tanggung-tanggung, Alexander melakukan test DNA tersebut di lima rumah sakit yang berbeda.

Semua atas permintaan Jonny dan Tiffany sebagai keturunan Rossel yang paling mencurigai Hansel.

"Saatnya membasmi hama yang meresahkan ini." Jonny menatap tajam pada Hansel dan tanpa canggung mengutuk kakak tertuanya itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kamu Milikku    Permintaan Maaf

    Hansel ingin mengejutkan istrinya setelah mereka kembali, namun kejutan itu satu persatu telah datang dengan sendirinya.Ya, orang tua Sherly lebih dulu masuk ke dalam ruangan itu. Rosali langsung memeluk Sherly, diikuti Selvi serta keluarga kecilnya. Sedangkan Morgu terlihat menunduk malu setelah memasukkan ruangan tersebut. Dia bahkan tidak berani menyaksikan kedekatan antara Sherly dan Selvi, juga dengan istrinya yang sangat menyayangi Sherly."Ayah ...!" Sherly menyebut panggilan itu pada Morgu. Meski pria tua itu bukan ayah biologisnya dan terang-terangan memutus hubungan dengannya, namun Sherly tetap menganggapnya sebagai ayah."Ayah, kemarilah!"Seketika Morgu terharu dengan panggilan itu. Dia langsung memeluk Sherly. "Ayah minta maaf, ayah sangat jahat padamu, ayah egois telah memanfaatkanmu selama ini," ucapnya dengan penuh penyesalan."Aku sudah melupakannya," balas Sherly dengan ikhlas. "Bagiku, kamu tetaplah ayahku."Saat itu, Rosali kembali mengusap rambut Sherly. Dia jug

  • Kamu Milikku    Ada Kejutan

    "Sherly ...!" Hansel berbisik di telinga istrinya untuk membangunkan wanita itu. "Sherly ... bangunlah, ini aku datang."Perlahan, Sherly mengerjapkan matanya dengan malas. Pada kehamilan yang kedua ini, dia mudah mengantuk. Matanya sudah tidak bisa diajak kompromi. Tubuhnya juga letih selama perjalanan. Itu sebabnya Ronald membiarkan Sherly beristirahat untuk malam ini saja, tapi dengan tangan yang terikat."Hansel ...." Dengan sebelah tangannya, Sherly mengucek mata. Dia masih ragu dengan penglihatannya yang samar-samar. "Kamu datang, ini benar benar kamu yang datang?" dia bertanya untuk memastikan apa yang dilihatnya bukanlah bagian dari mimpi."Ya, ini aku datang," Hansel membenarkan. Untuk meyakinkan Sherly, dia mengecup bibir wanita itu sebanyak tiga kali. "Tetap tenang di sini!"Seterusnya, Hansel langsung mencari cara untuk melepaskan ikatan tangan Sherly. "Apa kamu tahu kuncinya diletakkan di mana?" tanya Hansel setelah berusaha mencari kunci borgol yang mengikat tangan She

  • Kamu Milikku    Pengorbanan

    Setelah mendapatkan serangan dari anak buah Yoga, Hamza masih tidak menyesali perbuatannya. Alih-alih melarang atau meminta penjelasan secara detail, dia justru mendorong para penjahat itu agar melanjutkan misi mereka."Bawa saja dia pergi, terserah kalian ingin melakukan apa, aku tidak peduli dengan keselamatan wanita pembawa sial ini!" Hamza membiarkan, bahkan senang melihat Sherly digotong oleh orang yang tidak mereka kenal."Ayah, kenapa kamu begitu tega pada Sherly?" Lolita tak berdaya karena ruang geraknya dihalangi oleh Hamza dan orang suruhan ayahnya. Pada saat Sherly dibawa oleh sekelompok penjahat itu, Lolita terduduk lemas di atas lantai. Untuk beberapa menit lamanya, dia menangis sejadi-jadinya. Dia berteriak, merasa buruk karena tidak dapat memberi bantuan pada adiknya yang tengah hamil.'Cepatlah datang, Hansel!' ujar Lolita dalam hati. Dia telah mengirimkan pesan pada Hansel sebelum memasuki gedung tersebut."Sudahlah , jangan bertingkah bodoh seperti ini seolah-olah d

  • Kamu Milikku    Kemarahan Lolita

    "Bagaimana bisa kalian gagal mendapatkan Sherly?" Ronald murka mengetahui dua orang suruhannya telah didahului oleh orang lain. "Kalian sudah lebih dulu berada di sana, bahkan sejak pagi telah memasuki rumah itu, apa kalian tidak melihat ada orang yang mencurigakan?" "Maaf, Pak Ronald, kami tidak mengetahui jika pria itu juga menginginkan Sherly." Salah satu dari kedua pria itu menjawab. "Terlalu banyak yang melihat ke arah Sherly, kami kesulitan untuk menebak siapa saja yang ingin menculiknya malam itu.""Bodoh ...! Kalian memang bodoh, tidak berguna!" bentak Ronald. Tidak terima dengan alasan itu. Seandainya, tidak ada yang mengikuti langkah Ronald setiap saat, dia sudah mengambil tindakan sendiri. Kebencian Ronald terlalu tinggi untuk Sherly dan Hansel membuat pria itu rela mengeluarkan uang yang banyak hanya untuk membalaskan dendamnya."Jangan gegabah seperti itu, Ronald!" Yoga tiba-tiba muncul di ruangan itu. Dia menepuk pundak Ronald, lalu berkata lagi. "Aku sudah tahu siapa

  • Kamu Milikku    Kondisi Sherly

    Mansion mewah dengan fasilitas terlengkap di kota itu mendadak mengalami masalah internal dalam hal penerangan. Hal itu tentu menumbuhkan kecurigaan bagi para penghuni rumah atau tamu malam itu.Terutama Hansel yang telah kehilangan Sherly dalam hitungan detik. Begitu cahaya lampu kembali menerangi ruangan demi ruangan, hal pertama yang Hansel lakukan adalah mencari keberadaan istrinya."Sherly ... Sherly ...!" Hansel memanggil manggil istrinya sembari berjalan mondar mandir. Dengan wajah panik, dia menyusuri setiap ruangan terdekat dari tempat awal mereka berdiri.Sebagai pemilik mansion, Hilman langsung memberi perintah pada orang kepercayaannya untuk memeriksa kondisi keamanan di rumah tersebut. "Periksa semua di sekitar rumah, jangan ada satu pun yang terlewat! Jika ada yang mencurigakan, segera melapor!"Sang asisten bergerak melaksanakan tugasnya. "Kenapa dia bisa menghilang sendiri?" Alexander keheranan. "Di antara sekian banyak orang yang ada di ruangan ini, kenapa hanya wani

  • Kamu Milikku    Penculikan

    Sherly berusaha menarik tangannya dari genggaman Hansel, namun pria itu tidak membiarkannya lepas. "Hansel ... semua orang melihat kita. Tolong lepaskan tanganku, yakinkan keluargamu dan aku akan menjaga Aarav!" dia mencari aman.Hansel tidak setuju. Dia justru bersemangat untuk membawa Sherly dan Aarav menuju keluarganya. "Kita hadapi bersama!" ujarnya."Apa maksudnya ini?" Meski paham dengan tujuan Hansel, Hilman tetap bertanya, dan dia melakukan itu hanya untuk menjaga wibawanya yang terkenal tegas di depan rekan rekan keluarga mereka.Hansel sama sekali tidak gentar menghadapi Hilman. Ketika sudah berdiri tepat di hadapan sang kakek, dia memperkenalkan istrinya lebih dulu. "Wanita yang aku bawa ini namanya Sherly. Bukankah Kakek ingin bertemu dengannya? Aku sudah membawanya, tolong terima dia menjadi menantu di keluarga ini sebagai istriku!" pinta Hansel dengan suara yang datar. Tidak ada keraguan, namun dia masih terlihat waspada jikalau Hilman tidak menerima kehadiran Sherly.B

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status