Share

Anak Angkat

"Kebohonganmu sukses kali ini, Loli," Hansel memuji istrinya dan menatap kagum pada wanita yang sedang duduk di sofa dan tengah memberikan susu pada bayi Aarav. "Kamu memang sudah sangat cocok menjadi seorang ibu, apa kamu yakin tidak akan ada yang curiga dengan kepergianmu selama ini?"

Selama berbulan-bulan lamanya, Lolita sengaja mengasingkan diri untuk mengelabui keluarga besarnya. Begitu mendapatkan kabar dari salah satu bawahannya, Lolita segera mengabarkan pada keluarga bahwa dia sedang hamil dan tidak ingin diganggu oleh siapapun.

Biar bagaimanapun, keluarga besarnya selalu menuntut untuk memiliki anak kandung keturunan Rosell, bukan anak angkat atau adopsi.

Kehabisan akal, Lolita yang sudah pasrah dengan kesuburannya menerima penawaran dari Sita. Bahkan tanpa harus bertemu lebih dulu dengan wanita yang ingin menyerahkan bayinya, Lolita dengan mudahnya menyanggupi semua kesepakatan yang diajukan Sita.

"Tidak apa-apa berbohong, ini semua kan untuk kebaikan kita. Aku melakukan ini karena desakan mereka juga. Aku sadar diri bahwa aku bukan wanita yang subur seperti yang mereka harapkan, itu sebabnya aku mengadopsi bayi ini," Lolita menjelaskan tanpa ada rasa bersalah. "Dengan semua usaha yang sudah aku lakukan saat ini, siapa tahu setelah ini aku bisa hamil."

"Bagaimana bisa kamu hamil? Kita saja jarang bertemu. Bahkan melakukan hubungan suami istri pun masih bisa dihitung dengan jari," ledek Hansel dan tak sekali pun berniat untuk melihat bayi dalam pelukan Lolita. Tak ada rasa bersalah dan penyesalan juga saat mengatakan semua itu.

Lolita membeku dalam diam. Dia paham jika Hansel belum bisa mencintai dan menerima pernikahan dengan lapang dada, hingga enggan untuk menyentuhnya padahal usia pernikahan mereka telah menginjak tahun ke lima.

Pergaulan bebas yang dijalani Lolita sebelum menikah tidak bisa ditolerir oleh Hansel. Lolita pun tidak menuntut untuk dicintai selama Hansel tidak menceraikannya. Namun, dari semua sikap dingin Hansel, Lolita masih berterima kasih karena suaminya itu masih mau menyumbangkan sperma untuk memuluskan proses bayi tabung yang sedang mereka jalankan.

"Jangan membuang-buang waktu dan uang lagi!" Hansel mendesah pelan. "Ini untuk yang terakhir kalinya kamu memintaku melakukan proses bayi tabung. Jika gagal, berhenti dan terima nasibmu. Anggap saja bayi ini sebagai pelengkap hidupmu, yang akan mendampingimu seumur hidup," tekannya.

"Oke, aku paham." Walau terasa sangat menyakitkan, Lolita mengangguk berat. Dengan penuh kehati-hatian, dia mengangkat bayi Aarav dan menyodorkannya pada Hansel. "Apa kamu tidak ingin menggendongnya? Mulai sekarang, kamu juga harus menganggapnya sebagai anak sendiri."

Hansel berpikir sejenak saat matanya tertuju bayi yang masih merah itu, lantas tanpa ragu menolak. "Tidak, aku ingin mandi dulu. Minggu depan kita harus kembali ke kota, dan dikarenakan kita membawa bayi ini, kita harus mempersiapkan diri dengan hal-hal yang baru."

Lolita menarik diri dan mengabaikan penolakan Hansel. Apalagi yang bisa dilakukan selain kembali memberikan pelukan hangat pada bayi Aarav. Dalam hati, dia juga berjanji akan memberikan kasih sayang penuh pada bayi itu dan memperlakukannya dengan baik seperti anaknya sendiri.

Sebelum memasuki kamar mandi, Hansel kembali menatap Lolita yang begitu bahagia dengan kehadiran bayi itu.

"Aku lupa menanyakan sesuatu, Loli," ucap Hansel di depan pintu kamar mandi. "Di mana orang tuanya? Apa kalian sudah membuat sebuah perjanjian sebelumnya?"

Hansel tidak ingin terjadi keributan di kemudian hari.

Loli tidak ingin berbohong pada Hansel tentang asal usul bayinya, maka dia menjawab dengan jujur. "Bayi ini lahir tanpa pernikahan. Orang tua gadis itu sendiri yang ingin menyingkirkan bayi ini dari keluarga mereka. Itu sebabnya, aku tertarik untuk mengadopsi anak ini. Aku ingin membesarkannya sejak dia dilahirkan ke dunia ini."

Lima tahun kemudian.

Di bawah pengasuhan langsung dari Lolita, Aarav telah tumbuh menjadi anak yang ceria. Selain tampan dan cerdas, dia juga mudah bergaul dengan keluarga, teman sepermainan, dan juga saudara sepupunya.

Pada awalnya, hampir seluruh anggota keluarga mencurigai kehadiran bayi yang dibawa oleh Lolita dan Hansel. Kejanggalan dari proses kehamilan dan kelahiran Aarav membuat seluruh anggota keluarga curiga dan bertanya-tanya. Apa benar Aarav adalah anak kandung Lolita dan Hansel?

Namun, seiring berjalannya waktu, kecurigaan itu perlahan pudar dan memutuskan untuk menerima begitu saja. Alasan utama adalah wajah Aarav yang seperti copian Hansel, membuat keluarga besar Rosell urung untuk membahas identitas Aarav yang sempat dicurigai.

Ayah dan anak itu bak pinang dibelah dua. Keduanya memiliki banyak kesamaan dalam segi fisik. Lolita yang selalu bersama dengan Aarav sempat berpikir keras, mungkinkah Hansel ada hubungannya dengan sang anak adopsi?

Akan tetapi, Lolita tidak akan memiliki nyali yang kuat untuk menanyakan hal itu. Saat ini, yang terpenting bagi Lolita adalah Aarav selalu berada di sisinya dan menganggapnya sebagai ibu kandung. Itu sudah membuatnya cukup sempurna menjadi seorang wanita sekaligus ibu.

Siang itu, di rumah utama sedang diadakan pertemuan penting. Kegiatan tersebut lebih mengutamakan pembahasan tentang bisnis keluarga, yang mana Hansel saat ini masih mempertahankan jabatannya sebagai CEO di dalam perusahaan besar yang didirikan keluarga Rosell.

Alexander Rosell, ayah kandung Hansel, memiliki dua orang istri.

Hannah, istri pertama Alexander merupakan ibu kandung Hansel. Meski sudah berpisah rumah dengan Alexander, namun dia tetap mendorong putranya untuk mewarisi harta keluarga yang memiliki pendapatan fantastis pertahunnya. Dalam setiap pertemuan keluarga, dia tak sekali pun absen untuk menyaksikan perubahan peraturan internal perusahaan secara langsung.

Sedangkan Joanna, istri kedua Alexander memiliki dua orang anak, Jonny dan Tiffany. Ibu dan kedua anak itu sama-sama berambisi untuk menjatuhkan Hansel dari jabatannya.

Pada siang ini, mereka juga sudah memegang rahasia Hansel. Ketiganya yakin seratus persen jika Hansel kali ini akan lengser dari jabatannya.

"Sesuai kesepakatan di awal, aku ingin Papa menepati janji. Hansel harus turun dari jabatannya. Dia tidak pantas menjadi CEO di perusahaan, karena selama ini telah membohongi kita semua. Anak yang mereka bawa lima tahun lalu bukan keturunan Rosell, anak itu hasil adopsi, karena Lolita sendiri tidak bisa mengandung," Jonny menyeringai licik setelah mengungkapkan pernyataannya.

"Apa-apaan ini, Jonny?" sang kakek, Hilman Rosell lebih dulu bertanya. Hansel adalah cucu kesayangannya, jadi dia tidak terima jika ada yang berani menjatuhkan marwah cucunya. "Jika yang kamu maksud adalah tentang anak Hansel, maka lupakanlah! Percuma kamu bicara panjang lebar, tidak akan mengubah apapun."

"Benar yang dikatakan kakekmu, Jonny," Alexander ikut menimpali. "Percuma kamu mencurigai Hansel, dilihat dari segi manapun, Aarav itu sudah pasti anak kandung Hansel, bukan anak adopsi seperti yang kamu tuduhkan."

Hansel terlihat datar menunggu penjelasan saudaranya itu. 'Apalagi yang ingin dibuktikan cecunguk sialan ini?' dengusnya dalam hati.

Di sebelah Hansel ada Lolita yang langsung menutup telinga Aarav. Dia tidak ingin putranya itu mendengar tuduhan yang kerap keluar dari mulut tajam Jonny.

"Kali ini aku membawa bukti yang kuat, Kakek," Jonny terlihat bersemangat. Di depan semua orang, dia akan membeberkan kebohongan Hansel dan Lolita. Dengan tenang, dia memberi kode pada Tiffany untuk membawakan beberapa orang saksi yang telah dikumpulkan beberapa bulan terakhir.

Selang beberapa menit kemudian, dua orang wanita yang merupakan mantan pekerja di rumah lama Lolita muncul di depan semua orang.

Tanpa ada keraguan, kedua wanita jtu menceritakan jika Lolita tidak pernah hamil, dan anak yang sedang bersama di tengah-tengah mereka saat ini adalah anak yang diadopsi dari kota lain.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Zalina Raib
menarik dan bagus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status