Share

Bab 39

Author: Sahira
Waktu itu, Alyana mengira bisa mendapatkan kasih sayang kedua orang tuanya apabila mengalah.

Kenyataannya, mereka justru makin banyak menuntut. Alina akhirnya berhasil pergi ke luar negeri dan membuat namanya terkenal lewat karya-karyanya. Dia bahkan mampu menggelar pameran fotografinya sendiri.

Di momen tergelap hidupnya, Harison datang menghangatkannya bak sinar matahari. Itu sebabnya Alyana mengabdikan segalanya bagi pria itu ....

Alyana meredakan lamunannya, hatinya terasa sedih.

Intinya, dia saja yang terlalu bodoh. Apa gunanya menyesali semua hal ini sekarang?

Apa gunanya membicarakan soal hobi dan minatnya di saat umurnya hanya tinggal sebentar lagi?

Binar senang dalam sorot tatapan Alyana pun memudar dan dia berjalan menjauh.

...

Setengah jam kemudian, giliran Andreas untuk menjalani sesi foto. Alyana sendiri menunggunya di ruang tunggu.

Dia sedang meringkuk di atas sofa dan membolak-balikkan halaman majalah dengan bosan saat tiba-tiba mendengar suara pintu terbuka. Alyana refl
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 106

    "Nona Alyana, ikut aku. Aku masih punya beberapa pertanyaan untukmu!"Vita tidak bersikap ramah pada para wanita itu, langsung menarik Alyana pergi.Orang-orang di tempat itu terpaku. Kata-kata yang baru mereka ucapkan seperti bumerang yang tepat menghantam dahi mereka sendiri."Kenapa kamu nggak bilang kalau Alyana kenal dengan Vita?""Tadi kita ngomong semaunya. Kalau Alyana cerita ke Vita dan ditambah-tambahi, nanti kita masih bisa beli karya-karyanya lagi nggak?""Ya, jangan-jangan kamu sengaja mau menjebak kita supaya menyinggung Vita?"Mereka semua mengarahkan kesalahan pada Helen.Helen merasa diperlakukan dengan sangat tidak adil. Dia juga baru tahu Alyana kenal dengan Vita!Namun, dia mengangkat kepalanya lagi dan berkata dengan percaya diri, "Kenapa jadi aku yang disalahkan? Jelas-jelas kalian yang nggak tanya, mau aku bilang pun kalian nggak kasih kesempatan!""Tadi juga Bu Riana yang memaksa mengajak kita buat mengadang Alyana, aku sendiri belum sempat bilang apa-apa."Rian

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 105

    Di kalangan keluarga konglomerat, membandingkan kekayaan dianggap norak. Kebanyakan dari mereka mengejar pencapaian spiritual yang lebih tinggi, menonjolkan kualitas diri. Oleh karena itu, mengoleksi karya seni menjadi cara lain untuk saling unjuk gengsi.Para nyonya kaya yang hadir sedang berkumpul membahas karya-karya Vita, masing-masing dengan sudut pandang yang tampak mendalam.Helen sendiri merasa sangat bosan, tetapi dia tidak bisa memperlihatkannya. Dia tetap memaksa diri agar tampak wajar sambil mengulang isi artikel penilaian seni yang dia hafalkan semalam, tanpa meleset satu kata pun.Meski melelahkan untuk bersandiwara, pujian dari para wanita lain tetap membuatnya senang."Ah, itu sih biasa saja. Kalau kalian sudah sering lihat karya seni seperti aku, dan sering terpapar suasana artistik, pasti kalian juga bisa punya pandangan sendiri yang unik."Helen mengucapkan kata-kata basa-basi itu, tetapi sorot matanya tidak bisa menyembunyikan rasa puas diri.Saat itu, salah satu wa

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 104

    Andreas memegang ponsel, sambil membaca komentar dan menelepon Alyana sambil tertawa lebar."Kak, hari ini adalah hari paling menyenangkan sejak aku masuk ke industri ini!""Si Deo itu pasti malam ini nggak bisa tidur. Siapa tahu malah kelabakan cari tahu siapa yang memotret aku!""Kak, lihat deh ... seberapa tinggi popularitas postingan ini ...."Andreas agak menyesal. "Kenapa sih kamu nggak mau pakai nama sendiri? Kamu sudah kerja keras memotret, seharusnya semua orang tahu itu hasil karyamu, baru ada artinya."Sebelum mengunggah foto, Andreas sempat bertanya pendapat Alyana.Namun, Alyana tegas menolak memakai nama, jadi Andreas pun menurut."Apa gunanya?"Alyana berbaring, menatap langit-langit dengan santai, "Dengan kondisiku sekarang, entah kapan aku akan mati. Makin sedikit sorotan, hidupku malah lebih tenang.""Lagian ini juga urusan yang bisa bikin masalah. Kalau aku pasang nama asliku, Deo bisa-bisa langsung datang cari masalah."Alyana menguap. "Sekarang aku tuh maunya hidup

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 103

    "Siap!"Andreas langsung mengajak anggota tim bergerak, mengganti pakaian untuk sesi pemotretan berikutnya.Di sisa waktu itu, Alyana hampir memaksakan diri tetap terjaga demi menyelesaikan pemotretan. Menjelang akhir sesi, kepalanya mulai terasa ringan dan pusing.Andreas dan timnya berkumpul di depan laptop memilih-milih foto, sementara Alyana sendirian di sisi lain merapikan kamera dan lensa.Dia dengan hati-hati menyeka tiap lensa, seperti seorang jenderal merawat pedang kesayangannya, penuh penghargaan dan cinta.Dengan kondisinya sekarang, bisa jadi ini adalah pemotretan terakhirnya seumur hidup.Meski lelah, dia sangat menikmatinya.Kalau dipikir-pikir, dia justru harus berterima kasih pada Andreas atas kesempatan ini.Setelah selesai membereskan semuanya, Alyana berniat berdiri untuk memberi tahu Andreas, tetapi saat baru saja berdiri, pandangannya gelap dan tubuhnya langsung limbung ke belakang.Punggungnya menabrak dada yang kokoh, aroma kayu langsung memenuhi indra penciuman

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 102

    Dedaunan yang berguguran di tepi danau tampak suram, angin musim hujan bertiup tajam, menerbangkan poni halus si remaja, memperlihatkan sepasang mata jernih yang serasi dengan langit biru dan awan putih.Di bawah arahan Alyana, Andreas menyelesaikan satu demi satu pose. Pemuda itu makin percaya diri, seluruh tubuhnya seolah-olah memancarkan cahaya.Tanpa terasa, satu jam telah berlalu.Alyana membawa kamera ke meja, bersiap mengimpor foto ke laptop.Orang-orang melihat kamera dan lensa yang tampak baru itu, dan makin tidak yakin di dalam hati. Jangan-jangan dia benar-benar amatiran? Jangan-jangan hari ini sia-sia belaka?"Tuan Muda Andreas, kamu ini bercanda sama kami ya? Cari seorang amatir buat memotret, bisa dapat apa coba?""Ya, kalau dari awal kamu bilang ini cuma main-main, kami nggak bakal capek-capek begini.""...."Selama beberapa waktu, keluhan terdengar dari segala arah.Alyana tidak menggubris mereka dan fokus mengoperasikan laptop.Andreas berjalan ke sampingnya, dengan ga

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 101

    "Kenapa nggak bisa?"Jawaban Nathan sangat cepat, tanpa ragu sedikit pun.Alyana agak terkejut, bahkan Nathan juga memercayainya?Takut Alyana menyadari sesuatu, Nathan menambahkan, "Waktu terakhir aku menemanimu ke pameran fotografi, aku lihat Vita cukup mengagumimu. Sepertinya pandangannya nggak salah.""Itu cuma teori di atas kertas."Alyana tidak menjelaskan lebih lanjut. Dia menyandarkan diri ke sofa sambil menguap dan berkata dengan suara serak, "Sudahlah, aku sudah janji padanya, coba ya coba saja."Melihat dia tampak lesu, Nathan menyarankan, "Kalau ngantuk, bisa tidur di kamar.""Nggak usah, aku cuma mau merem sebentar."Setelah berkata begitu, Alyana memejamkan matanya, dan tak lama kemudian terlelap.Nathan mengambil selimut dan menyelimutinya. Dia berdiri lama di samping sofa, matanya yang indah itu menunduk, bulu mata hitam pekatnya memantulkan bayangan tipis ....Delapan tahun lalu di malam hujan dan badai, gadis itu basah kuyup, hanya bisa menatap kamera kesayangannya ja

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status