Share

Bab 4

Author: Sahira
"Wah, nggak kusangka, ya! Ternyata dia tokoh utama dalam pesta pertunangan ini!"

Pemuda itu menatap panggung dengan sorot kaget sekaligus berbinar gembira. "Wah, dia hebat sekali! Padahal Keluarga Gandhi sengaja mengadakan pesta besar begini, tapi dia malah menghancurkannya begitu saja!"

"Paman, untung kita datang ke pesta pertunangan hari ini!"

Saking gembiranya, pemuda itu sampai tidak menyadari sorot tatapan Nathan yang tertuju pada Alyana. Ada semacam perasaan misterius yang berkilat dalam pandangannya dan tidak terlihat karena tidak terkena pancaran cahaya.

Sementara itu, Harison yang berada di atas panggung pun bergegas menghampiri Alyana sambil tersenyum dengan kikuk. Dia memeluk Alyana dengan paksa sambil berkata, "Mohon maaf, Alya cuma bercanda. Dia bilang begitu demi menghidupkan suasana."

"Ya 'kan, Alya?"

Harison bertanya sambil setengah menggertakkan giginya, nada suaranya terdengar sangat mengancam.

"Aku nggak bercanda," jawab Alyana dengan tegas, ekspresinya tetap terlihat datar.

Semua orang kembali menjadi ricuh.

Ekspresi Harison sontak menggelap. Dia menggertakkan giginya dan bertanya dengan suara pelan, "Kamu ini ngapain sih! Alyana, masa kamu harus mempermalukan kedua belah pihak begini baru merasa puas?"

"Aku sudah bilang mau membatalkan pertunangan, tapi kalian nggak ada yang peduli dan percaya padaku."

Alyana balas menatap Harison tanpa gejolak emosi sedikit pun.

"Alasan kenapa kedua belah keluarga jadi berada dalam posisi yang sulit sekarang itu karena kamu bersikeras mengadakan pesta pertunangan ini."

Keluarga Imano yang bergegas ke panggung untuk mencari tahu apa yang terjadi secara kebetulan mendengar kata-kata Alyana.

Imelda langsung menarik Alyana sambil berkata, "Kamu sudah gila, ya? Marah pun harus tahu batasan! Cepat jelaskan kepada semua orang!"

"Aku sudah menjelaskan."

Alyana menjawab dengan sedikit tidak sabar. Aduh, sebenarnya orang-orang ini paham bahasa manusia atau tidak sih?

"Aku harus berapa kali minta pertunangan ini dibatalkan sih supaya kalian mau mendengarkanku?"

"Kamu pikir menikah itu main-main, ya? Kamulah yang dulu ingin menikah dengan Harison, tapi sekarang begitu keinginanmu terwujud, kamu malah mau membatalkan pertunangannya! Umurmu berapa sih, Alyana? Kenapa kamu sebodoh ini!"

Royan pun memegang kepala Alyana dengan kuat dan kasar, lalu memaksa Alyana untuk menunduk meminta maaf kepada para tamu.

"Kami benar-benar minta maaf. Ini semua karena kami terlalu memanjakannya dan hari ini jadi membuat semua orang merasa malu. Pesta pertunangan akan tetap berlanjut. Semuanya, silakan nikmati hidangan kalian ...."

Akan tetapi, Alyana menolak bersikap seperti biasanya. Dia meronta mati-matian untuk melepaskan diri dari cengkeraman Royan.

"Sudah kubilang ...."

"Plak!"

Sayangnya, ucapan Alyana itu langsung terpotong oleh sebuah tamparan keras yang mendarat di pipinya.

"Jangan makin bikin malu!" omel Royan dengan murka.

Rasanya hati Alyana seperti tenggelam ke dasar lembah. Dia menatap semua orang di sekelilingnya, senyumannya tampak makin getir. Dia tampak begitu rapuh, seolah-olah dia adalah daun kering yang siap gugur kapan pun terkena tiupan angin.

Harison juga hanya diam memperhatikan dengan dingin, dia menunggu Alyana menunjukkan rasa penyesalannya.

"Kalian sendiri yang berulang kali menyakiti hatinya sampai dia menyerah, tapi pas dia melawan balik, kalian malah menyalahkannya dengan mengatakan sikapnya itu nggak masuk akal. Apa moral kalian serendah itu?"

Tiba-tiba, terdengarlah suara seseorang yang dingin dan tegas.

Semua orang sontak menatap Nathan yang berjalan menuju panggung dengan kaget. Auranya yang begitu mendominasi membuat para tamu refleks memberi jalan kepadanya.

Suasana juga seketika menjadi hening. Tidak ada yang menyangka kehebohan ini malah membuat Nathan angkat bicara!

Harison adalah orang pertama yang tersadar, dia pun bergegas menghampiri Nathan. "Maaf sudah membuat Tuan Muda Nathan menyaksikan kekonyolan ini, soal ini ...."

Nathan langsung balas menatap Harison dengan dingin.

Harison sontak terkejut. Bagaimana tidak, dia bisa dengan jelas merasakan niat membunuh yang begitu kuat dari Nathan!

Harison refleks menutup mulutnya. Dia hanya bisa diam menyaksikan Nathan berjalan mendekati Alyana, lalu membantu menghalangi tatapan semua orang terhadap Alyana.

"Nona Alyana sudah dengan jelas mengatakan kalau dia mau membatalkan pertunangan ini."

"Apanya yang nggak kalian pahami?" tanya Nathan dengan dingin.

"Kami ...."

Royan sontak merasa takut dan ragu-ragu, dia hanya bisa menyahut dengan tergagap.

Pria di hadapannya dikenal sebagai jelmaan dewa dari Keluarga Moran. Jika Royan membuat Nathan marah, bisa-bisa malam ini tamatlah riwayat Keluarga Imano ....

"Kalau kalian nggak merasa keberatan, lakukan saja sesuai permintaan Nona Alyana."

Nathan pun memandang ke arah para tamu di bawah panggung sana, lalu berujar dengan lantang, "Mulai sekarang, pertunangan antara Keluarga Imano dan Keluarga Gandhi batal."

"Tuan Muda Nathan, ini masalah pribadi kami. Sepertinya, bukan hak Tuan Muda Nathan untuk mengambil keputusan."

Ekspresi Harison tampak muram. Pandangannya melintasi Nathan, lalu tertuju pada Alyana. Dia pun berusaha membujuk dengan sisa terakhir kesabarannya, "Alya, berhentilah bikin masalah, ya?"

"Kak, ini salahku. Kalau Kakak marah, marah saja padaku. Jangan rusak nama baik kedua keluarga kita begini ...."

Alina ikut menimpali dengan suara yang lembut. Seperti biasa, dia selalu saja menemukan momen yang tepat untuk menonjolkan citranya sebagai seorang gadis yang bijaksana dan penurut.

Alyana pun menoleh menatap Alina, lalu menyahut dengan santai, "Ya, memang ini semua salahmu. Siapa suruh kamu merayu kakak iparmu sendiri? Dasar pelakor."

" ... "

Semua orang sontak terkejut. Mereka secara tidak sengaja mendapat berita yang menggemparkan!

Padahal pesta pertunangannya saja belum dimulai, tetapi semua orang malah keburu mendapatkan informasi yang mencengangkan!

Tentu saja Alina juga tidak menyangka Alyana akan bersikap seperti ini, ini tidak seperti Alyana yang biasanya. Alina sontak merasa sangat malu, dia tidak tahu harus berbuat apa.

Alyana yang dulu pasti akan selalu menahan amarahnya demi menjaga nama baik kedua keluarga, tidak peduli seberapa besar keributan yang terjadi. Kenapa hari ini Alyana seperti orang yang berbeda?

"Alyana!" tegur Harison dengan sangat marah. "Kamu ini bicara omong kosong apa sih! Alin itu adikmu! Bisa-bisanya kamu memfitnahnya begini!"

Alyana merasa ironis dengan perubahan ekspresi Harison yang terjadi seketika.

Pria itu bahkan terlihat cuek saat Alyana ditampar, tetapi sekarang dia langsung pasang badan membela Alina.

Terlihat jelas sudah lama Harison menyimpan rasa terhadap Alina.

Alyana mendadak merasa jengah.

Harison adalah sosok yang sudah dia cintai selama enam tahun, orang yang pernah berjanji akan selalu membahagiakan Alyana.

Hasilnya? Janjinya itu hanyalah omong kosong.

Nathan sepertinya bisa merasakan suasana hati Alyana. Dia melepas dan memakaikan jasnya pada Alyana, lalu berbisik, "Ayo, biar kuantar pulang."

Alyana mengangguk.

Dia sudah melakukan apa yang ingin dia lakukan, jadi dia tidak perlu membuang waktu lebih lama lagi di sini.

Justru merekalah yang mendapat malu, bukan dia.

Alyana pun berjalan menuruni panggung dengan sepatu hak tingginya. Gaunnya tampak berkibar dengan lembut, membuatnya terlihat begitu elegan dan anggun.

"Alyana!"

Harison berseru dengan gelisah. Saat dia hendak mengikuti Alyana, Nathan langsung menghentikannya.

"Kalau kamu bahkan nggak bisa melindungi wanitamu sendiri, itu berarti kamu nggak lebih dari pecundang."

"Kamu nggak berhak menjaganya," kata Nathan dengan suara pelan dan sarat akan kesan mengancam.

Harison sontak tertegun, dia hanya diam melihat Nathan yang mengikuti Alyana pergi. Tangannya yang tergantung di sisi tubuhnya pun terkepal dengan begitu erat sampai-sampai urat-uratnya menonjol keluar di punggung tangannya.

Royan juga menjadi sangat cemas. Jika Alyana benar-benar pergi seperti ini dan pertunangannya dibatalkan, bukankah itu berarti hubungan bisnis antar Keluarga Imano dan Keluarga Gandhi juga akan berakhir?

Begitu terpikirkan akan hal ini, Royan pun berseru di belakang Alyana dengan wibawa kepala keluarganya, "Kalau kamu berani keluar dari pintu itu, kamu nggak usah kembali lagi ke Keluarga Imano!"

Namun, Alyana sama sekali tidak ragu.

"Oke."

"Kalian tinggal anggap saja aku yang berusia 12 tahun itu nggak pernah pulang," sahut Alyana tanpa menoleh.

Setelah itu, dia pun melangkah keluar pintu. Alyana merasa jauh lebih rileks daripada sebelumnya.

Sosoknya yang berjalan pergi membuat ekspresi semua orang yang berada di atas panggung menjadi sangat tidak enak dilihat.

Royan marah sekali, dadanya sampai terasa sakit. Dia pun menoleh dan melampiaskan amarahnya pada Imelda, "Tuh, lihat kelakuan putri yang kamu lahirkan! Dia bahkan nggak mau jadi bagian dari keluarga ini lagi! Aku mau lihat sampai kapan dia bisa terus membuat masalah begini!"

"Lihat saja nanti! Akan kubuat dia berlutut memohon untuk bisa kembali ke keluarga kita lagi!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 300

    Di dalam ruang pameran, Alyana kini dikepung media dan jurnalis, dikelilingi lapisan demi lapisan manusia yang membuatnya tidak lagi terlihat dari luar.Orang-orang berdesakan, dan suara percakapan terdengar di mana-mana.Di tengah keramaian itu, Harison berdiri mematung, seolah jiwanya menguap dari tubuhnya. Tatapannya terpaku ke arah pusat ruangan, ke tempat Alyana berdiri."Harison, itu benar-benar ...."Cecilia menoleh, dan pandangannya bertemu dengan mata Harison yang bergemuruh dengan emosi yang tidak pernah dia lihat sebelumnya.Sudah lebih dari dua tahun menikah, dan dia selalu tahu bahwa di hati Harison masih ada ruang untuk Alyana.Namun, dia mengira Alyana telah tiada, hanyalah sosok dari masa lalu. Meskipun masih menempati sudut kecil di hati Harison, itu tidak akan mengancam pernikahan mereka.Sekarang keadaan berubah. Alyana masih hidup, dan jauh lebih cantik lebih memesona dibandingkan tiga tahun lalu.Seketika, rasa cemas yang tajam menyelinap masuk, membuat Cecilia mer

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 299

    [Hargai sedikit perasaan Alyana, nggak usah ungkit-ungkit Keluarga Imano yang bikin sial itu di hari kembalinya Alyana.][ ... ]Perlahan, komentar-komentar yang menyambut kembalinya Alyana memenuhi dunia maya.Pada saat yang sama, kabar yang sama tersebar juga di luar galeri seni. "Begonia itu ternyata Alyana!""Aku sudah lihat beritanya di internet. Sumpah! Ini luar biasa banget! Siapa yang nyangka dia adalah Begonia!""Kalau tahu begini, aku pasti cari cara untuk dapat tiketnya! Kapan lagi bisa nonton drama secara langsung seperti ini!"Mendengar percakapan itu, Alina segera meraih lengan salah satunya dan bertanya, "Kalian sedang ngomongin apa?""Begonia itu Alyana. Kamu tahu ....""Eh? Dia kan adiknya Alyana, yang dulu pernah ketahuan pakai karya kakaknya buat buka pameran fotografi."Mendengar bisikan dari temannya, orang yang menjawab tadi langsung memandang rendah Alina. "Ckckck, jadi kamu si maling itu!""Ckckck!"Teman-temannya ikut mengejek.Menyaksikan apa yang terjadi, Ime

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 298

    Diiringi seruan penuh kegembiraan, suara rana kamera pun berdentang tiada henti.Berbalut gaun bermotif bunga lotus berwarna lembut yang pas di badan, seorang wanita menembus keramaian dengan pengawalan petugas, lalu naik ke tangga melingkar yang berdiri megah di pusat ruang pameran.Dalam hitungan detik, perhatian di ruangan langsung terpaku pada punggungnya. Gaun itu melukis garis tubuhnya dengan anggun, menghadirkan bayangan yang menggoda imajinasi.Sang wanita perlahan membalikkan badan. Wajah mungil yang dirias ringan tersenyum lembut, memancarkan pesona yang tidak dapat disandingkan.Suasana di bawah seketika menjadi gaduh."Dia ... bukankah dia Alyana?""Bukankah dia sudah meninggal? Aku sedang bermimpi? Siang-siang begini masa ada hantu?"" ... "Di antara semua orang, ekspresi rombongan Helen paling mencolok.Bahkan, wajah Helen tampak sangat pucat. "Astaga, apa yang terjadi? Aku ... lihat hantu?""Mana ada hantu di dunia ini ...." Elvira berbicara sambil menoleh ke arah tangg

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 297

    "Nggak juga, itu namanya membela diri."Nathan melangkah mendekati Alyana, matanya menyapu sosok Alyana dari atas ke bawah dengan tenang. "Kamu belum selesai siap-siap?""Belum."Alyana memandang ke arah ruang pamer. "Aku sedang berpikir, harus muncul dengan cara apa tanpa membuat semua orang ketakutan. Bagaimanapun, kemunculanku ini ... bisa dianggap bangkit dari kubur."Mendengar Alyana masih sempat bercanda di kalimat terakhir, Nathan pun tahu bahwa kekhawatirannya memang berlebihan.Wanita di hadapannya ini sama sekali tidak tampak gugup."Tapi, mau bagaimanapun juga, aku memang sudah kembali."Saat berbicara, sorot mata Alyana semakin berbinar, disertai rasa lega yang menyiratkan selamat dari bahaya. "Aku kembali hidup-hidup."...Seiring berjalannya waktu, suara-suara diskusi tentang Begonia di dalam ruang pameran semakin ramai."Kudengar dia masih muda, dan orang asli Kota Anjelo. Katanya pameran terakhir ini memang sengaja dijadwalkan di sini karena dia berniat menetap.""Seriu

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 296

    Di saat yang sama, Alyana baru keluar dari toilet ketika tiba-tiba bahunya dicekal."Alyana, kamu ngapain di sini?"Begitu mendengar suara Arifin, Alyana merasa hatinya seperti tenggelam. 'Area ini hanya bisa diakses oleh tim inti, kenapa Arifin bisa menyelinap masuk?'"Kamu bisu sekarang? Di pemakaman kemarin kamu cukup cerewet, 'kan?"Arifin menarik Alyana ke belakang, mendorong tubuhnya ke dinding dan menatap tajam dari atas ke bawah. "Gimana kamu menyelinap masuk? Jangan-jangan kamu kerja serabutan di pameran ini?"Ekspresi Alyana tampak dingin. "Hanya staf resmi yang boleh masuk area ini. Kamu sebaiknya pergi sekarang juga.""Oh?"Arifin mengangkat alisnya. "Jadi kamu memang kerja di sini? Tiga tahun pura-pura mati, ujung-ujungnya balik lagi ke Kota Anjelo. Kamu masih berharap diterima lagi ke Keluarga Imano, ya?""Gimana kalau aku rekam kondisimu sekarang, buat dapat simpati dari Ayah dan Ibu? Siapa tahu mereka luluh dan ajak kamu pulang lagi ...."Sambil bicara, Arifin mengeluar

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 295

    Sejak awal, kedatangan Helen ke pameran ini memang bukan demi menikmati karya seni.Sambil berjalan, dia terus mencari celah untuk menggiring percakapan ke arah yang diinginkan. "Nathan, lihat deh keluarga di foto ini, harmonis dan bahagia ....""Andai suatu hari kamu juga menikah dan memberiku seorang cucu gemuk, aku pasti akan tersenyum lebih cerah dari wanita di foto ini."Melihat raut wajah Helen penuh harapan itu, Elvira agak tidak tega. Dia segera berbisik pelan, "Nenek Helen, itu bukan foto keluarga ...."Di sisi lain, Andreas tertawa dan berkata, "Nenek Helen, pria dan wanita itu guru, dua anak kecilnya murid. Kalau Nenek mau pakai pameran fotografi buat ungkit soal pernikahan, ya minimal riset dulu, 'kan?"Helen langsung merasa malu, buru-buru membaca ulang deskripsi karya.Nathan sudah lama menangkap maksud tersembunyi di balik kata-kata Helen, tetapi tetap tidak banyak bicara. Saat ini, dia hendak melangkah pergi.Helen dengan cepat menahan lengan jasnya. "Nathan, karena sud

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status