Share

Bab 3

Penulis: Sahira
Sesuai rencana, pesta pertunangan pun tiba.

Rekasa Gandhi, kakeknya Harison, sangat menyukai Alyana. Itu sebabnya dia sengaja mengadakan pesta pertunangan secara megah, serta mengundang teman-temannya dari berbagai kalangan keluarga kaya raya.

Kilau perhiasan, serta suara tawa yang gembira memenuhi aula pesta.

Harison berdiri di pintu sambil tersenyum menyambut para tamu yang datang, tetapi di dalam hati merasa cemas.

Sebentar lagi acaranya akan dimulai, tetapi kenapa Alyana belum datang juga?

Rekasa pun menghampiri cucunya, lalu bertanya dengan ekspresi serius, "Kamu bertengkar lagi sama Alya?"

"Nggak, Kakek," bantah Harison dengan cepat. "Kakek jangan asal menebak dong."

"Semoga beneran nggak, ya," kata Rekasa sambil memelototi Harison dengan kesal. "Alya adalah cucu menantu yang Kakek pilih. Kalau sampai pesta pertunangan hari ini kenapa-kenapa, kamu nggak boleh pulang ke rumah Keluarga Gandhi!"

"Tenang saja, Kakek, pasti nggak akan kenapa-kenapa."

Di saat mereka berdua sedang mengobrol, tiba-tiba Rekasa melihat sosok Alyana. Lelaki tua itu langsung tersenyum. "Alya!"

Harison pun mengikuti arah pandangan Rekasa. Alyana sedang berjalan ke arah mereka dengan mengenakan gaun berwarna putih yang memeluk lekuk tubuhnya dan sepatu hak tinggi.

Harison refleks mengangkat alisnya sedikit dengan puas dan lega. Memangnya kenapa jika Alyana pindah dari vila? Pada akhirnya juga wanita itu tetap kembali kepada Harison dengan patuh.

Akan tetapi, Alyana ternyata langsung berjalan menghampiri Rekasa, bahkan tanpa melirik ke arah Harison.

"Kenapa kamu datangnya telat banget?"

"Sudah kubilang 'kan, Kakek? Alya kelupaan sesuatu di menit-menit terakhir, dia harus bolak-balik dan itu memakan waktu yang cukup lama."

Harison bergegas menjawab pertanyaan kakeknya, lalu memanfaatkan kesempatan untuk merangkul bahu Alyana. "Alya, lain kali biarkan saja suruh orang membereskan masalah sepele begini, kalau nggak nanti Kakek pikir kita lagi bertengkar di hari yang bahagia."

Ucapan ini benar-benar tidak bercela.

Karena Harison memperingatkan Alyana untuk bersikap dengan bijaksana dan tidak terbawa emosi di hari-hari seperti ini sambil tetap terlihat penuh kasih sayang dari luar.

Lama sekali Alyana hanya balas menatap Harison tanpa berkomentar apa pun.

Rekasa memandangi mereka berdua bolak-balik, entah kenapa firasatnya mengatakan ada yang aneh. Namun, dia terlalu malas mencari tahu di tengah momen seperti sekarang.

"Ya sudah, yang penting kalian baik-baik saja. Hari ini orang dari Keluarga Moran itu juga akan datang. Nanti ...."

Ucapan Rekasa sontak terhenti karena dia melihat seseorang yang tidak jauh darinya. Rekasa buru-buru menyapa orang itu sambil tersenyum, "Wah, ini namanya panjang umur! Pas sekali Tuan Nathan datang!"

Harison sontak tertegun. Ternyata kakeknya bisa mengundang si jelmaan dewa dari Keluarga Moran itu?

Di Kota Anjelo, Keluarga Moran adalah yang paling berkuasa dan terkemuka.

Keluarga Moran memiliki kerajaan bisnis dan banyak orang yang hebat, tetapi hanya Nathan Moran yang benar-benar luar biasa. Setelah menyelesaikan studinya, dia langsung mengambil alih seluruh bisnis keluarga. Dia bahkan mampu membuat bisnis Keluarga Moran maju pesat hanya dalam beberapa tahun.

Tokoh sehebat ini juga hanya mau muncul di pemberitaan sektor keuangan, dia jarang bergaul dalam lingkaran sosial orang kaya.

Harison sama sekali tidak menyangka seorang Nathan Moran akan menghadiri pesta pertunangannya!

Harison benar-benar terkejut. Dia langsung mencampakkan Alyana dan berjalan mengikuti kakeknya dari belakang untuk menyambut Nathan.

Tentu saja Alyana merasa gembira karena merasa lebih damai dan tenang. Dia pun bersiap mencari makanan untuk mengisi perutnya sekarang atau nanti dia tidak akan bisa makan apa-apa lagi.

Dia tidak menyadari ada sepasang mata yang mengikutinya dari belakang.

Seorang pemuda yang berdiri di samping Nathan tampak menggaruk kepalanya dengan bingung. "Paman, kayaknya aku pernah melihat wanita itu?"

Nathan balas melirik pemuda itu dengan tenang sambil berkata, "Jaga sikap sedikit."

" ... "

Pemuda itu sontak merasa agak sedih. Masa pamannya mengira dia akan memulai percakapan dengan taktik kuno seperti itu!

...

Sementara itu, Alyana baru saja memakan sepotong kecil kue ketika dia mendengar suara Alina di belakangnya.

"Kakak, syukurlah Kakak datang! Kukira Kakak masih marah padaku dan Kak Harison!"

Alina sengaja menaikkan nada terakhirnya agar suaranya yang lembut itu terkesan polos dan ceria.

Panggilan yang akrab dan suara yang terdengar ramah.

"Kakak, aku yang salah waktu itu. Semua kesalahpahaman itu terjadi gara-gara Kak Harison yang menurut padaku."

Alina memegang tangan Alyana sambil berkata dengan sok sepenuh hati, "Itu semua salahku."

Alyana yang tidak tahan pun langsung menarik tangannya dengan ekspresi datar.

"Apa-apaan sikapmu ini!" tegur Imelda yang melihat kejadian ini dengan kesal. "Adikmu lagi minta maaf padamu!"

Kakak keduanya, Arifin Imano, juga menatap Alyana dengan kesal. "Alyana, kamu jangan bikin malu, ya!"

"Memangnya ada aturan yang mengatakan kalau minta maaf itu sudah pasti harus dimaafkan?"

Alyana memandang para anggota Keluarga Imano. Mereka semua berdiri di belakang Alina, seolah-olah Alina adalah anggota keluarga mereka.

Sementara Alyana satu-satunya yang terpisah dari mereka.

Sebelumnya Alyana berusaha sebisa mungkin untuk menyesuaikan diri, tetapi sekarang .... Lebih baik tidak usah memaksakan diri apabila dia memang tidak bisa diterima menjadi anggota Keluarga Imano.

Sama sekali tidak sepadan dengan waktunya yang hanya tersisa sedikit ini.

"Lagian ...." Alyana pun melirik Alina. "Dia harus minta maaf atas banyak hal padaku."

Alina pandai memanipulasi dan memahami isi hati orang lain. Poin lebih pentingnya lagi adalah walaupun hatinya jahat, otaknya tidak bodoh.

Alyana sudah lama tahu bahwa Alina sengaja mendekati Harison. Alina juga pasti akan selalu mencari alasan supaya bisa sesekali meminta tolong pada Harison.

Awalnya, Harison menggerutu pada Alyana, "Kenapa sih Alina ngerepotin banget?"

Namun, lama-kelamaan Harison makin jarang mengeluh. Pria itu bahkan mulai menawarkan bantuan. Perasaannya sudah mulai memihak pada Alina.

Harus Alyana akui, dia bukanlah tandingan Alina dalam perihal memanipulasi orang lain. Bisa dibilang Alyana kalah total.

Karena Alyana tidak mungkin bisa menang, dia juga tidak mau terus beradu kemampuan.

Lagi pula, apa gunanya juga mengambil hati orang lain? Memangnya itu bisa memperpanjang nyawanya?

Saat Alyana sedang menenangkan pikirannya, pembawa acara yang berada di atas panggung sudah mulai mengetes mikrofon.

Royan pun mengambil sikap sebagai seorang kepala keluarga, dia menegur Alyana dengan nada serius, "Ini hari baikmu, jadi jangan bersikap bodoh dan jangan sampai mempermalukan kedua belah pihak."

Alyana langsung berbalik badan dan berjalan menuju panggung tanpa memberikan tanggapan apa pun.

"Hei!" tegur Arifin dengan geram. "Kamu nggak pernah diajari etika ya, Alyana? Ayah tadi bicara padamu ...."

Royan pun meraih lengan Arifin sambil berkata, "Sudah, sudah, kamu nggak usah marah-marah."

Arifin menoleh ke Alina dan berkata, "Alin, kamu nggak perlu meminta maaf kepada pecundang seperti dia. Dia pikir dia hebat karena memiliki darah Keluarga Imano di nadinya, tapi sebenarnya, dia bahkan nggak sebanding denganmu sama sekali!"

"Kak Arifin, jangan bilang begitu soal Kakak ..." timpal Alina dengan suara yang lembut.

"Kamu selalu saja membelanya, tapi apa dia menghargai kebaikanmu? Dia itu nggak tahu berterima kasih!"

Arifin balas mendengkus dengan kesan menghina. "Aku benar-benar berharap dia nggak kembali ke Keluarga Imano! Cukup kamu saja yang jadi adikku!"

Royan langsung memelototi Arifin dengan sorot memperingatkan sehingga putra keduanya itu mau tidak mau diam.

Tepat pada saat itu, suara Alyana terdengar bergema di penjuru aula pesta melalui pengeras suara.

"Terima kasih banyak atas kehadiran kalian semua di pesta hari ini, tapi mohon maaf, sepertinya hari ini kalian akan kecewa."

Binar lampu membuat gaun sutra putih yang Alyana gunakan tampak bersinar dengan lembut. Dia jadi terlihat begitu anggun dan elegan.

Semua orang sontak menatap Alyana dengan bingung. Dia pun melepaskan cincin berlian yang berukuran cukup besar di jarinya, lalu tangannya yang mungil itu melemparkan cincinnya dengan tepat ke atas menara gelas berisi sampanye.

"Karena aku secara sepihak membatalkan pertunangan ini. Mulai hari ini, aku nggak ada sangkut-pautnya lagi dengan Harison."

Semua orang langsung menjadi gempar.

"Hah? Aku nggak salah dengar, 'kan? Alyana membatalkan pertunangannya?"

"Ya ampun! Apa Alyana dirasuki sesuatu? Dia akhirnya berhasil mencapai puncak kehidupan setelah susah payah bersikap menjilat, tapi kenapa sekarang malah menyerah?"

" ... "

Para tamu sontak sibuk berdiskusi, membuat suasana menjadi sangat kacau.

Nathan berdiri di tengah dengan ekspresi datar. Auranya yang dingin membuatnya terpisah dari orang-orang di sekitarnya dengan jelas.

Pemuda di sebelahnya pun menepuk dahinya sambil berkata, "Oh, aku ingat sekarang! Dia itu 'kan wanita yang kabur dari rumah sakit setelah kita tabrak dari belakang waktu itu! Dia menderita tumor otak yang ganas!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 100

    "Aku mau mengambil foto baru.""Silakan," jawab Alyana singkat.Namun, begitu dia menangkap tatapan penuh antusias dari Andreas, sebuah firasat buruk muncul.Andreas terus menatapnya dalam diam, seakan yakin bahwa dia akan bisa menangkap pesan yang tersirat.Dengan perasaan tidak tenang, Alyana akhirnya berbicara, "Jangan bilang kamu ingin aku yang memotretmu?""Betul sekali!"Andreas langsung tersenyum penuh semangat. "Kak Alya, waktu kamu ke studio bersamaku, aku bisa melihat betapa kamu tertarik dengan fotografi. Sekarang aku memberimu kesempatan ini.""Aku akan jadi model. kamu bebas berimajinasi dan mencoba segala konsep. Gimana?""Nggak gimana-mana."Alyana langsung menolak tanpa berpikir panjang."Kalau benar-benar ingin membalikkan keadaan, pilih fotografer yang lebih berkualitas. Dengan dukungan Keluarga Moran, itu sama sekali bukan masalah.""Itu terlalu membosankan!"Semangat Andreas semakin terpancar, matanya penuh antusiasme. "Kalau hasilnya bagus, orang lain pasti akan bi

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 99

    ...Di sisi lain, Alyana sama sekali tidak mengetahui bahwa Keluarga Imano masih berusaha membawa pulangnya. Saat ini, dia hanya duduk nyaman di sofa, mendengarkan Andreas yang terus-menerus mengeluh."Keterlaluan sekali! Jelas-jelas foto yang mereka ambil buruk sekali! Penjualan menurun, kenapa aku yang disalahkan?""Fotografer itu yang nggak becus! Foto yang dia ambil bahkan nggak bisa menangkap sepersepuluh dari ketampananku! Benar-benar payah!""Aku nggak akan pernah mau bekerja sama lagi dengan majalah yang hanya bisa menyalahkan orang lain seperti ini!"" ... "Andreas terus mengomel tanpa henti hingga tenggorokannya terasa kering. Dia segera meneguk air dalam jumlah besar sebelum menoleh ke Alyana dan bertanya, "Kak Alya, aku benar, 'kan?""Ya, ya, semuanya benar."Alyana hanya menjawab asal, sambil menguap.Rasa lelah terus menghantuinya akhir-akhir ini. Seberapa pun lama dia tidur, tidak ada perasaan segar yang menyertainya. Kemungkinan besar, obat yang dia konsumsi menjadi pe

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 98

    Pada malam itu, Keluarga Imano berkumpul di meja makan.Imelda hanya makan beberapa suap sebelum meletakkan sendoknya dengan pelan. Wajahnya mencerminkan suasana hati yang kelam, menandakan hilangnya nafsu makan.Royan meliriknya, lalu bertanya dengan santai, "Kenapa? Bukankah kamu menghadiri pertemuan hari ini? Kenapa masih nggak senang?""Jangan diungkit lagi."Saat teringat acara tadi, Imelda kembali jengkel. "Kalau aku tahu yang mengadakan acara itu Helen, aku pasti nggak akan datang.""Helen Deris?"Royan meletakkan sendoknya, mengernyit sambil menatap Imelda. "Kenapa dia mengundangmu?" tanyanya."Ayah, jangan tanya lagi." Alina mengingatkan dengan suara pelan."Apa yang terjadi?" Ekspresi Royan berubah serius. "Helen mempermalukan kalian?""Nggak bisa sepenuhnya menyalahkan dia." Imelda menghela napas dengan berat. "Kita sendiri yang kurang teliti dalam mendidik anak. Kalau ada kekurangan, pasti jadi bahan pembicaraan orang.""Royan, tetap saja, aku rasa kita harus membawa Alya p

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 97

    Selain itu, insiden di pameran fotografi telah menjadi berita viral, menyebabkan banyak teman Helen yang bertanya kepadanya tentang kejadian tersebut.Oleh karena itu, dia memutuskan untuk menggunakan kesempatan ini agar dapat menjelaskan semuanya sekaligus tanpa harus mengulang penjelasan berulang kali."Putraku memang terlalu baik hati ...."Nada mengeluh Helen membuat para nyonya seketika tertegun.Apa maksudnya?Alyana mengganggu Nathan? Bahkan tinggal di rumahnya? Sungguh tidak tahu malu!Setelah menangkap maksud yang tersirat, Stella kembali menunjukkan senyuman yang penuh arti dan berkata, "Ternyata begitu. Nyonya Imelda memang pandai mendidik putri-putrinya.""Dengan putri seperti ini, nggak heran Nyonya Imelda bisa dengan mudah hadir di acara kita. Lagi pula, dengan bakat yang dimilikinya, kalaupun nggak jadi besan dengan Keluarga Moran, dia pasti bisa mendapatkan menantu kaya lainnya.""Betul sekali! Kita harus lebih hati-hati dengan ucapan kita. Siapa tahu, suatu hari nanti

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 96

    Sesuai jadwal dalam undangan, Imelda membawa Alina ke acara itu.Ketika tiba di lokasi, Alina terkejut melihat bahwa Cecilia juga hadir di sana.Cecilia, yang awalnya terkejut melihat kemunculan Alina, dengan cepat mengganti ekspresinya menjadi penuh ketidaksukaan.Alina tetap tenang dan tidak terpengaruh sedikit pun. Dengan senyum yang cerah namun penuh provokasi, dia berkata, "Oh, Nona Cecilia juga di sini."Stella, ibu Cecilia, yang sudah mendengar bahwa Alina mengandung anak Harison, masih menyimpan amarah atas kejadian itu. Karena hal ini telah membuat Cecilia tenggelam dalam kesedihan selama beberapa hari terakhir.Meskipun begitu, Cecilia tetap belum bisa melupakan Harison.Dengan sengaja, Alina memamerkan kehamilannya, jelas bertujuan untuk membuat Cecilia tidak nyaman.Stella, yang menyadari maksud Alina, langsung mencibir, "Lho? Sejak kapan acara ini mulai asal menerima tamu?"Beberapa istri dari keluarga kaya lainnya ikut menyahut. "Benar sekali! Keluarga Imano hanya keluarg

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 95

    Mendengar perkataan itu, Agam tersentak marah. Wajahnya memerah, suaranya bergetar. "Kamu ... kamu mengancamku?""Hanya mengingatkan."Nathan melirik mereka dengan tatapan tenang, lalu berkata, "Kalian tahu kepribadianku seperti apa, jadi jangan pernah mencoba menguji batasanku.""Kamu ... kamu ...."Amarah Agam memuncak hingga membuatnya kehilangan kata-kata. Dia tidak pernah menyangka bahwa putranya yang paling diandalkan, kebanggaannya selama ini, akan berani menentangnya seperti ini.Terlebih lagi, semua ini terjadi hanya demi seorang wanita yang sekarat!"Nathan! Jangan bikin ayahmu makin marah!"Helen mencoba meraih tangan Nathan, tetapi aura ketegasan Nathan membuatnya mundur.Selama hidupnya, dia selalu menunjukkan sikap arogan, tetapi satu-satunya yang mampu membuatnya takut adalah putranya sendiri.Kini, dia terjebak dalam dilema tanpa tahu harus berbuat apa."Aku sudah menyampaikan semuanya, jadi sekarang aku pergi."Nathan baru saja berbalik menuju pintu ketika Agam berseru

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status