Share

Bab 85

Author: Sahira
" ... "

Alyana memandang Nathan dengan perasaan tidak nyaman, lalu menyarankan, "Tuan Nathan, mengunci ibumu di luar seperti ini rasanya kurang pantas. Mungkin sebaiknya kita biarkan dia masuk, dan aku bisa mencoba menjelaskan semuanya."

"Nggak perlu."

Nathan melepaskan tangannya dan langsung berjalan pergi. "Dia akan pergi sendiri setelah marah-marah. Kamu nggak perlu menghabiskan tenaga berbicara dengannya."

"Tapi ...."

Alyana merasa bingung. 'Apa yang sebenarnya terjadi?'

Awalnya, dia hanya ingin menjadikan Nathan sebagai pelindungnya, tetapi tidak menyangka akan menarik perhatian Keluarga Moran.

Dia menatap punggung Nathan, tanpa sadar tenggelam dalam pikirannya. Bagaimanapun, dia tidak ingin menyulitkan Nathan lebih jauh.

"Sebaiknya kamu buang jauh-jauh ide pindah keluar dari sini," ujar Nathan tanpa menoleh.

Dia dengan mudah menebak apa yang dipikirkan Alyana.

"Kondisimu sekarang nggak mungkin tinggal sendirian. Kalau aku membiarkanmu pergi, itu sama saja dengan membiarkanmu mati
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 86

    Imelda berdiri di belakang Helen, sedikit canggung saat berbicara, "Alya, Ibu bawakan sup ayam ....""Nggak perlu."Alyana langsung menolak tanpa melihat termosnya."Alya, Ibu ...."Melihat Alyana mengenakan topi rajut tanpa sehelai rambut terlihat, Imelda tiba-tiba merasa sangat sedih hingga sulit berkata-kata."Pergilah."Seketika, Helen merasa tidak senang ketika melihat Alyana dengan ekspresi dingin mengusir mereka. "Kenapa kamu bicara seperti itu dengan ibumu? Dia susah payah memasak sup ayam untukmu, kamu menolaknya sudah keterlaluan, sekarang masih mengusirnya!"Alyana mengernyit. "Ini bukan urusan Bibi.""Kenapa bukan urusanku? Aku juga seorang ibu, jadi paling mengerti perasaan seorang ibu!" seru Helen dengan marah."Aku melihat ibumu berdiri di depan gerbang, menggigil kedinginan sambil memohon sama satpam agar diizinkan masuk. Dia begitu peduli padamu, tapi kamu malah bersikap ketus padanya!""Kamu tahu apa tentang keluargaku?" Alyana mulai kesal. "Kalau nggak tahu, jangan m

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 87

    "Bagaimana Ibu bisa bertemu Kak Alya hari ini? Bukankah Pak Nathan sudah melarang kita masuk ke sana?" tanya Alina dengan penasaran."Aku bertemu dengan ibunya Nathan di gerbang kompleks. Dia yang membawaku masuk."Teringat ekspresi Helen tadi, Imelda pun mengernyit. "Nyonya Besar dari Keluarga Moran ini memang bukan orang yang mudah dihadapi."Di kalangan sosial para istri konglomerat, semua sudah tahu sifat Helen.Sebagai anak bungsu dalam keluarganya yang kaya raya, dia tumbuh dalam kemewahan dan terlalu dimanja, menjadikannya sombong dan keras kepala.Dia jatuh cinta pada Agam, seorang pria yang usianya terpaut lebih dari dua dekade darinya. Meskipun mendapat penolakan keras dari keluarganya, dia tetap memilih untuk bersama Agam. Keputusannya itu membawa dirinya menjadi menantu di Keluarga Moran, sekaligus menciptakan cerita yang melegenda dalam lingkaran sosial mereka.Sebagai istri muda, Agam tentu sangat memanjakannya.Lebih dari itu, dia melahirkan seorang putra yang luar biasa

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 88

    Setelah menjalani operasi dengan anestesi total, Harison baru sadar pada sore hari.Alina, yang menjaga di samping ranjang, segera berdiri saat melihatnya membuka mata. "Kak Harison, bagaimana perasaanmu? Perutmu masih sakit?""Harison!"Suara teriakan tiba-tiba terdengar.Pemilik suara itu adalah Janet, yang berlari ke sisi ranjang dengan sangat cemas. "Kenapa kamu menyiksa dirimu sendiri sampai masuk rumah sakit seperti ini!"Harison mengernyit. Dia ingin berbicara, tetapi tenggorokannya saat ini terasa seperti ditusuk pisau.Alina membantu menjelaskan, "Bibi Janet, Kak Harison baru saja menjalani operasi endoskopi, jadi masih susah untuk ngomong ....""Kenapa kamu ada di sini!" sela Janet dengan suara keras.Raut wajahnya seketika tampak kesal. "Harison jadi begini karena kamu! Cepat pergi dari sini!""Aku ...." Alina tampak sedih. "Bibi Janet, aku ke sini setelah dapat kabar Kak Harison masuk rumah sakit. Kenapa Bibi malah menuduhku?""Memang karena kamu!"Dengan penuh emosi, Janet

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 89

    Emosi yang tak terkendali membuat tangan Harison bergetar saat dia menggenggam tangan Janet.Alya masih peduli padaku!'Dia sengaja berkata seperti itu agar Ibu melawan Alina!'Dia melakukan trik seperti ini pasti karena cemburu!'Ya ... mustahil Alya nggak mencintaiku lagi!'"Bu ...."Dengan tatapan yang penuh harapan, Harison bertanya kepada Janet, "Mungkinkah Alya bersikap kejam padaku karena dia tahu dirinya sakit dan nggak ingin membebaniku?""Dia memaksaku untuk melupakannya, ... supaya dia bisa pergi dengan tenang. Inikah alasan sebenarnya?"Hati Harison terasa hancur berkeping-keping saat dia berbicara.Dia percaya bahwa Alyana sangat mencintainya hingga memilih cara yang menyakitkan agar bisa pergi dengan tenang."Bu ... aku benar-benar bajingan!"Matanya memerah, dan tanpa berpikir panjang, dia menampar dirinya sendiri.Janet tersentak, segera meraih tangan Harison. "Kamu jangan seperti ini. Semua itu ... hanya dugaanmu, 'kan?""Nggak! Pasti seperti itu!"Harison sangat yakin

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 90

    "Ada rencana untuk akhir pekan ini?" tanya NathanAlyana tercengang sebelum merespons, "Nggak ada rencana khusus."Bertahun-tahun lamanya, dunia Alyana hanya berpusat pada Harison.Dia pun terbiasa dengan rutinitas yang monoton itu, dan menikmatinya tanpa pernah merasa ada yang salah.Ketika akhirnya dia melepaskan Harison, barulah dia menyadari bahwa fokus yang berlebihan pada satu orang telah membuatnya kehilangan banyak hal, termasuk teman-teman dan jati dirinya.Alyana tiba-tiba teringat sebuah daftar keinginan yang dilihatnya di internet beberapa hari yang lalu. Dari seratus hal kecil yang tercantum, hanya sedikit yang benar-benar menarik perhatiannya. Salah satunya adalah melihat matahari terbit."Berkemah di gunung sambil menikmati matahari terbit, sepertinya ide bagus ...."Alyana hanya secara spontan mengatakan itu, tetapi Nathan langsung menganggapnya serius."Oke, akhir pekan ini kita berkemah," balasnya sambil mengangguk."Ah?" Alyana terkejut. "Kamu nggak sibuk?"Nathan pe

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 91

    "Ya!" Alyana tersenyum cerah. "Kalau cuma kita berdua, aku takut kamu akan merasa bosan. Kalau ada Andreas, suasana akan lebih ramai, bukan?"" ... "Urat di pelipis Nathan tampak berdenyut.Dia telah membayangkan banyak skenario romantis melihat matahari terbit bersama Alyana. Namun, kemunculan Andreas benar-benar di luar perkiraannya.Belum pernah sebelumnya kehadiran Andreas terasa sebegitu mengganggu baginya.Di bawah sinar mentari pagi, Andreas merasakan hawa dingin merayap di punggungnya, membuatnya tiba-tiba merinding.Dia menelan ludah, tidak berani menatap Nathan, hanya tersenyum canggung kepada Alyana sambil berkata, "Kak Alya, sebaiknya aku nggak ikut, ya?""Kenapa?" tanya Alyana bingung."Aku tiba-tiba ...."Menerima tatapan dingin dari Nathan, Andreas langsung terdiam, hanya bisa meratapi nasibnya. 'Aku boleh ikut atau nggak sih?'"Kamu sudah di sini, jadi ikut saja."Setelah mengatakan itu, Nathan langsung masuk ke mobil.Dia tak ingin membuat Alyana curiga.Dengan begitu

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 92

    Pada akhirnya, Alyana bahkan tidak mampu mencapai setengah perjalanan. Dia akhirnya naik mobil wisata yang sudah disiapkan oleh Nathan sebelumnya, menikmati angin sepoi-sepoi sepanjang jalan menuju puncak.Meskipun ada sedikit rasa kecewa, dia terpaksa menerima kenyataan.Tubuhnya memang sudah berada dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk memaksakan diri lebih jauh. Beberapa langkah tambahan saja hampir membuatnya tumbang.Setibanya di area perkemahan, dua tenda besar segera mencuri perhatian Alyana. Di tengah lapangan terbuka, Steven sedang memasak mi, dan aroma sedapnya terbawa angin.Rasa lelah dan kecewa Alyana lenyap seketika. Dia melangkah masuk ke dalam tenda, mengamati sejenak, lalu keluar dengan penuh rasa ingin tahu dan mengambil tempat di sebelah Steven. "Kamu yang pasang tenda ini sendirian?""Ya.""Hebat sekali!"Alyana tidak bisa menyembunyikan rasa kagumnya. Tenda yang megah dengan desain dua kamar dan satu ruang tamu itu jelas merupakan pekerjaan besar, tetapi Stev

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 93

    " ... "Andreas membuka matanya lebar-lebar, seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. "Paman, maksudmu ... kamu serius ingin jujur pada Kakek?""Cepat atau lambat, dia pasti akan tahu," ucap Nathan sambil berdiri. "Aku juga istirahat dulu," tambahnya."Eh .... Paman, setidaknya jelaskan dulu, dong!" ujar Andreas dengan kesal.Andreas hanya bisa memandang Nathan yang menjauh tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut. Dengan frustrasi, dia menutupi wajahnya dengan kedua tangan dan menghela napas panjang. 'Sudah selesai .... Ini pasti akan membuat Keluarga Moran gempar!'...Malam hari, mereka tidur lebih awal.Andreas menghabiskan terlalu banyak energi saat mendaki gunung, sehingga begitu tubuhnya menyentuh alas tidur, kantuk langsung menyerang. Sebelum benar-benar terlelap, dia sempat menguap dan berkata kepada Nathan, "Paman, ingat bangunkan aku besok pagi. Aku juga ingin melihat matahari terbit."Sebelum mendapatkan jawaban dari Nathan, dia sudah terlelap.Nathan ber

Latest chapter

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 100

    "Aku mau mengambil foto baru.""Silakan," jawab Alyana singkat.Namun, begitu dia menangkap tatapan penuh antusias dari Andreas, sebuah firasat buruk muncul.Andreas terus menatapnya dalam diam, seakan yakin bahwa dia akan bisa menangkap pesan yang tersirat.Dengan perasaan tidak tenang, Alyana akhirnya berbicara, "Jangan bilang kamu ingin aku yang memotretmu?""Betul sekali!"Andreas langsung tersenyum penuh semangat. "Kak Alya, waktu kamu ke studio bersamaku, aku bisa melihat betapa kamu tertarik dengan fotografi. Sekarang aku memberimu kesempatan ini.""Aku akan jadi model. kamu bebas berimajinasi dan mencoba segala konsep. Gimana?""Nggak gimana-mana."Alyana langsung menolak tanpa berpikir panjang."Kalau benar-benar ingin membalikkan keadaan, pilih fotografer yang lebih berkualitas. Dengan dukungan Keluarga Moran, itu sama sekali bukan masalah.""Itu terlalu membosankan!"Semangat Andreas semakin terpancar, matanya penuh antusiasme. "Kalau hasilnya bagus, orang lain pasti akan bi

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 99

    ...Di sisi lain, Alyana sama sekali tidak mengetahui bahwa Keluarga Imano masih berusaha membawa pulangnya. Saat ini, dia hanya duduk nyaman di sofa, mendengarkan Andreas yang terus-menerus mengeluh."Keterlaluan sekali! Jelas-jelas foto yang mereka ambil buruk sekali! Penjualan menurun, kenapa aku yang disalahkan?""Fotografer itu yang nggak becus! Foto yang dia ambil bahkan nggak bisa menangkap sepersepuluh dari ketampananku! Benar-benar payah!""Aku nggak akan pernah mau bekerja sama lagi dengan majalah yang hanya bisa menyalahkan orang lain seperti ini!"" ... "Andreas terus mengomel tanpa henti hingga tenggorokannya terasa kering. Dia segera meneguk air dalam jumlah besar sebelum menoleh ke Alyana dan bertanya, "Kak Alya, aku benar, 'kan?""Ya, ya, semuanya benar."Alyana hanya menjawab asal, sambil menguap.Rasa lelah terus menghantuinya akhir-akhir ini. Seberapa pun lama dia tidur, tidak ada perasaan segar yang menyertainya. Kemungkinan besar, obat yang dia konsumsi menjadi pe

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 98

    Pada malam itu, Keluarga Imano berkumpul di meja makan.Imelda hanya makan beberapa suap sebelum meletakkan sendoknya dengan pelan. Wajahnya mencerminkan suasana hati yang kelam, menandakan hilangnya nafsu makan.Royan meliriknya, lalu bertanya dengan santai, "Kenapa? Bukankah kamu menghadiri pertemuan hari ini? Kenapa masih nggak senang?""Jangan diungkit lagi."Saat teringat acara tadi, Imelda kembali jengkel. "Kalau aku tahu yang mengadakan acara itu Helen, aku pasti nggak akan datang.""Helen Deris?"Royan meletakkan sendoknya, mengernyit sambil menatap Imelda. "Kenapa dia mengundangmu?" tanyanya."Ayah, jangan tanya lagi." Alina mengingatkan dengan suara pelan."Apa yang terjadi?" Ekspresi Royan berubah serius. "Helen mempermalukan kalian?""Nggak bisa sepenuhnya menyalahkan dia." Imelda menghela napas dengan berat. "Kita sendiri yang kurang teliti dalam mendidik anak. Kalau ada kekurangan, pasti jadi bahan pembicaraan orang.""Royan, tetap saja, aku rasa kita harus membawa Alya p

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 97

    Selain itu, insiden di pameran fotografi telah menjadi berita viral, menyebabkan banyak teman Helen yang bertanya kepadanya tentang kejadian tersebut.Oleh karena itu, dia memutuskan untuk menggunakan kesempatan ini agar dapat menjelaskan semuanya sekaligus tanpa harus mengulang penjelasan berulang kali."Putraku memang terlalu baik hati ...."Nada mengeluh Helen membuat para nyonya seketika tertegun.Apa maksudnya?Alyana mengganggu Nathan? Bahkan tinggal di rumahnya? Sungguh tidak tahu malu!Setelah menangkap maksud yang tersirat, Stella kembali menunjukkan senyuman yang penuh arti dan berkata, "Ternyata begitu. Nyonya Imelda memang pandai mendidik putri-putrinya.""Dengan putri seperti ini, nggak heran Nyonya Imelda bisa dengan mudah hadir di acara kita. Lagi pula, dengan bakat yang dimilikinya, kalaupun nggak jadi besan dengan Keluarga Moran, dia pasti bisa mendapatkan menantu kaya lainnya.""Betul sekali! Kita harus lebih hati-hati dengan ucapan kita. Siapa tahu, suatu hari nanti

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 96

    Sesuai jadwal dalam undangan, Imelda membawa Alina ke acara itu.Ketika tiba di lokasi, Alina terkejut melihat bahwa Cecilia juga hadir di sana.Cecilia, yang awalnya terkejut melihat kemunculan Alina, dengan cepat mengganti ekspresinya menjadi penuh ketidaksukaan.Alina tetap tenang dan tidak terpengaruh sedikit pun. Dengan senyum yang cerah namun penuh provokasi, dia berkata, "Oh, Nona Cecilia juga di sini."Stella, ibu Cecilia, yang sudah mendengar bahwa Alina mengandung anak Harison, masih menyimpan amarah atas kejadian itu. Karena hal ini telah membuat Cecilia tenggelam dalam kesedihan selama beberapa hari terakhir.Meskipun begitu, Cecilia tetap belum bisa melupakan Harison.Dengan sengaja, Alina memamerkan kehamilannya, jelas bertujuan untuk membuat Cecilia tidak nyaman.Stella, yang menyadari maksud Alina, langsung mencibir, "Lho? Sejak kapan acara ini mulai asal menerima tamu?"Beberapa istri dari keluarga kaya lainnya ikut menyahut. "Benar sekali! Keluarga Imano hanya keluarg

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 95

    Mendengar perkataan itu, Agam tersentak marah. Wajahnya memerah, suaranya bergetar. "Kamu ... kamu mengancamku?""Hanya mengingatkan."Nathan melirik mereka dengan tatapan tenang, lalu berkata, "Kalian tahu kepribadianku seperti apa, jadi jangan pernah mencoba menguji batasanku.""Kamu ... kamu ...."Amarah Agam memuncak hingga membuatnya kehilangan kata-kata. Dia tidak pernah menyangka bahwa putranya yang paling diandalkan, kebanggaannya selama ini, akan berani menentangnya seperti ini.Terlebih lagi, semua ini terjadi hanya demi seorang wanita yang sekarat!"Nathan! Jangan bikin ayahmu makin marah!"Helen mencoba meraih tangan Nathan, tetapi aura ketegasan Nathan membuatnya mundur.Selama hidupnya, dia selalu menunjukkan sikap arogan, tetapi satu-satunya yang mampu membuatnya takut adalah putranya sendiri.Kini, dia terjebak dalam dilema tanpa tahu harus berbuat apa."Aku sudah menyampaikan semuanya, jadi sekarang aku pergi."Nathan baru saja berbalik menuju pintu ketika Agam berseru

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 94

    Di dalam keheningan hutan, sekelompok burung mendadak terbang ke langit.Alyana terkejut sejenak, lalu mengalihkan pandangannya kembali ke Nathan yang kini terlihat begitu tenang, dengan tatapan yang jernih."Ada apa?" tanya Nathan."Nggak ...."Alyana memalingkan wajahnya kembali ke arah matahari pagi yang tengah merangkak naik di cakrawala, sedikit mengerutkan keningnya.Dia berpikir, pasti cahaya yang terlalu terang itu yang membuatnya merasa berhalusinasi.Nathan mengikuti arah tatapan Alyana, sembari diam-diam mengepalkan tangannya dengan kuat. Hanya sedikit lagi ....Sesaat yang lalu, keinginan untuk menarik Alyana ke pelukannya begitu kuat...."Paman, kok nggak bangunin aku! Aku mendaki dengan susah payah cuma untuk matahari terbit ini!""Aku sudah coba bangunin.""Nggak mungkin, kamu pasti bohong! Aku nggak mungkin tidur sepulas itu!""Kamu meragukanku?"Dalam perjalanan pulang, Andreas tidak henti-hentinya mengeluh karena tidak sempat melihat matahari terbit.Namun, satu kali

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 93

    " ... "Andreas membuka matanya lebar-lebar, seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. "Paman, maksudmu ... kamu serius ingin jujur pada Kakek?""Cepat atau lambat, dia pasti akan tahu," ucap Nathan sambil berdiri. "Aku juga istirahat dulu," tambahnya."Eh .... Paman, setidaknya jelaskan dulu, dong!" ujar Andreas dengan kesal.Andreas hanya bisa memandang Nathan yang menjauh tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut. Dengan frustrasi, dia menutupi wajahnya dengan kedua tangan dan menghela napas panjang. 'Sudah selesai .... Ini pasti akan membuat Keluarga Moran gempar!'...Malam hari, mereka tidur lebih awal.Andreas menghabiskan terlalu banyak energi saat mendaki gunung, sehingga begitu tubuhnya menyentuh alas tidur, kantuk langsung menyerang. Sebelum benar-benar terlelap, dia sempat menguap dan berkata kepada Nathan, "Paman, ingat bangunkan aku besok pagi. Aku juga ingin melihat matahari terbit."Sebelum mendapatkan jawaban dari Nathan, dia sudah terlelap.Nathan ber

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 92

    Pada akhirnya, Alyana bahkan tidak mampu mencapai setengah perjalanan. Dia akhirnya naik mobil wisata yang sudah disiapkan oleh Nathan sebelumnya, menikmati angin sepoi-sepoi sepanjang jalan menuju puncak.Meskipun ada sedikit rasa kecewa, dia terpaksa menerima kenyataan.Tubuhnya memang sudah berada dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk memaksakan diri lebih jauh. Beberapa langkah tambahan saja hampir membuatnya tumbang.Setibanya di area perkemahan, dua tenda besar segera mencuri perhatian Alyana. Di tengah lapangan terbuka, Steven sedang memasak mi, dan aroma sedapnya terbawa angin.Rasa lelah dan kecewa Alyana lenyap seketika. Dia melangkah masuk ke dalam tenda, mengamati sejenak, lalu keluar dengan penuh rasa ingin tahu dan mengambil tempat di sebelah Steven. "Kamu yang pasang tenda ini sendirian?""Ya.""Hebat sekali!"Alyana tidak bisa menyembunyikan rasa kagumnya. Tenda yang megah dengan desain dua kamar dan satu ruang tamu itu jelas merupakan pekerjaan besar, tetapi Stev

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status