...Almira melihat ke sekeliling. Ruangan serba putih dan aroma khas obat-obatan membuat ia yakin, dirinya sedang ada di rumah sakit. Entah siapa yang membawanya ke rumah sakit, yang jelas ia sangat bersyukur masih ada orang baik yang mau menolongnya.Almira melihat Meysila yang tertidur di sofa, sedangkan Raffi sang kekasih Meysila ada di sampingnya. Almira menitikkan air matanya, teringat akan kehilangan Nadine yang terasa sangat menyakitkan baginya.Jam di dinding menunjukan pukul 4 dini hari. Entah kenapa perasaannya mendadak tak enak, memikirkan tentang Nadine yang mungkin saja akan menangis karena mencarinya. Hati ibu mana yang tak sedih dan terluka, anak yang selama ini selalu ada dan hadir di sampingnya, tiba-tiba dibawa pergi oleh keluarga mantan suaminya.Hingga adzan subuh berkumandang, Almira tak bisa memejamkan matanya. Bayangan Nadine yang menangis mencarinya, sungguh terngiang selalu di telinganya.Meysila menggeliat dan melirik ke arah Almira yang sudah terduduk sambil
"Sebaiknya kamu diam dan jangan bergerak. Itu akan membuatmu lebih sakit," ucap Lyan mengingatkan. Lelaki yang berbicara tanpa menatap Almira, namun diam-diam memperhatikan."Saya ingin ke kamar mandi," lirih Almira.Lyan menoleh dan akhirnya beranjak hendak membantu Almira turun dari brankar. "Saya bisa sendiri!" kata Almira.Lyan mundur satu langkah dan membiarkan Almira dengan keras kepalanya ingin ke kamar mandi seorang diri.Badan sedikit terhuyung karena masih begitu lemah, membuat Lyan sigap menopang badan Almira."Jadi orang keras kepala itu nggak enak. Masih mau jalan sendiri? Silahkan!"Lyan hendak melepaskan pegangan Almira, namun sepertinya Almira tak bisa sampai kamar mandi karena badannya yang masih sangat lemah."Maaf, kali ini saya salah."Lyan tersenyum miring dan membantu Almira ke kamar mandi. "Anda jangan masuk!" cegah Almira."Masuk? Tidak terpikirkan sedikitpun akan masuk dan melihat punyamu itu," cicit Lyan. Lyan meletakkan cairan infus di paku tembok dan memb
"Dan, nanti ke club nggak?" Zaskia mengirim pesan pada Zidan yang hari ini hendak meeting di luar kantor. "Akan aku usahakan," balas Zidan."Oke. Apa mau booking kamar? Nanti aku siapkan yang spesial.""Terserah kamu saja. Pagi ini aku sibuk, nanti aku hubungi kamu kalau sudah selesai meeting.""Oke."Zidan tersenyum membaca pesan Zaskia. Dari kebanyakan wanita yang sudah ia coba, Zaskia terasa berbeda. Di samping dia adalah mantannya, Zidan juga merasa Zaskia pandai membuatnya bahagia. Termasuk nafkah batin yang selama ini Almira tak bisa berikan.Zidan bekerja dengan penuh semangat. Sudah tiga hari ini ia terbebas dari panggilan Almira karena sengaja ia mengganti nomornya yang baru. Zidan tak ingin mengambil resiko, meski bisa saja sewaktu-waktu Almira datang dan menanyakannya. Namun, sampai saat ini Zidan bahkan seperti menjadi bujang kembali setelah 7 tahun menikah dengan Almira."Tumben wanita sampah itu tak datang? Apakah dia pasrah aku ceraikan?" batin Zidan memikirkan Almi
"A'. Sibuk nggak?" Meysila terpaksa menelpon kekasihnya demi bisa membantu Almira. "Lumayan. Hari ini aku ada take di Bali. Kemungkinan pulang lusa," ucap Raffi."Kok tumben cepet?""Iya. Hanya take buat iklan saja. Kenapa? Kamu mau ikut?""Mau, sih. Tapi aku juga ada pemotretan hari ini. Hm, aku mau tanya sesuatu, boleh?""Tentu. Tanya saja, ada apa? Apakah kamu ingin tanya aku rindu atau tidak? Jawabannya pasti akan rindu," kelakar Raffi."Ck! Serius, A'.""Serius minta nikahnya nanti ya. Nunggu aku uang kumpulin mahar buatmu yang banyak. Yakali nikah modal pamor aja? Hehehe.""Dahlah."Sesaat hening tak ada pembicaraan."Marah?""Nggak," jawab Meysila jutek.Panggilan terputus. Hubungan Meysila dan Raffi memang terbilang aneh. Sering bertengkar gara-gara hal remeh tapi tidak pernah mengatakan kata putus. Keduanya saling mencintai hanya kadang kesibukan bikin ego dan ingin menang sendiri. Biasanya keduanya akan saling memaafkan jika sudah bosan dengan aktivitas masing-masing. Raffi
"Kok lama?" tanya Zaskia yang menunggu Zidan di klub tempat mereka janjian."Maaf, tadi habis meeting lalu ada urusan penting. Kita naik ke atas atau …?""Aku dah boking satu kamar buat kita one night bersama. Di sini terlalu bising. Pasti tidak akan enak berbincang," ucap Zidan."Ya. Aku tahu," balas Zidan dengan mencium kedua pipi Zaskia dan mengajaknya pergi ke luar club. Menyibukkan diri dengan mendatangi club dan tempat karaoke malam membuat Zidan paham susana di ditempa-tempat hiburan malam. Bukan hanya zaskia, banyak wanita yang sudah menghabiskan malam bersama Zidan sebelumnya karena Zidan memang tipe lelaki pembosan. Dalam wanita, ia terlalu pemilih dan tak sembarang wanita ia kencani. Hotel Cantika. Tempat di mana kedua orang itu hendak menghabiskan kencan buta. Kegiatan yang tentunya melanggar dalam agama, norma dan kesetiaan. "Istrimu tak marah?" tanya Zaskia saat keduanya hendak menaiki lift hotel."Tidak. Kenapa marah? Dia sebentar lagi jadi janda.""What? Seriusan?" t
"Maaf, Pak. Betul ini benar alamatnya Adlyan Fairuz Chandrama?" tanya Almira pada petugas yang berjaga di rumah megah yang alamatnya sama dengan kartu nama yang Lyan berikan.Security mengecek kartu nama yang diberikan Almira. "Dengan Bu Almira?" tanyanya."Iya.""Oh silahkan masuk saja. Sudah ditunggu. Bos sebentar lagi akan pergi. Jika Mbaknya telat sedikit saja, maka saya tidak boleh lagi membiarkan Mbaknya masuk ke dalam," ucap security tadi."Ya. Terimakasih, Pak," ucap Almira saat satpam itu membukakan gerbang dan membiarkan Almira masuk.Rumah besar dengan gaya desain modern khas Eropa. Cat putih dan terdapat empat tiang besar yang menyangga bagian depan halaman besar milik Lyan. Almira hampir tak percaya, jika rumah ini rumah lelaki yang akan menjadi bosnya.Almira diantar menuju ruang tamu dan dipersilahkan duduk sambil menunggu Lyan datang. Lima menit kemudian Lyan dengan pakaian stylish nya turun dari tangga. Aroma parfum yang dipakai Lyan bahkan sampai tercium dengan jara
"Ai, ambilkan saya minum," perintah Lyan."Baiklah," ucap Almira. Padahal hatinya sedikit menggerutu karena minuman itu ada tepat di samping Lyan."Woi, Bro. Ajak gebetan?" Seorang lelaki bernama Trima mendekat pada Lyan. Trima adalah lawan main di serial tv yang sedang Lyan bintangi."Ya, begitulah," jawab Lyan santai membuat Almira mendelik kesal."Bee …," lirih Almira berniat untuk meminta Lyan menjelaskan profesinya."Wow … Wow … wow. Amazing! Si macan sudah menemukan betinanya yang baru. Guys .. guys! Habis ini kita bakalan ada party lagi. Kalian siapkan cemilan agar kita bisa santai menonton adegan drama menyedihkan Lyan dan kekasih barunya ini," teriak Trima memanggil para kru dan rekan artis yang lain. "Hey, nama kamu siapa?" bisik Trima membuat Lyan tak suka. Lyan berdiri dan mengajak Almira pergi dari lokasi syuting. "Hey, Lyan. Kali ini kamu take," teriak sang sutradara.Lyan tak peduli. Ia mengajak Almira untuk duduk dengan tenang di tempat yang tidak bisa diganggu Trima,
"Bee, apa Meysila boleh ikut? Tante Vivian nggak bisa kalau saya pergi sendiri.""Kamu ada saya. Jadi nggak sendiri, Aira," balas Lyan."Tapi Mey maksa ikut. Katanya takut saya sakit di sana.""Kalau sakit ada dokter, jadi nggak perlu ada yang ditakutkan.""Tapi saya nggak tega menolaknya. Boleh ya, Bee?""Kamu pergi untuk bekerja. Jadi pastikan fokus dan tidak memikirkan hal lain.""Please … saya janji tak akan merepotkan.""Kamu tidak merepotkan, tapi dia yang akan merepotkan. Raffi sedang di Bali. Bahaya kalau ketemu.""Bahaya? Ada apa memangnya?""Nggak usah banyak tanya, bilang ke dia kalau saya menolak ikut. Kamu paham?"Almira hanya pasrah. Keputusan Lyan tak bisa lagi ditentang jika sudah begini."Mey," panggil Almira mendekat pada Almira yang sedang memainkan ponselnya. "Aku dah bilang sama Lyan. Tapi ….""Nggak boleh, ya? Aku tahu dia malas terlibat dengan masalahku dan Raffi. Dia takut aku menemui Raffi di sana. It's ok. Aku nggak jadi ikut. Aku juga ada acara sendiri malam