Karena Bau Terasi

Karena Bau Terasi

By:  Maey Angel   Kumpleto
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
3 Mga Ratings
81Mga Kabanata
10.5Kviews
Basahin
Idagdag sa library

Share:  

Iulat
Buod
katalogo
Leave your review on App

Zidan memilih meninggalkan Almira setelah ia merasa bosan. Selama ini istrinya itu tampak buruk dan lemah tak bergairah. Alasan itu membuat Almira diusir dan diasingkan oleh Zidan. Almira bangkit dari keterpurukan setelah memilih hidup bersama seorang artis yang merupakan sahabat dari teman masa lalunya, Lian.

view more
Karena Bau Terasi Novels Online Free PDF Download

Pinakabagong kabanata

Magandang libro sa parehong oras

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Mga Comments
user avatar
Dhafinarvinoaltaf
blm baca sih blm tau novel ny seru atau enggk.. mampir dmari cuma rasa ny aneh aja ma judulny...
2022-11-30 14:52:38
0
user avatar
Arkhan Khalfani.
judul nya ganti thor
2022-11-18 21:32:48
1
user avatar
Arkhan Khalfani.
judul nya ganti thor.. ...
2022-11-18 21:32:33
0
81 Kabanata
Terjadi lagi
"Mas, mau kemana lagi? Kemarin kamu sudah pulang malam, sekarang pergi tengah malam lagi. Sebenarnya kamu kenapa, Mas?" tanya Almira pada Zidan yang malam itu ingin pergi begitu saja setelah berhubungan in tim. "Sudah aku bilang, jaga tubuhmu. Aku benci aroma pada alatmu itu, rasanya aku mau muntah saja. Sudah berulang kali aku minta, jaga! Jaga! Jaga! Bukanya semakin harum, tapi malah bau terasi!" Zidan beranjak pergi meninggalkan Almira yang menangisi kepergian suaminya itu. Bahkan, suara tangis Faris–anak lelakinya, tak didengarkan oleh Zidan. **"Kenapa, Bro? Mukanya kusut amat?" tanya Ardi–sahabat Zidan satu kantor. "Gue bosen." Zidan memesan satu gelas wine dan meminumnya sampai tandas. Ia menelpon Ardi malam itu untuk menemaninya ke club. Menghabiskan malam menyebalkan yang telah ia lalui bersama Almira. "Sama bini?" "Siapa lagi. Akhir-akhir ini dia begitu menyebalkan," adu Zidan. Ardi yang paham akan karakter Zidan memilih mendengarkan, alih-alih memberi saran. Karena
Magbasa pa
Kenyataan
“Mas, hari ini aku nggak kerja dulu. Kamu juga, ya? Aku mau, Mas anterin aku ke dokter buat konsultasi ini,” tunjuk Almira pada sesuatu di balik rok yang ia kenakan.“Kamu ‘kan bisa pergi sendiri. Kenapa aku harus ikut?” tanya Zidan malas. Ia tetap melanjutkan aktivitas sarapannya tanpa memperhatikan wajah Almira yang kian memucat.“Tapi, aku lemas. Tak kuat bawa sepeda motor sendiri,” lirih Almira dengan nada sedikit memohon. “Nggak usah cengeng. Kayak yang nggak biasanya pergi ke mana-mana sendiri.”“Tapi, Mas ….”Bisa saja Almira memesan ojek online, tetapi ia hanya ingin diperhatikan suaminya. Sejak kejadian marah karena hasratnya tak terpuaskan, sejak itu juga Zidan berubah dingin.“Berisik, kamu! Jadi nggak berselera makan jadinya!” bentak Zidan lalu berlalu pergi. Menyambar kunci dan meninggalkan Almira seperti biasanya.“Ma, kita jadi ke rumah sakit?” tanya Nadine yang sengaja Almira minta untuk menunggu di kamar.“Jadi,” jawab Almira sambil menyeka air matanya agar tak dike
Magbasa pa
Talak
“Kamu terkena gonore. Infeksi bakteri menular seksual yang biasanya ditularkan melalui kegiatan seksual.”Almira kaget tentunya. Selama ini dia tak pernah melakukan hal buruk bahkan menyimpang seperti yang Suaka katakan.“Ba-gaimana mungkin? Aku setia selama ini. Bahkan tak sedikitpun terpikir melakukan dengan selain suamiku sendiri,” lirih Almira tak percaya.“Kalau misal kamu tak merasa melakukannya, itu berarti suami kamu yang membawa penyakit itu ke dalam tubuhmu. Kalau misal tidak segera ditangani, maka bisa menyebabkan infertilitas,” terang Suaka. “Meski kadang gonore ini tanpa gejala, alangkah lebih baiknya suamimu ajak ke sini untuk diperiksa juga. Aku yakin, semuanya akan lebih jelas siapa yang sudah membawa penyakit itu.”“Apa tak bisa disembuhkan?”“Bisa. Beruntung ini terdeteksi dini, jika tidak? Aku tak bisa menjamin nyawa kamu bisa baik-baik saja.”Almira pasrah. Inilah sebabnya kenapa suaminya sering mengeluhkan bau. Bahkan setiap malam, suaminya telat pulang. Almira pi
Magbasa pa
Lelaki itu
“Kita masuk ke dalam saja.”Meysila tahu jika Almira sedang tak baik-baik saja. Ia meminta agar sahabatnya itu berbicara semuanya di dalam rumah.“Rumah sepi, Mey?”“Iya. Kakak lagi di rumah Om, tadi aku yang nganterin. Nyokap lagi arisan kayaknya. Kalau bokap, kerja pulang malam biasanya. Eh, mau minum apa?” tawar Almira.“Nggak usah. Aku nggak haus,” tolak Almira.“Kalau gitu, kita bicara di kamar ya? Sekalian kamu istirahat di sana.”“Makasih banyak ya, Mey,” ucap Almira dengan mata berkaca-kaca.Almira dan Nadine naik ke kamar Meysila yang ada di lantai atas. Meysila sengaja membiarkan sahabatnya itu tenang terlebih dahulu agar bisa menceritakan segalanya dengan baik.“Nadine mandi dulu, ya? Mau mandi sama Mama atau Tante?” tawar Meysila.“Tapi aku nggak bawa baju ganti Nadine, Mey,” cegah Almira.“Tenang. Ada baju ponakanku yang biasa main di sini. Kayaknya sih ukurannya sama. Masa iya nggak mandi dan ganti baju. Kamu juga nanti, mandi sama ganti baju punyaku aja. Oke?”Almira te
Magbasa pa
tega
Malam ini Almira tidur di kamar yang sama dengan Meysila. Sebenarnya ada kamar tamu. Namun, Meysila sengaja mengajak Almira untuk menanyakan kenapa ia tiba-tiba meminta menginap.“Ra, Nadine dah tidur?” tanya Meysila yang baru saja masuk kamar.“Sudah. Tadi minta dibacakan dongeng, langsung merem dia. Anakku itu gampang kalau tidur. Didongengin bentar, langsung lelap.”Almira duduk di sofa. Dan Meysila menyusulnya ikut duduk si sana.“Pasti kamu ingin menanyakan kenapa aku menginap, kan?” tanya Almira sambil tersenyum.“Ternyata keahlianmu jadi cenayang gak berubah, Ra. Jadi, kenapa?” tanya Meysila serius.Almira menarik sudut bibirnya. Tersenyum di saat hatinya tak baik-baik saja, sungguh berat. Ditariknya nafas perlahan lalu dikeluarkan dengan teratur.“Aku diceraikan Mas Zidan.”“What?! Seriusan? Gila itu si Zidan. Masalahnya apa?” tanya Meysila kaget.Almira beranjak dan mengambil hasil tes tadi. Memberikannya pada Meysila agar dia membacanya sendiri.“Gonore? Ra … suamimu?”“Buka
Magbasa pa
Serba sulit
“Kok lama, Ma?” tanya Nadine.“Iya. Kita berangkat sekarang saja ya?”“Tapi kenapa Mama bawa koper? Kita mau piknik?”Ada rasa sedih saat Nadine menanyakan hal ini. Tapi mau gimana lagi, semuanya sudah tidak seperti awalnya. Sesuatu yang retak tidak mungkin akan utuh kembali.“Setelah ini, kita akan tinggal berdua. Menjalani hidup berdua dan harus terbiasa tanpa Papa. Nadine, kamu harus bisa terbiasa tanpa Papa,” batin Almira tanpa bisa mengatakan apapun pada Nadin. Lidahnya kelu untuk menjelaskan. Hatinya masih sakit akan cercaan yang Zidan katakan padanya. Bahkan seorang pel acur saja, tidak pantas mendapat sebutan sampah karena hanya Tuhan yang bisa memberikan gelar baik buruknya manusia. Terlebih Almira tak melakukan apapunMobil sampai di TK Kasih Ibu. Nadin dan Almira turun setelah mengganti baju di toilet umum tadi. Almira mencoba bersikap biasa saja agar tidak terlihat begitu menyedihkan.“Pagi, Bu Almira. Sudah sembuh?” tanya Tika–salah satu rekan guru.“Pagi, Bu Tika. Alh
Magbasa pa
dobel
“Seharusnya dia jangan bekerja dulu. Dia harus istirahat total dan jangan stres. Kamu tahu tentang sakitnya?” tanya Suaka pada Meysila yang ikut mendampingi Almira.“Ya. Aku tahu semuanya dan malangnya dia sedang tak baik-baik saja.” Almira menjauh dan mengajak Suaka keluar dari kamar Almira agar sahabatnya itu bisa beristirahat.“Maksudnya?”“Ya, nasibnya sedang buruk. Terkena penyakit yang sebegitu parah tapi suaminya justru menceraikannya. Kalau aku jadi dia, belum tentu aku kuat,” ucap Meysila.“Kenapa bisa begitu?” tanya Suaka kaget.“Makanya aku bilang, dia sedang tak baik-baik saja. Suaminya menganggap jika penyakitya itu datang dari dirinya sendiri dan menyalahkan Almira atas segala yang terjadi. Entahlah, aku tak tahu bagaimana pasti ceritanya. Yang jelas, dia butuh support kita.”“Aku tahu itu. Tapi aku cuti beberapa minggu untuk menyiapkan pernikahanku. Akan ada kemungkinan aku tidak stay di Bogor dalam waktu dekat ini karena calon istriku ada di Surabaya.”“Lalu, bagaimana
Magbasa pa
pergi
Habis sudah kesabaran Almira. Sia-sia ia memanggil penghuni rumah di depannya itu. Sama sekali tak ada tanda-tanda ada manusia hidup dan sama seperti rumah Zidan, rumah itu juga kosong.“Kamu bawa Nadine ke mana, Mas?” isak Almira.Badannya bergetar. Antara sakit dan juga tak tahan dengan apa yang terjadi. Pertahanannya runtuh dan ia merasa dunianya gelap. Berjalan tak tentu arah, entah kemana lagi ia harus mencari Nadine. Yang ia tahu hanya ibu mertua saja yang dimiliki Zidan. Paman, Bibi bahkan saudara, sejauh ini kenal tapi tak tahu di mana mereka tinggal.Cahaya lampu mobil lalu lalang menyoroti malam kelabu Almira. Begitu juga dengan Almira yang akhirnya terduduk di pinggir jalan raya. Tak ada lagi kekuatan untuknya berjalan. Kakinya kram dan perutnya kembali merasakan nyeri hebat.“Mama … Tolong Almira,” lirih Almira menyebut orangtuanya yang sudah tiada.*****“Kamu bagaimana, Dan? Kenapa kamu biarkan Almira membawa Nadin? Untung Ibu mengajak kamu ke pesta anak teman Ibu i
Magbasa pa
menyedihkan
...Almira melihat ke sekeliling. Ruangan serba putih dan aroma khas obat-obatan membuat ia yakin, dirinya sedang ada di rumah sakit. Entah siapa yang membawanya ke rumah sakit, yang jelas ia sangat bersyukur masih ada orang baik yang mau menolongnya.Almira melihat Meysila yang tertidur di sofa, sedangkan Raffi sang kekasih Meysila ada di sampingnya. Almira menitikkan air matanya, teringat akan kehilangan Nadine yang terasa sangat menyakitkan baginya.Jam di dinding menunjukan pukul 4 dini hari. Entah kenapa perasaannya mendadak tak enak, memikirkan tentang Nadine yang mungkin saja akan menangis karena mencarinya. Hati ibu mana yang tak sedih dan terluka, anak yang selama ini selalu ada dan hadir di sampingnya, tiba-tiba dibawa pergi oleh keluarga mantan suaminya.Hingga adzan subuh berkumandang, Almira tak bisa memejamkan matanya. Bayangan Nadine yang menangis mencarinya, sungguh terngiang selalu di telinganya.Meysila menggeliat dan melirik ke arah Almira yang sudah terduduk sambil
Magbasa pa
Harus
"Sebaiknya kamu diam dan jangan bergerak. Itu akan membuatmu lebih sakit," ucap Lyan mengingatkan. Lelaki yang berbicara tanpa menatap Almira, namun diam-diam memperhatikan."Saya ingin ke kamar mandi," lirih Almira.Lyan menoleh dan akhirnya beranjak hendak membantu Almira turun dari brankar. "Saya bisa sendiri!" kata Almira.Lyan mundur satu langkah dan membiarkan Almira dengan keras kepalanya ingin ke kamar mandi seorang diri.Badan sedikit terhuyung karena masih begitu lemah, membuat Lyan sigap menopang badan Almira."Jadi orang keras kepala itu nggak enak. Masih mau jalan sendiri? Silahkan!"Lyan hendak melepaskan pegangan Almira, namun sepertinya Almira tak bisa sampai kamar mandi karena badannya yang masih sangat lemah."Maaf, kali ini saya salah."Lyan tersenyum miring dan membantu Almira ke kamar mandi. "Anda jangan masuk!" cegah Almira."Masuk? Tidak terpikirkan sedikitpun akan masuk dan melihat punyamu itu," cicit Lyan. Lyan meletakkan cairan infus di paku tembok dan memb
Magbasa pa
DMCA.com Protection Status