Share

Penggerebekan

Author: Anggrek Bulan
last update Last Updated: 2022-08-02 17:43:22

Benar apa kata mereka, suara-suara menjijikan lirih terdengar keluar dari kamar itu. Tak salah lagi, dan tentu aku sangat hafal pemilik kedua suara itu. Siapa lagi kalau bukan Mas Budi dan Lisa. 

Sejenak aku terdiam, tak bisa berkata apa-apa, dan air mata pun mulai menetes tak bisa dibendung.

Kenapa mereka bisa melakukan hal ini padaku? Baru juga tiga bulan si Lina tinggal di sini, sejak Bude Hermin meninggal. Tapi dia sudah berani menggoda suamiku, namun entah...aku tak bisa menyalahkan dan membenarkan salah satu pihak, karena bisa saja keduanya itu sama-sama mau.

"Gimana, Nit? Bener nggak, itu suara si Budi dan si Lisa?" bisik Bu Jannah di telingaku, yang hanya kujawab dengan anggukan.

Bu Jannah pun kemudian berbisik pada warga yang lain. Namun, aku masih saja tetap terdiam, tak percaya dengan semua ini. 

Tenyata kebaikanku selama ini pada Lisa, hanya dibalas dengan penghianatan seperti ini. Menyesal memang selalu di akhir, dan bodohnya aku, karena tak mendenagrkan ucapan ibuku dulu.

"Hey...Nit. Terus ini kita mau gimana? Mau dibiarin saja gitu mereka berbuat zina di rumahmu? Warga nggak mau loh, ada yang mengotori kampung ini!" Bu Jannah kembali berbisik, lirih namun terdengar tegas penuh emosi.

Apa yang dikatakan Bu Jannah itu benar, kenapa aku lemah begini, dan meratapi nasib? Aku harus bangkit, dan bisa memberi mereka pelajaran, para penghianat tak tahu malu itu. 

Segera kuhapus kasar air mata yang menetes di pipi, dan kemudian berdiri menuju pintu depan, lalu segera membukannya.

Dengan amat hati-hati, aku pun masuk ke dalam, tentunya diikuti para warga dengan diam-diam juga. Letak kamarku yang ada di samping ruang tamu, membuat kamu cepat sampai di tempat tujuan.

Entah karena sedang berpesta atau ingin segera memadu kasih, pintu kamarku pun hanya di tutup separuh. Mungkin juga mereka berpikir, kalau tak akan ada yang mengganggu aktivitas haram itu.

Pintu yang hanya tertutup separuh itu, langsung kudorong menggunakan kaki, dengan segera pemandangan amat menjijikan tersaji di depan kami. Suamiku yang pendiam, dan sok alim itu, tengah mengauli Lisa dengan hebatnya.

Plokk plokk plokk

"Benar-benar pertunjukan yang menjijikan!" ucapku sembari bertepuk tangan.

Beberapa warga pun mengabadikan moment memalukan ini, bahkan kulirik tadi sudah ada yang merekamnya sejak aku membuka pintu rumah.

Melihatku dan juga banyak warga yang datang, tentu saja kedua insan berbeda jenis yang telah polos itu, kebingungan dan mulai mencari apapun untuk menutupi bagian tubuhnya.

"Ngapain di tutup? Kami sudah melihatnya dan sudah diabadikan! Dan segera akan viral di media sosial!" ucapku sinis sambil mencoba menarik selimut yang menutupi keduanya.

"Tolong, Dik, jangan ditarik, kasihan Lisa!" ucap Mas Budi memohon.

"Hahaha...sampai seperti itu ternyata kamu menyayanginya ya, Mas?! Hebat kalian! Oke aku tak akan menghakimi kalian, karena semua kuserahkan pada warga!" 

Aku pun segera melenggang pergi, tak kuasa juga melihat wajah mereka berdua, dan kemudian aku berdiam diri di ruang tamu.

Terdengar warga berteriak dan mengumoat mereka berdua, terserahlah, apa yang akan mereka perbuat pada pasangan selingkuh itu. Sekitar lima menit kemudian, warga membawa keduanya ke ruang tamu, pastinya untuk dihakimi.

Mas Budi dan Lisa kini duduk berada tepat di hadapanku, dengan memakai pakaian yang tak lengkap, dan sepertinya warga baru saja memberi mereka sedikit pelajaran.

Keduanya tertunduk, sementara aku tetap menatap lekat, dan jujur masih belum  bisa percaya sepenuhnya.

"Mbak Nita, ini di minum dulu susu hangatnya,  biar bisa sedikit tenang pikirannya," ucap Bu Hasan sembari menaruh segelas susu yang masih mengeluarkan asap itu.

Ku minum sedikit sekali susu itu, selain masih panas, juga memang aku tak berselera karena melihat wajah para penghianat itu.

"Mbak Nita...sebagai ketua rukun tetangga di sini, saya mau bertanya. Apa masalah ini akan diselesaikan secara pribadi? Atau mungkin perlu bantuan untuk menyelesaikan bersama?

Kalau dari warga, kami meminta denda dan dari Mas Budi dan Lisa, karena telah mengotori nama baik kampung ini." Ucap Pak Hasan selaku ketua Rt di kompleks ini.

"Biar semua masalah ini, kami selesaikan secara pribadi saja, Pak. Karena ini masalah pribadi keluarga saya." Belum sempat aku menjawab, Mas Budi sudah menyerobotnya duluan.

"Saya tidak bertanya pada Mas Budi, karena di sini kalian bersalah, dan telah mengotori kampung, jadi ini mengharuskan kami ikut campur!" ucap Pak Rt tegas.

"Tolong, Pak. Biarkan kami menyelesaikan secara pribadi. Denda akan saya bayar cash hari ini. Ini hanya kesalah pahaman saja, Pak." Mas Budi masih saja terus bernegosiasi tanpa malu.

Byurrr

"Aw...panas!!!"

Kedua penghianat itu, sontak berteriak secara bersamaan, karena susu panas yang ada di meja itu, langsung kuguyurkan ke wajah mereka. 

"Apa-apaan sih, kamu ini Mbak? Panas!!" 

Lisa berteriak sambil mengibas-kibaskan tubuh dan wajahnya yang panas, dibantu oleh Mas Budi.

Melihat hal itu, bukannya iba, warga malah lebih meng-olok mereka, dan sebagian malah tertawa senang sambil terus mengambil gambar.

"Tak ada yang perlu dibicarakan lagi, Pak Rt, semua sudah selesai. Dan saat ini juga, saya ingin kedua sampah ini angkat kaki dari rumahku!" ucapku lantang sambil menunjuk para penghianat itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Karena Dendam Suamiku Direbut   Bab 38

    Bab 38Setelah Lisa dirawat beberapa hari di rumah sakit, gadis itu pada akhirnya diperbolehkan untuk pulang oleh dokter. Namun dengan satu syarat bahwa dia harus menjalani perawatan rutin ke rumah sakit.Mereka semua kini telah sampai di rumah dan Lisa dirawat di rumah Retno. Apalagi tak ada satupun orang yang mau merawatnya sama sekali. Hanya Nita dan ibunya saja yang bersedia."Lisa, kalau nanti kamu butuh sesuatu panggil saja Mbak atau Bibi."Wanita muda itu tampak menganggukkan kepalanya perlahan dan membiarkan sesosok perempuan yang baru saja bicara padanya itu menutup pintu kamar.Setelah Nita memastikan keadaan sepupunya itu baik-baik saja dan merasa nyaman di dalam kamar. Dia memutuskan untuk kembali dan menemui ibunya. Apalagi saat ini ada tamu tak diundang yang terus saja mengikutinya.Pandangan kita mengarah tajam ke arah ruang tamu. Ada Dimasta yang tengah asik mengobrol dengan Bu Dewi.Perlahan wanita itu mendekat namun tatapan tajamnya tak kunjung menghilang sama sekali

  • Karena Dendam Suamiku Direbut   Bab 37

    Bab 37Nita datang kembali ke rumah sakit untuk bergantian menjaga Lisa. Pagi tadi ibunya telah pulang lebih dulu ke rumah.Setelah sampai di rumah sakit wanita itu segera pergi ke ruang rawat sepupunya. Saat membuka pintu ruang rawat Lisa, gadis itu terlihat termenung seolah telah mendapatkan begitu banyak kehancuran di dalam hidupnya.Nita menghela nafas perlahan sambil meletakkan barang bawaannya. Dia lantas menarik kursi dan duduk tepat di samping ranjang Lisa."Gimana keadaan kamu, Lis? Udah lebih membaik?"Lisa melirik sekilas tapi sayangnya gadis itu tak mengatakan apapun. Bahkan bibirnya kini terlihat semakin pucat dengan raut wajah yang tak memiliki semangat sedikitpun untuk melanjutkan hidup."Kalau kamu butuh sesuatu jangan sungkan untuk minta sama Mbak dan Bibi, ya?"Lisa terkekeh pelan. Tiba-tiba saja gadis itu merasakan kengerian di dalam dirinya karena kini justru dirawat oleh orang-orang yang sempat dia sakiti."Mbak, kamu nggak perlu bersikap baik padaku.""Kenapa? Ap

  • Karena Dendam Suamiku Direbut   Bab 36

    Dada Lisa terasa semakin bergemuruh. Saat ini dia memang masih belum yakin kalau kakaknya telah meninggal. Tapi satu hal yang pasti, Mbak Linda tak mungkin meninggalkannya sendirian di rumah sakit apalagi sampai membiarkan dirinya berada di tangan Nita dan Bu Dewi.Tangisan Lisa kembali pecah dan dia tak bisa membendungnya lagi. Seberapa banyak dia mencoba untuk tak lagi menangis tetap saja rasanya sulit karena dirinya frustasi.Saat ini dia telah lumpuh dan Mbak Linda juga sudah meninggal. Lisa hanya bisa meratapi tangisnya. Nita tiba-tiba memeluknya, Lisa awalnya mencoba untuk berontak tapi nyatanya dia tak bisa menggerakkan tubuh sama sekali.Alhasil dia menangis dipelukan Nita, wanita yang sangat dibencinya.Di luar ruangan, Bu Dewi dan Dimasta terlihat tersenyum melihat pemandangan yang cukup mengejutkan. "Syukurlah, sepertinya semuanya kan baik-baik saja.""Iya, Bu. Dimas harap juga gitu," cicit Dimasta.Bu Dewi sejujurnya karena pria muda itu putrinya. Bukan satu dua kali saja

  • Karena Dendam Suamiku Direbut   Bab 35

    "Aku lumpuh, 'kan? Kenapa Bibi nggak jujur padaku?!"Tangis Lisa kembali pecah ketika wanita itu sadar keadaannya memprihatinkan. Hidupnya benar-benar hancur karena dia bahkan tak bisa lagi menggerakkan tubuhnya."Dimana Mbak Linda? Kalian berbuat apa sama Mbak Linda?!"Satu-satunya hal yang ingin diketahui oleh Lisa hanyalah keadaan kakaknya. Namun satu hal yang tidak diketahui oleh wanita muda itu, Linda kini telah meninggal dunia.Bibir Bu Retno rasanya begitu berat untuk terbuka. Bagaimana caranya dia bisa menjelaskan tentang keadaan yang telah terjadi?Sebelum dia berhasil membuka suara, pintu ruangan kembali terbuka dan menampakan sosok Nita. Wanita itu bahkan datang dengan seorang pria yang tak lain adalah Dimasta."Nita? Kenapa kamu balik lagi, Nduk?"Nita menghela napas berat. "Gimana mungkin aku tetap berada di rumah, Bu? Biar aku saja yang bicara sama Lisa."Bu Dewi tampak mengangguk pelan. Sedangkan Nita kini berjalan mendekati sepupunya yang masih menangis di atas ranjang

  • Karena Dendam Suamiku Direbut   Bab 34

    Lisa tampak mengerjapkan matanya beberapa kali. Tiba-tiba terdengar suara seorang wanita dari kejauhan yang cukup samar."Lisa ... kamu udah bangun, Nduk?"Lisa memperjelas penglihatannya secara perlahan-lahan dan saat itulah matanya kembali membulat dengan sempurna ketika melihat sosok Bu Dewi."Bibi? Kenapa Bibi ada disini?!"Bukannya merasa senang, Lisa justru makin merasa kesal karena dia ingin sekali bertemu dengan Linda.Lisa juga merasa takut jika sesuatu yang buruk terjadi padanya karena Lisa hanya percaya pada Linda.Bu Dewi tampak terkejut ketika mendapatkan sikap kasar Lisa. Tapi wanita paruh baya itu tahu kalau keponakannya saat ini tengah dalam keadaan yang buruk."Lisa tenang dulu, ya? Bibi panggilkan dokter," ujarnya.Lisa hanya diam. Wanita itu memilih untuk memalingkan wajahnya. Tapi setelah pintu tertutup, Lisa kembali berpikir untuk mencari cara agar bisa menyelamatkan dirinya.Wanita muda itu kembali mencoba untuk menggerakkan tubuhnya. Tapi sekali lagi dia dikejut

  • Karena Dendam Suamiku Direbut   Bab 33

    Bab 33Bu Dewi terlihat tergopoh-gopoh menghampiri anaknya. Nita masih duduk tepat di depan ruangan Lisa. Namun wanita itu segan untuk masuk kembali karena takut jika sepupunya akan marah. Walaupun Lisa kini sudah ditenangkan, Nita masih saja merasa bersalah."Nita," panggil Bu Dewi.Nita menoleh, seketika pula dia beranjak dan memeluk erat tubuh ibunya. Sudah cukup baginya untuk pura-pura kuat, Nita tak tahan lagi.Bu Dewi segera mengelus pelan pundak anaknya. Dia tahu kalau anaknya memang sering kali menyalahkan diri sendiri atas segala hal yang terjadi."Sudah, Nita ... Sudah! Mau sampai kapan kamu nangis seperti ini?"Nita mengusap sudut matanya. Ucapan Bu Dewi barusan benar. Dia memang tak pantas menangis terus. Tapi nyatanya dia ketakutan saat ini.Nita segera melepas pelukan. Ditatapnya lekat sosok sang ibu dengan sudut mata yang berair."Gimana kondisi Lisa?""Dia kayaknya masih tidur, Bu. Mungkin dua jam lagi sadar," ujar Nita.Bu Dewi menghela napas berat. "Kamu pulang aja

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status