Share

Bab 16 Kecemasan ibu

Sepanjang perjalanan pulang ibu hanya diam. Ia tidak banyak bicara sejak kejadian di rumah makan Sunda tadi. Wajahnya tampak di tekuk. Bang Arman berkali-kali mengajaknya bicara, namun ibu hanya menanggapi dengan 'iya' dan 'tidak' saja. Aku menjadi tidak enak hati dengan bang Arman karena sikap ibu. Tapi aku paham kenapa ibu bersikap seperti itu. Wajahnya terlihat marah, entah pada siapa. Entah pada bang Arman atau padaku.

Begitu sampai di rumah, ibu langsung masuk ke kamar. Bang Arman menatap padaku. Aku hanya menghela nafas.

"Dek, apa ibu marah sama Abang?" tanyanya merasa bersalah.

"Tidak tahu, bang. Mungkin ibu hanya kecewa saja," ucapku.

Wajah bang Arman tegang dan rahangnya mengeras. "Memang perempuan itu tidak pernah bosan merecoki hidupku," gumamnya geram. Bang Arman menoleh padaku. "Dek, sampaikan maaf Abang pada ibu, ya. Abang merasa tidak enak hati sama ibu," ujarnya khawatir.

"Iya, bang," jawabku. Aku hendak berlalu dari hadapan bang Arman untuk menemui ibu di kamar.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status