Share

Bab 17 Janji bang Arman

Aku menghela nafas berat. Aku tatap wajah penuh kekhawatiran ibu.

"Bu, aku dengan bang Arman belum lama menikah. Masak kami harus berpisah karena orang lain?" tanyaku lembut.

Aku tahu ibu berkata begitu karena rasa sayangnya padaku.

Ibu tertegun. Ia kemudian menunduk. Lalu menangis lagi.

"Maafkan ibu, Yun! Maafkan ibu, nak! Ibu.... Astaghfirullah alazim. Ya, Allah mengapa hamba sampai melupakan-Mu!" Ibu tergugu.

"Iya, Bu. Ada Allah bersama kita. Berserah dirilah pada-Nya, Bu!" bujukku.

Ibu mengangguk di sela Isak tangisnya.

Tok! Tok! Tok!

Aku dan ibu mendengar suara ketukan dari pintu kamar. Tidak lama, kami melihat bang Arman menyembulkan wajahnya dari balik pintu. Raut wajah bang Arman terlihat cemas dan khawatir.

"Maaf, Bu! Apa boleh aku masuk?" ijinnya pada ibu.

Ibu hanya mengangguk. Bang Arman pun duduk di samping ibu, di sisi yang lainnya.

Ia meraih tangan ibu.

"Ada apa, Bu? Sejak pulang dari Taman Mini tadi, ibu terlihat lesu. Apa ibu sakit?" tanyanya perhatian.

"Ti
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status