Share

Bukan Sepeti Istri

Penulis: Erna Azura
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-16 18:56:50

Suasana restoran mewah itu seharusnya membawa kehangatan bagi pasangan mana pun mengingat sedang digelar acara tunangan di sana.

Tapi bagi Arga, makan malam bersama Amara justru menghadirkan kegelisahan yang tak biasa.

Ia duduk tegap, menyendok sup krimnya dengan sikap formal, tapi matanya—matanya terus melirik ke arah wanita yang duduk di seberangnya.

Amara terlihat santai. Gerakannya lembut. Matanya jernih. Bibirnya sesekali tersenyum kecil. Ia tidak tampak seperti wanita yang sehari sebelumnya hampir pingsan karena alergi. Justru, ketenangannya yang tak terjangkau itu… membuat Arga gusar.

Saat Amara mengangkat sendok kecil berisi saus dan mencicipinya dengan ujung bibir, Arga langsung menegakkan punggung. Ada sesuatu yang menggelegak di dadanya. Sesuatu yang beberapa hari ini dia coba hindari, tapi kini muncul seperti api yang menyambar bensin.

Arga menarik napas dalam-dalam, lalu buru-buru meneguk air dingin. Ia tidak tahan.

“Udah selesai makannya?” tanyanya tiba-tiba, suara
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Ferinda Yanti
sedih banget ngenes banget,,tapi gk papa calon bucin ya gitu,,,secara sensasi perawan mah bikin nagih,,ckcck
goodnovel comment avatar
Adfazha
Arga SMP bgt deh ihhh kshn kan Amara msh mupeng ehhh seenggaknya dipanggil sayang ya Amara slain kecup kening
goodnovel comment avatar
Marlien Cute
Sedih nya Amara terasa sampai sini Author,jadi ikutan sesak bacanya...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Jarak

    Pagi itu, aroma roti panggang dan telur rebus memenuhi dapur. Amara berdiri di dekat kompor, mengenakan piyama lengan panjang dan apron tipis. Wajahnya bersih tanpa riasan, tapi matanya sembab. Tidak ada senyum pagi ini. Hanya rutinitas.Arga turun dari lantai dua dengan tampilan sempurna seperti biasa—kemeja putih rapi, celana bahan gelap dan jam tangan kulit yang membungkus pergelangan tangan kirinya. Namun, langkahnya sedikit melambat ketika melihat punggung Amara di dapur.Tanpa kata, ia duduk di kursi meja makan. Tatapannya mengikuti gerakan Amara yang begitu efisien: menuang teh ke cangkir, menyajikan roti, lalu menaruh piringnya di hadapan Arga.Amara hanya menyajikan satu piring.“Enggak sarapan?” tanya Arga pelan, mencoba mencairkan suasana.Amara duduk di kursi seberang, meneguk teh hangat tanpa menyentuh roti. “Belum lapar,” jawabnya singkat.“Semalam…,” Arga sempat ingin bicara, tapi kalimatnya tertelan sendiri.Amara mengangkat pandangan menatap Arga, pria itu tamp

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-17
  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Suami Kontrak Yang Posesif

    Sabtu sore. Udara sedikit panas, tapi langit terlihat cerah.Arga berdiri di depan pintu kamar Amara, sudah rapi dengan setelan jas hitam dan dasi abu-abu gelap. Tangannya mengepal pelan di sisi tubuh.Pintu kamar terbuka. Amara muncul dengan gaun sage green yang Arga pilihkan sebelumnya. Rambutnya disanggul setengah, anting mutiara menggantung manis di telinganya. Wajahnya tanpa riasan berat, hanya bedak dan lipstik nude tipis.Arga terdiam.Untuk sesaat, waktu seperti berhenti.Amara melirik ke arahnya. “Kita pergi sekarang?”Arga mengangguk. Tapi tak ada kalimat pujian seperti biasanya di drama romantis.Tidak ada “kamu cantik hari ini.”Tidak ada “aku senang kamu menemaniku.”Hanya hening.Namun di balik ketegangan itu, hati Arga berdetak dua kali lebih cepat.Entah matanya sudah tidak berfungsi dengan baik atau bagaimana karena dalam pandangan Arga-Amara begitu cantik memukau.***Di dalam mobil, keduanya duduk diam. Musik instrumental dari radio menyelimuti kehening

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-17
  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Jarak Yang Diciptakan

    Baru beberapa menit mereka menikmati makanan ala pesta crazy rich itu, suara hak tinggi menghentak lantai marble menarik perhatian.Seseorang mendekat.Parfum bunga yang kuat menusuk hidung.Cassandra Wibisono.Dengan gaun berkilau warna champagne, rambut panjangnya ditata bergelombang sempurna, wanita itu tampak seperti model dari majalah fashion.“Arga,” sapa Cassandra, senyum manis di wajah, tapi matanya menusuk seperti pisau.Amara menegang di sisi Arga.Cassandra lalu berpura-pura baru menyadari keberadaan Amara. “Oh? Kamu bawa istri?”“Iya,” sahut Arga singkat.Kata itu membuat Cassandra mendengkus.Lalu Cassandra melirik Amara dari atas ke bawah.“Lucu ya, aku kemarin bertemu ayah kamu dan memberitahunya tentang pernikahan kamu, kamu tahu apa katanya?” Cassandra kembali melirik Amara seolah menilai barang dagangan.Arga hanya menatap Cassandra dingin. “Katanya kamu paling beli istri di online store.” Amara tersenyum tipis. Ia tak akan membalas serangan ini denga

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-17
  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Sebuah Pelukan Dan Senyuman

    Chapter 18 – Pelukan Tanpa SadarMinggu pagi.Udara di kompleks perumahan masih sejuk, angin berembus lembut membawa aroma rumput basah. Matahari baru naik setengah, sinarnya menerobos tipis di sela dedaunan.Arga baru saja selesai jogging. Kaus olahraganya basah di punggung, celana training panjang membungkus kakinya yang kuat. Napasnya masih sedikit berat, tapi langkahnya santai saat memasuki rumah.Begitu membuka pintu, ia langsung mencium aroma roti panggang dan kopi.Di dapur, Amara sedang sibuk. Rambutnya dikuncir kendor ke belakang, wajahnya segar tanpa make-up, hanya mengenakan kaus oversized yang mengekspose satu sisi pundaknya dan celana pendek kain yang membuatnya terlihat… nyaman dan juga seksi. Terlalu nyaman dan seksi untuk ukuran seorang ‘istri kontrak’.Arga berhenti sejenak di ambang pintu, memperhatikannya. Ada rasa aneh di dadanya—semacam kehangatan yang tidak biasa.“Permisi, Pak.” Bi Eti datang sembari membawa sapu dan pengki dari belakang Arga membuat pria

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-19
  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Merasa Dihargai

    Gang kecil itu terasa sempit dan panas.Tapi anehnya, Amara tersenyum sepanjang jalan. Karena genggaman tangan Arga di tangannya terasa nyata, terasa menguatkan.Mereka akhirnya berhenti di depan sebuah rumah sederhana dengan pagar pendek dari besi berkarat. Cat tembok rumah itu sudah pudar, tapi tetap bersih dan rapi.Amara mengetuk pintu sambil berseru, “Imaaa!”Tak lama, seorang perempuan berambut pendek membuka pintu dengan wajah sumringah.“Bu Amara!” Ima-sang perawat tampak bahagia karena setiap kali Amara datang, pasien yang dia tangani yang tidak lain adalah ibunya Amara selalu kooperatif, mau minum obat, mau makan karena bahagia.“Masuk, Bu, masuk!”Amara tertawa pelan, lalu menoleh ke belakang. “Masuk, Ga.”Ima langsung mengangguk kepada Arga sebagai sapaan penuh hormat.“Pak Arga …,” gumamnya. Arga balas mengangguk kecil tanpa ekspresi.Amara menarik tangan Arga masuk ke dalam. Ruangan tamu itu kecil, beralas karpet tipis. Ada kursi kayu dengan bantalan usang, d

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-19
  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Bukan Hanya Sekedar Hasrat

    Sampai di rumah, Arga langsung masuk lebih dulu, membuka jaket dan melemparkannya asal ke sofa.Amara yang mengikuti di belakangnya, menggenggam ujung rok, merasa gugup karena ucapan Arga di mobil masih bergema di telinganya.“Aku mandi dulu,” kata Amara sambil berjalan cepat menuju tangga.Arga mengikuti Amara ke lantai dua, dia juga merasa tubuhnya lengket dan butuh mandi.Beberapa saat kemudian, Arga keluar dari kamar, sudah mengenakan celana pendek santai dan kaus hitam yang membingkai sempurna tubuh atletisnya. Rambutnya masih basah, ada sisa tetesan air di garis rahangnya.Amara berdiri kikuk di depan pintu kamarnya, dia juga baru selesai mandi. Rambutnya basah, kulitnya terlihat lebih cerah, aroma sabun lembut masih menempel.Mata mereka bertemu sejenak.Seketika ruangan terasa lebih kecil. Lebih sempit. Lebih… panas.Tanpa banyak kata, Arga melangkah menghampiri Amara.“Udah siap?” suaranya berat, nyaris serak.Amara mengangguk, meski napasnya sedikit tercekat.Dala

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-20
  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Perhatian Yang Tanpa Disadari

    Pagi itu, Amara yang baru habis mandi membuka pintu kamar bersamaan dengan Arga yang tengah berjalan di lorong. Gara-gara momen bercinta pagi ini membuat mereka kesiangan. Amara berlari kecil di belakang Arga menuruni anak tangga dengan blazer yang belum dikancing dan rambut belum disisir apalagi make up. “Aku kesiangan,” kata Amara sembari mengoles roti asal-asalan dengan selai strawberry di dapur. “Kamu sih,” kata Arga bergumam setelah menenggak sebotol air mineral dingin dari dalam kulkas. “Kamu yang ngajakin gituan pagi-pagi,” balas Amara tidak mau kalah sembari mengerucutkan bibir menggemaskan membuat Arga terkekeh. Arga menarik Amara lebih dalam ke area kitchen island setelah istrinya itu meletakan roti di atas piring. “Katanya kesiangan, tapi kamu mancing-mancing terus.” Arga bergumam sembari mengancingkan blazer Amara. Jantung Amara seketika berdetak sangat kencang. Setelah Arga selesai, Amara bergegas menjauh dengan gesture gugup yang kentara. Dia

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-20
  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Sesuatu Yang Mulai Tumbuh

    Chapter 22 – Detik-Detik yang Mengubah SemuanyaAmara turun dari mobil dan melangkah ringan menyusuri lorong, tote bag di pundak dan wajah yang tak bisa berhenti tersenyum.Momen singkat tadi—ciuman Arga di keningnya sebelum turun dari mobil—masih membekas jelas di ingatannya.Hangat. Manis. Tak terduga.Amara menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan jantungnya yang masih berdetak terlalu cepat.Banyak yang tidak Amara mengerti dari Arga, mulai dari bersedia menjenguk ibu, mau membiayai berobat ibu, tetap tinggal setelah bercinta lalu mengecup keningnya saat mereka hendak berpisah pagi ini.Apa yang Arga lakukan itu adalah peran suami yang sangat mencintai istrinya.Tapi untuk apa?Mereka hanya menikah kontrak dan Amara tidak berekspektasi kalau Arga sampai melakukan semua itu.Pria itu bersikap biasa saja tidak dingin, Amara sudah sangat bersyukur.Atau mengijinkannya pulang bertemu ibu bahkan Amara hampir tidak percaya sewaktu Arga bersedia mengunjungi ibu mengingat

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-21

Bab terbaru

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Saat Masalah Itu Kembali

    Mentari pagi menyusup dari celah tirai kayu, menyentuh kulit Amara yang masih bersandar di dada Arga. Nafas mereka perlahan, nyaris bersatu dalam irama tidur yang damai. Seprei linen berantakan menutupi separuh tubuh mereka, sisa malam penuh keintiman yang terasa berbeda dari sebelumnya—lebih dalam, lebih bermakna.Amara membuka mata pelan. Detik pertama yang ia lihat adalah rahang Arga yang kokoh, lehernya yang hangat, dan detak jantung yang stabil di bawah telinganya.“Aku enggak mau hari ini selesai,” bisik Amara pelan, seolah takut suara bisa merusak sihir pagi itu.Arga, yang ternyata sudah bangun namun enggan beranjak, membuka matanya dan mengusap punggung Amara lembut. “Kita masih punya beberapa hari. Bahkan kalau kamu mau… kita enggak usah pulang dulu.”Amara tersenyum. “Nanti kamu bisa dipecat.”“Siapa yang mau pecat CEO?” balas Arga santai, membuat Amara terkekeh dan menyembunyikan wajahnya di dada pria itu.“Lima menit lagi aja ya,” kata Amara.“Kalau lima belas meni

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Bulan Madu

    Setelah sarapan pagi keesokan harinya, Arga membawa Amara checkout dari resort itu padahal Amara masih betah, dia belum menikmati kolam renang dan kenyaman kamar di resort tersebut.Mereka cukup lama berkendara dengan jalur menanjak hingga Amara merasakan udara dingin membelai pipinya melalui jendela yang sengaja dia buka.“Jadi, dari laut kita naik ke gunung?” Amara membuka suaranya setelah lama mereka hanya diam sibuk dengan benak masing-masing.“Tadinya aku spent sampai kita pulang nanti di resort sebelumnya, tapi kayanya pegunungan cocok untuk honeymoon,” kata Arga dari balik kaca mata hitamnya yang Amara duga sedang menatapnya penuh minat.Amara memalingkan wajah ke arah lain menahan senyum.“Enggak perlu ke Bali untuk honeymoon, semenjak kita menikah—kita udah langsung honeymoon,” gumam Amara menahan senyum.Arga terkekeh, dia merangkul pundak Amara dan membawa kepala istri tercintanya itu bersandar di pundaknya.Driver yang mengemudi di depan melirik melalui kaca spion t

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Menjadi Nyata

    Gunawan mengaduk es teh lemon yang nyaris mencair, wajahnya tampak kesal karena putra sambungnya selalu membela Amara. Tidak lama setelah Cassandra kembali dari yang katanya mengangkat panggilan telepon, Gunawan buka suara lagi.“Kita ke Surabaya dulu setelah dari sini,” ujar Gunawan dengan nada yang berusaha terdengar biasa saja.“Ada rapat penting sama mitra lama kita, dan Ayah mau kamu hadir langsung. Cassandra juga ikut, kebetulan dia punya agenda pitching ke salah satu perusahaan properti digital di sana,” sambung Gunawan terdengar seperti sebuah perintah.Arga hanya mengangkat satu alis. “Zeno bisa gantiin.”Gunawan berhenti mengaduk minumannya. “Maksud kamu?”“Zeno udah tahu semua agenda meeting. Proposal pun dia yang rancang. Jadi logisnya, dia yang handle. Aku enggak bisa ikut.”Cassandra langsung menoleh cepat. “Tapi ini penting, Ga. Kamu sendiri yang bilang, proyek di Surabaya bisa jadi langkah besar untuk ekspansi.”“Benar,” jawab Arga santai. “Makanya aku percaya

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Merasa Dihargai

    “Arga! Tunggu!” seru Cassandra, melangkah cepat menyusul Arga di lorong menuju ke kamar.Arga terus melangkah tapi Cassandra berhasil meraih pergelangan tangannya lalu pria itu menghela kasar.“Apaan sih!” serunya dengan ekspresi wajah tidak bersahabat.“Semenjak sampai di Bali kita belum bicara Arga, tadi siang kamu ngelengos gitu saja waktu ayah ibu kamu minta kita duduk berdua untuk ngobrol,” kata Cassandra melotot.“Terus kenapa? Kalau enggak ada urusan ngapain ngobrol … lagian kamu lupa sama kelakuan kamu waktu itu di kantor sampai nyaris membuat rumah tangga aku berantakan? Kamu enggak malu, Cassandra? Apa maksud kamu, hah?” Arga mengkonfrontasi sembari maju selangkah membuat Cassandra mundur selangkah.“Aku … aku hanya enggak mau kamu dimanfaatkan Amara … aku menduga, dia memberikan tubuhnya untuk membayar hutang adiknya, kan?” Pernyataan Cassandra itu membuat kening Arga mengernyit.“Kenapa kamu berpikir seperti itu?” Cassandra langsung gelagapan. “Emmm … ituuu … aku

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Tidak Dianggap Menantu

    Pagi itu, langit Bali seolah mengerti semangat yang sedang tumbuh. Matahari belum terlalu tinggi, namun lapangan rumput di sisi resort sudah penuh oleh karyawan CitraKredit yang mengenakan kaus berlogo perusahaan. Tenda-tenda kecil berjajar rapi, dipenuhi aneka makanan ringan, minuman segar, dan hadiah lomba.Amara duduk di samping Arga, mengenakan celana panjang linen putih dan blus biru muda, wajahnya segar dan cerah. Arga sendiri tampil santai dalam kemeja putih lengan pendek dan celana chino navy. Meski terlihat dingin seperti biasa, pria itu tak pernah jauh dari sisi Amara.Suasana gathering meriah. Ada lomba tarik tambang, balap karung, hingga estafet antar-departemen yang mengundang tawa. Karyawan bersorak-sorai, para petinggi perusahaan duduk di tenda VIP sambil memantau—termasuk Gunawan, Laraswati, Vikram dan Lavina. Musik akustik Bali dengan irama kecapi dan gamelan modern mengalun lembut, menciptakan suasana eksklusif namun tetap santai. Aroma sate lilit dan kopi Bali m

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Pillow Talk

    Langkah mereka menyusuri lorong hotel terasa lebih sunyi dari biasanya. Seolah dunia memutuskan untuk memberi ruang hanya bagi mereka berdua. Arga berjalan setengah langkah di depan, tangannya tetap menggenggam jemari Amara—erat, hangat, tidak tergesa.Sesampainya di kamar, lampu tidak langsung dinyalakan. Cahaya remang dari balkon cukup menerangi siluet ruangan. Ombak masih terdengar samar di kejauhan, menjadi alunan latar bagi detak jantung yang mulai berpacu.Arga menutup pintu. Sunyi seketika melingkupi mereka.Amara menoleh pelan, menatap wajah Arga yang kini hanya berjarak beberapa jengkal darinya. Tatapan pria itu tidak lagi datar. Ada sesuatu yang berubah—lebih dalam, lebih nyata.“Terima kasih untuk pesta ulang tahun kecilnya, sangat berarti untuk aku, Ga …,” bisik Amara, suaranya nyaris tak terdengar.Arga tidak menjawab. Ia hanya mengangkat tangan, menyentuh pipi Amara dengan telapak hangatnya. Sentuhan yang tidak memaksa, tapi membuat tubuh Amara merespons dengan berg

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Dimiliki

    Suara dering ponsel Arga dari atas meja bar membuat Amara menoleh. Ia baru saja selesai menekan tombol start pada mesin cuci ketika Arga turun dari tangga, sudah berpakaian rapi dengan kemeja putih dan celana chino abu-abu yang membuatnya tampak santai tapi tetap karismatik. Bi Eti tidak datang lagi, katanya sakit sehingga Amara yang menggantikannya mengerjakan pekerjaan rumah pagi ini. “Ra,” panggil Arga sembari meraih ponsel lalu datang menghampiri. Amara menyeka tangannya menggunakan handuk kecil, masih berdiri di depan mesin cuci. “Ya?” “Kita harus ke Bali besok pagi,” kata Arga tanpa basa-basi. Amara mengerjap. “Besok pagi?” suaranya meninggi. “Kamu serius?” Arga mengangguk singkat. “Gathering tahunan CitraKredit, sekalian ulang tahun perusahaan. Ayah dan ibu akan hadir juga. Vikram sama istrinya datang. Jadi … kamu harus ikut.” Amara menghela napas panjang, dia tahu kalau dia dikontrak untuk menemani Arga, menjadi pendamping pria itu tapi, “Kenapa baru bil

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Penjelasan

    Perlahan—dengan ragu—Amara mendekat ke sofa panjang lalu duduk di sana.Perutnya seketika berbunyi tatkala aroma ramen menyeruak masuk ke indra penciumannya.Amara melirik Arga sekilas dengan ekspresi kesal namun tak ayal dia raih juga mangkuk besar ramen dari atas meja.Arga duduk di samping Amara, dia meraih sumpit yang masih dibungkus kemudian membukanya setelah itu diberikan kepada Amara.“Kayanya udah enggak panas lagi, bisa kamu makan sekarang,” kata Arga sembari meraih mangkuk ramen miliknya.Amara makan dengan lahap tanpa banyak bicara karena perutnya memang sangat lapar, dia melewatkan makan siang dan banyak bersedih serta menangis seharian ini.Sesekali Arga melirik Amara yang tekun menghabiskan ramennya.“Kamu tahu ‘kan kalau Cassandra itu dulu mantan aku ….” Arga akhirnya buka suara.“Tahu … tapi aku enggak peduli,” balas Amara ketus.Arga mengulum senyum, dia merasa Amara cemburu dan entah kenapa rasanya menyenangkan seolah dengan cemburunya Amara itu dia jadi ta

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Bentuk Permintaan Maaf

    Kotak makan siang itu jatuh ke lantai marmer, terbuka sedikit, menumpahkan aroma ayam lada hitam yang tadi pagi dimarinasi Amara sendiri.Tapi tak ada yang memedulikan makanan itu.Arga masih duduk di sofa, matanya melebar saat melihat Amara berdiri di ambang pintu.Dan Cassandra?Sudah bangkit dari atas pangkuan Arga dengan blouse setengah terbuka, bibir merahnya membentuk senyum kecil penuh kemenangan.“Ama—”“Kamu .…” Suara Amara nyaris tak terdengar.Matanya tidak berkedip. Menatap Arga dan Cassandra yang baru saja berpisah dalam posisi yang sulit dijelaskan.Tangannya masih menggenggam paperbag kosong di sisi kanan, sementara tangan kirinya mengepal, gemetar.Amara pikir apa yang mereka lakukan selama ini begitu berarti.Ah, tidak. Mungkin hanya bagi Amara sangat berarti. Bagi Arga, Amara hanya istri kontrak.Sedangkan Cassandra adalah mantan Arga yang mungkin masih pria itu cintai.“Amara, aku bisa jelaskan.” Arga berdiri cepat, suara beratnya terdengar terburu-buru

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status