Home / Romansa / Karena Utang, Dinikahi Sultan / Menjauh Dari Dunia Yang Menyakitkan

Share

Menjauh Dari Dunia Yang Menyakitkan

Author: Erna Azura
last update Huling Na-update: 2025-06-09 18:57:05

Alena melangkah keluar dengan napas berat, berusaha tetap menjaga postur tubuhnya tegap meski hatinya berantakan. Setiap ketukan stilettonya di lantai marmer seolah menegaskan tekad untuk tidak menunjukkan betapa hancurnya ia di dalam.

Matanya bergerak cepat, mencari mobil yang biasa menjemputnya.

Di depan gedung CitraKredit, langit sore Jakarta berwarna abu-abu kusam, udara panas bercampur polusi mengambang berat di sekitaran lobi utama.

Tak lama, sedan hitam mengilap mendekat perlahan. Rendy turun dari kursi kemudi dengan cekatan, mengenakan seragam hitam rapi, kancing atas kemejanya terbuka, memberikan kesan santai tapi tetap profesional.

Dia berjalan cepat ke arah Alena, membuka pintu belakang sambil menundukkan kepala hormat.

“Siang, Bu Alena.”

Tak ada balasan dari Alena, hanya sekilas lirikan tajam yang menyembunyikan emosi mendidih di balik sorot matanya. Dengan gerakan anggun tapi penuh tekanan, ia masuk ke dalam mobil, membanting tas kecilnya ke samping dengan suara thu
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (4)
goodnovel comment avatar
Adfazha
Alena amnesia ya kan km sendiri yg buat kesepakatan pranikah sm Arga no skinship, no ML, gk sadar diri klo cm Amara yg Arga anggap istri wkkkwkkk skrg Alena mulai terkenal sm Rendi yaa
goodnovel comment avatar
May_maya🌸
gini deh nasib pembaca novel on going, sampe lupa jalan ceritanya krna author rajin upload...hehe..
goodnovel comment avatar
Ferinda Yanti
okeh lanjutan rendy,,apa alena kan lengah dan jatuh ke kamu atau malah kamu yg jatuh nantinya,,,
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Merasa Bersalah

    Langit pagi di Uluwatu tampak indah, tapi bagi Arga, segalanya terasa suram. Ia duduk di tepi tebing vila, menatap lautan luas yang memantulkan cahaya matahari pagi. Gelombang bergulung tenang, kontras dengan badai di dalam dadanya.Napasnya berat. Tangan mengepal. Kepala menunduk. Ia belum juga bisa menerima apa yang terjadi semalam—atau lebih tepatnya, apa yang katanya terjadi.“Gue mabuk… gue enggak sadar… tapi tetap aja…,” gumamnya lirih. “Gue udah hancurin semuanya….”Ia memejamkan mata. Bayangan Amara muncul di pikirannya. Senyumnya. Tawa lembutnya. Sentuhan tangan kecil di perut yang mulai membesar. Ia mengingat setiap detik saat mereka berjalan di antara kebun teh, saat Amara berkata dengan yakin bahwa ia mempercayainya sepenuhnya.Dan kini … ia merasa layak dikutuk.Suara notifikasi ponsel membuat Arga tersentak. Ia membuka pesan.Amara: Sudah sarapan, Ga? Jangan lupa jaga kesehatan ya. Aku dan dede bayi nunggu kamu pulang. Hati-hati di sana.Kalimat itu menghantamnya

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Rencana Alena Berhasil

    Malam turun perlahan di langit Bali. Di kejauhan, debur ombak terdengar samar, menyatu dengan hembusan angin laut yang membawa aroma garam dan bunga kamboja. Vila tempat keluarga besar Wibisono menginap kini terang benderang, dihiasi lentera gantung dan gemerlap lampu taman untuk menyambut malam pra-pernikahan sepupu Alena.Semua tamu berkumpul di area terbuka, mengenakan busana tropis semi formal. Arga tampil rapi dengan kemeja putih dan celana linen gelap, berdiri kaku di tepi meja makan panjang yang dipenuhi aneka hidangan seafood dan minuman tropikal. Wajahnya tak berubah: datar, malas, dan tak tertarik.Sementara itu, Alena mengenakan dress backless berwarna zamrud yang membingkai tubuhnya sempurna. Rambutnya digelung simpel, memperlihatkan tengkuk jenjang dan bahu halus yang disengaja terlihat. Ia tahu malam ini hanya ada satu target yaitu membuat Arga mabuk dan menciptakan ilusi kebersamaan.“Ga,” panggilnya manja, berdiri di sisi Arga sambil membawa dua gelas wine putih.A

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Mulai Menjalankan Rencana

    Senja mulai turun perlahan di langit Jakarta. Dari balik jendela penthouse yang tembus pandang, cahaya jingga memantul di dinding kaca, mewarnai ruangan dengan nuansa hangat yang ironisnya tak mampu menenangkan suasana hati di dalamnya.Alena berdiri gelisah di dekat minibar. Tatapannya kosong, namun pikirannya penuh skema. Ia memeluk tubuh sendiri seakan ingin menyembunyikan sesuatu dari dunia—dan mungkin dari dirinya sendiri.Tak lama, suara langkah terdengar dari pintu utama. Rendy masuk, masih mengenakan jaket driver dan sepatu kerja. Wajahnya datar, tak mengandung keceriaan seperti biasanya.“Ren… kita perlu bicara,” ucap Alena pelan, hampir seperti permohonan.Rendy diam sejenak, lalu mengangguk. “Kalau memang Ibu mau bicara baik-baik.”Alena menunduk, memijat pelipisnya. “Pertama-tama… aku minta maaf. Aku benar-benar minta maaf karena tadi siang sudah marah dan berkata kasar.”Ia mendekat, mencoba menatap Rendy dengan mata memerah. “Aku panik, Ren. Aku enggak tahu harus g

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Hamil

    Alena menatap kosong ke arah langit-langit, jantungnya berdebar tak beraturan. Tangannya dingin, tubuhnya masih lemas. Setelah memuntahkan isi perut pagi tadi, ia hanya duduk di sofa tanpa banyak bergerak. Tapi kepalanya penuh—terlalu penuh.Tidak. Ini tidak boleh terjadi.Ia bangkit dari sofa dengan langkah tak stabil, membuka laci kecil di meja konsol, mencari sesuatu—apa saja—yang bisa mengalihkan pikirannya. Tapi tidak ada. Yang ada hanya kekacauan yang terus berputar di benaknya: rasa mual, nyeri di payudara, tubuh yang terasa lebih berat dan malam bodoh itu.Wajah Rendy terlintas di kepalanya. Pelukannya. Sentuhannya.Sialan.Alena memejamkan mata kuat-kuat, menahan amarah dan panik yang kini menjalari sekujur tubuhnya. Ia menggigit bibir bawah, lalu berlari kecil ke arah kamar mandi. Saat bercermin, ia melihat dirinya—pucat, berantakan, dan ketakutan.Ia menekan perutnya pelan. “Tolong jangan… jangan sampai aku hamil,” bisiknya pada dirinya sendiri.Tapi tubuhnya tak per

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Harapan

    Amara membuka mata perlahan. Keheningan pagi membuat segalanya terasa lebih damai. Cahaya matahari pagi menyelinap pelan melalui celah tirai tipis, mengisi kamar penginapan dengan rona keemasan yang hangat.Kabut tipis masih menggantung di luar jendela, membingkai pemandangan kebun teh dengan lembut seperti lukisan yang belum selesai.Ia menoleh ke samping, dan mendapati tempat tidur kosong. Selimut di sisi Arga sudah dilipat rapi.Sebelum sempat bertanya-tanya, terdengar suara ketukan pelan di pintu kamar. Disusul suara Arga dari luar.“Sayang, kamu udah bangun? Aku minta tolong buka pintunya, tangan aku penuh nih.”Amara terkikik pelan, bangkit dari ranjang dan melangkah pelan dengan gumpalan selimut masih membungkus tubuhnya. Saat pintu dibuka, Arga berdiri di sana—masih mengenakan kaus lengan panjang dan celana lounge gelap, membawa nampan kayu berisi berbagai hidangan.“Selamat pagi, Ny. Bagaskara,” sapa Arga dengan gaya formal, senyumnya nakal. “Kami sajikan sarapan spes

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Membawa Amara Berlibur

    Mobil hitam berhenti di depan sebuah penginapan kecil bergaya kolonial yang tersembunyi di balik bukit-bukit teh, jauh dari hiruk pikuk kota.Udara sejuk menyambut begitu pintu dibuka, membawa aroma khas daun basah, kayu tua, dan kabut pagi yang belum sepenuhnya menguap meski waktu sudah menjelang siang.Amara melangkah turun dengan pelan, mengenakan sweater hangat dan flat shoes. Matanya menelusuri pemandangan di sekeliling—kebun teh terbentang luas, pepohonan pinus menjulang dan di kejauhan terdengar suara gemericik sungai kecil yang tersembunyi di antara batu dan semak.Arga turun dari sisi pengemudi, berjalan ke arahnya dan mengambil alih tas kecil dari tangan Amara.“Kita liburan?” Amara bertanya pelan, masih bingung, masih tak percaya.“Bisa dibilang begitu,” jawab Arga, suaranya datar, tapi lembut. “Aku ambil cuti dua hari.”Amara terdiam. Arga dan cuti—dua hal yang sangat jarang ia dengar dalam satu kalimat.“Kenapa?” tanyanya lagi, pelan.Arga menatap wajah Amara yang

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status