Ponsel Sofie berdering dengan nama Rexa tertera jelas di layarnya begitu wanita itu keluar dari toilet. Jelas saja Sofie langsung menggeser tombol hijau dan menjawab teleponnya sebelum mendengar omelan panjang bosnya itu. “Apa yang kamu lakukan?! Cepat kemari!” bentak Rexa dan langsung menutup teleponnya sebelum Sofie sempat menjawab. “Apa-apaan orang itu? Seenaknya saja!” gerutu Sofie sambil bergegas kembali ke meja mereka tadi. Belum juga Sofie sampai ke meja tersebut, Rexa yang tengah berjalan meninggalkan meja langsung menarik Sofie keluar dari restoran. Dengan wajah bingung, Sofie yang nyaris terseret hanya bisa mengikuti Rexa dalam diam sambil melirik ke arah Azalea yang terlihat kesal. ‘Haduuuh ... punya musuh baru nih kayaknya!’ gumam Sofie dalam hati. “Hei! Sebenarnya apa yang sudah kamu lakukan sampai dia terlihat sangat kesal begitu?” tanya Sofie hati-hati saat mereka dalam perjalanan menuju rumah Sofie. “Wanita itu bilang mau jadi pacarku.” “Wuah! Lalu apa jawabanmu
Pagi sekali Sofie sudah tiba di basecamp B-Men. Tangannya penuh belanjaan bahan makanan yang dibelinya di pasar pagi dekat rumahnya. Sedikit kewalahan, Sofie menekan password pintu basecamp yang Nick berikan padanya kemarin. Berjalan sedikit mengendap langsung menuju dapur yang masih bersih mengkilap.Dengan hati-hati diletakkannya barang belanjaan yang baru dibeli di atas meja. Sebagian lagi dia masukkan ke dalam lemari pendingin untuk stok.Kini segala kebutuhan di basecamp menjadi tanggung jawab Sofie. Terlebih kemarin Nick juga sudah memberinya kartu debit khusus untuk membeli keperluan rumah tangga di basecamp. Jadi, sudah menjadi tanggung jawabnya juga untuk memperhatikan makanan yang dikonsumsi para member.Seperti saat ini, Sofie terlihat mulai bergerak lincah menyiapkan semua peralatan masaknya, membersihkan sayuran dan segera mengolahnya. Sesekali wanita itu berdendang sambil memutar spatulanya. Pukul delapan tepat, semua menu sarapan sehat yang Sofie buat telah rapi terhida
Acara jumpa penggemar kali ini benar-benar disambut antusias oleh para pengagum B-Men. Sofie bahkan melongo melihat bagaimana ballroom hotel tersebut penuh sesak oleh para wanita pemuja kelima pria tampan ini. Para penggemar itu saling berebut menarik perhatian idola mereka masing-masing. Sofie sampai harus menutup telinga setiap mendengar teriakan beberapa gadis remaja yang berada di dekatnya.Namun ternyata kehadiran Sofie di tengah kru B-Men menjadi sorotan beberapa gadis muda penggemar B-Men. Bahkan ada beberapa di antara mereka yang berkomentar sinis tentang kehadirannya yang tiba-tiba berubah status dari pegawai hotel yang digosipkan menjadi asisten idola mereka.“Loh kok, dia ada di sini sih? Dasar tidak tahu malu!”“Lihat itu! Di lehernya ada kalung nametag kru. Jangan cari masalah sama dia, bisa kena tuntut kita nanti!”“Sengaja pansos kali dia!”“Asal jangan ganggu Rexa kita saja! Kalau sampai Rexa kena gosip yang aneh-aneh lagi gara-gara dia, aku tidak akan tinggal diam.” B
Hingga tiba di basecamp pun Sofie hanya diam membisu, tidak seceria biasanya. Wanita itu bahkan hampir terjatuh saat turun dari mobil van mereka karena tidak fokus dan hal ini tertangkap mata Rexa. Pria itu segera menyusul langkah Sofie.“Lupakan saja semua perkataan buruknya! Tidak perlu kamu ingat lagi pria seperti itu!” kata Rexa sambil menepuk puncak kepala Sofie pelan. Sofie hanya menatap Rexa sambil tersenyum tipis. Seperti enggan membahas masalah itu, Sofie memilih diam.Jelas saja hal ini membuat Rexa aneh. Rasanya seperti ada yang hilang. Sofie yang biasanya selalu membalas kata-katanya dengan kalimat ketus kini hanya menjawabnya dengan senyuman tipis. Rexa tidak suka itu!“Apa kakimu baik-baik saja? Benar kamu bisa jalan sendiri?” tanya Rexa lagi.“Ya. Aku baik-baik saja,” sahut Sofie singkat kemudian segera masuk ke dalam rumah mendahului Rexa.Rexa melongo. Sofie seperti berubah menjadi orang lain dan dia benar-benar tidak suka itu. Rexa mengejar Sofie ke dalam rumah.“Das
Rexa memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi. Entah mengapa dia menyesali tindakannya terhadap Sofie semalam. Terlebih lagi ketika wanita itu menatapnya marah dengan tatapan terluka, lalu meninggalkan apartemennya begitu saja tanpa pamit bahkan sebelum matahari muncul sepenuhnya. Semalam Rexa tidak sadar saat menatap wajah Sofie. Yang muncul justru ilusi wajah Kaisha yang tersenyum manis padanya. Ilusi yang seakan menarik keluar rindu yang terkurung dalam relung jiwanya yang terbelenggu kelam. Ataukah ada suatu magnet yang membuatnya tidak bisa melepaskan pandangannya dari wajah Sofie? Wajah mungil Sofie, dengan hidung mancung dan garis bibir tipis yang penuh itu mengingatkannya pada Kaisha-nya yang dulu. Wanita manis yang dulu dia cintai sepenuh hati. Ada perasaan nyaman berada dekat dengan Sofie sama seperti yang dulu pernah dia rasakan saat bersama Kaisha. Belum lagi tatapan Sofie yang seakan menariknya masuk. Membuat dirinya semakin kehilangan kontrol semalam dan Rexa sangat ta
Sofie memandang sekeliling ruang makan. Lagi, Rexa yang belum ada di sana. Hanya ada empat member B-Men yang tengah asik menghabiskan sarapan mereka di ruangan itu. Jam tujuh pagi dan Rexa masih juga belum menampakkan dirinya. Sofie mendesah pelan. Jengkel juga dengan kelakuan bosnya itu. Jadwal hari ini cukup padat dan pria itu masih juga belum keluar kamar. Sudah pasti Sofie harus segera membangunkannya. “Rex ... Rexa! Ayo bangun!” Sofie mengetuk pintu kamar Rexa. Sunyi senyap tidak ada yang menyahut. Dengan perlahan Sofie membuka pintu kamar yang tidak pernah terkunci itu. Wanita itu melangkah pelan menghampiri Rexa yang terlihat masih terlelap di tempat tidurnya yang nyaman. “Rexa ... ayo bangun! Sudah siang nih! Hari ini kan ada pemotretan,” panggil Sofie sambil menepuk kaki Rexa yang berbalut selimut. Namun pria itu masih bergeming. “Rexa ... cepat bangun!” panggil Sofie lagi setengah berteriak sambil menepuk pipi pria itu. Tiba-tiba saja Rexa menarik tangan Sofie hingga tub
Tidak lama kemudian mobil Rexa yang dikendarai oleh Vino tiba di sebuah gedung tinggi berlantai dua puluh yang mewah. Tulisan Artemis terlihat menyala terang di puncaknya. Di depan pintu lobi tampak Sonya telah menunggu kedatangannya. Sambil tersenyum, Sonya melambaikan tangannya saat melihat mobil yang dikendarai Vino berhenti tepat di depannya. “Hai, Sayang. Ayo naik!” Dengan segera Sonya naik ke dalam mobil dan duduk di samping Sofie di bangku penumpang. “Sayang, kita jalan-jalan dulu, ya. Sofie dan Rexa juga sudah setuju.” “Ide bagus,” sahut Sonya bersemangat. “Kalau kubilang tidak setuju pun mobil ini akan Vino bawa sesuka hatinya,” tandas Rexa pasrah. “Tapi ... aku penasaran, sejak kapan kalian pacaran?” tanya Rexa tanpa basa basi. Pria itu menoleh menatap Vino dengan tatapan menyelidik. “Iya, benar. Kamu hutang penjelasan padaku loh, Sonya!” timpal Sofie sambil merengut menatap sahabatnya yang hanya menanggapi dengan tersenyum simpul. “Kenapa cuma senyum? Sejak kapan kalian
Alunan musik pop romantis mengiringi aroma kopi yang menguar dari salah satu kedai kopi terkenal di sebelah kanan pintu masuk mall. Sofie dan Sonya melangkah dengan bersemangat melintasi lobi Arkamaya Mall diikuti oleh Rexa dan Vino yang melangkah mantap layaknya supermodel. “Kalian tunggu di cafe saja selagi kami pergi berbelanja pakaian!” pinta Sofie pada Vino dan Rexa begitu melihat keduanya terus mengekori mereka. “Kenapa harus tunggu di cafe?” tanya Vino heran karena sebenarnya dia ingin memanfaatkan waktu luang ini untuk berkencan dengan Sonya layaknya pasangan muda umumnya. “Aku takut kalau penggemar kalian akan membuat keributan di sini. Aku kan sendirian. Tidak ada Nick yang akan membantuku menghadapi brutalnya penggemar kalian itu,” jelas Sofie jujur. “Kamu tidak perlu mengkhawatirkan kami. Hari ini kami yang akan menjaga kalian. Ya kan, Rex?” Vino menyikut Rexa pelan sambil tersenyum simpul. “Kamu pikir aku ini pelindung pribadinya? Kamu harus membayar mahal kalau samp