Home / Romansa / Karenamu Kujatuh Cinta / 8. Amukan Penggemar

Share

8. Amukan Penggemar

Author: Ayu Anggun
last update Last Updated: 2024-01-14 20:04:47

“Memang ada berita apa lagi, sih?” tanya Sofie bingung, sedangkan Sonya segera melihat ponselnya dan mencari unggahan terbaru tentang Rexa.

“Ya ampun! Kamu benar-benar tidak tahu?” tanya Lydia heran.

“Aku bahkan tidak mengerti apa yang kamu bicarakan dari tadi.”

“Aduh ... itu loh, di lobi banyak sekali penggemar Rexa dan juga reporter gosip. Mereka semua cari kamu!” jelas Lydia.

“Hah?! Buat apa mereka mencariku?” tanya Sofie kaget.

“Itu karena foto kamu pelukan dengan Rexa semalam di depan pintu kamarnya. Berita itu sudah tersebar di internet tahu! Petugas keamanan kita di depan bahkan sudah kewalahan menahan mereka semua,” sahut Lydia lagi.

“Hah! Siapa juga yang berpelukan dengan dia. Waktu itu aku hanya menolongnya karena hampir pingsan. Aduh, kenapa jadi begini, sih?” Sofie mulai panik.

“Tapi kalau dilihat dari sudut pandang foto ini sih, kalian memang terlihat seperti berpelukan dengan mesra. Aku bahkan mengira kalian sedang ingin berciuman,” ucap Sonya jujur.

“Apa?” Sofie mendelik tidak percaya sahabatnya berbicara seperti itu.

“Lihat saja sendiri, nih!” Sonya pun menunjukkan unggahan foto Sofie dan Rexa di sosial media melalui ponselnya. “Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya Sonya sama bingungnya.

“Si-siapa yang mengambil foto ini?” tanya Sofie gelagapan. Kaget sendiri dengan tampilan dirinya di foto yang baru saja ditunjukkan Sonya. “Semalam tidak ada siapa pun di lorong itu, loh!”

“Ya, mungkin saja ada reporter skandal yang selalu mengikuti Rexa ke mana pun dia pergi,” tebak Lydia asal. “Dia kan, artis terkenal yang sensasional. Selalu ada banyak skandal bersama perempuan di mana pun dia berada. Pasti akan selalu ada paparazzi yang membuntutinya.”

Mampus! Batin Sofie.

“Ah, benar juga. Bisa jadi itu ulah paparazzi yang mengikutinya dan nahasnya kamu sedang bersama dia saat itu,” ucap Sonya sambil menatap Sofir prihatin.

“Aduh, mati aku! Bagaimana ini?” tanya Sofie yang lebih terdengar seperti gumamam semata.

“Bagaimana, ya? Mereka itu banyak sekali, sih. Kamu tahu sendiri kan, penggemar fanatik B-Men itu seperti apa? Hiiii~” Bukannya memberi solusi, Lydia malah bergidik ngeri.

“Tapi biar bagaimana pun aku harus membuat klarifikasi. Hal yang sebenarnya kan bukan seperti yang dibicarakan di media,” kata Sofie sedikit ragu dengan gagasan yang keluar dari mulutnya ini.

“Kamu yakin?” tanya Sonya.

“Iya! Aku harus mengklarifikasi semuanya!” ucap tegas Sofie sambil melangkah menuju lobi hotel.

“Hei ... apa kamu sudah gila?! Kamu ini sendirian, sedangkan mereka itu ada banyak sekali.” Sonya kembali mengingatkan. “Apa kamu ingin cari mati? Kamu tidak tahu kan, apa yang bisa mereka perbuat? Percaya deh padaku, mereka lebih mengerikan dari pada film horor yang kamu tonton tempo hari,” jelas Sonya berusaha menyakinkan Sofie untuk tidak gegabah.

“Iya benar kata Sonya. Lebih baik kamu tidak ke sana!” sahut Lydia.

“Aku harus melakukannya, kalau tidak hidupku akan terus menerus mereka usik! Aku sungguh tidak tahan!” kata Sofie dengan nada suara yang mulai meninggi, tanda dia sudah benar-benar jengkel.

“Tunggu! Kalau kamu ke sana sendirian, itu cari mati namanya!” Sonya mengulurkan tangannya berusaha menahan Sofie.

Namun Sofie tetap nekat dan tidak mendengarkan perkataan Sonya. Dengan menarik napas panjang, Sofie melangkah menuju lobi hotel. Pada akhirnya Sonya dan Lydia hanya bisa mengikuti Sofie dari belakang sambil berharap tidak ada kejadian mengerikan yang akan terjadi nanti.

Suasana di lobi hotel benar-benar ramai. Seluruh penggemar Rexa berteriak sambil mengangkat tinggi-tinggi papan berisi protes di tangan mereka layaknya orang berdemo. Mereka semua tidak setuju kalau perempuan seperti Sofie menjadi pacar idola mereka, Rexa. Mereka semua menuduh Sofie hanya memanfaatkan Rexa saja untuk menjadi terkenal.

Belum satu menit Sofie menginjakkan kakinya di lobi hotel, kerumunan penggemar Rexa langsung menyerbunya dengan membabi buta. Mereka meminta Sofie untuk tidak mendekati Rexa lagi. Beberapa gadis muda mencakarnya bahkan menarik rambutnya hingga gelungan rambut Sofie terurai berantakan.

“Aku bukan pacar Rexa dan aku tidak pernah memanfaatkannya. Mengenalnya pun tidak!” tutur Sofie dengan sedikit berteriak meminta mereka mendengarkan penjelasannya, tetapi usahanya sia-sia. Suaranya tenggelam oleh suara teriakan makian para penggemar Rexa yang melakukan protes.

Sekuat apapun Sofie berteriak, para wanita yang sudah brutal itu tidak menghiraukan perkataannya. Tidak sedikit Sofie menerima cakaran, tamparan bahkan tarikan di rambutnya. Air mata sudah menggenang di pelupuk matanya. Sofie ingin melawan. Namun tenaganya tidak cukup kuat untuk menghalau semua wanita yang menyerangnya.

Sedangkan jauh di belakang kerumunan penggemar histeris itu, Sonya berusaha menghubungi Vino. Dengan panik, Sonya memberitahukan kejadian tersebut melalui ponselnya.

“Kumohon tolong temanku! Salah apa dia sampai mereka memperlakukannya seperti ini?” ujar Sonya nyaris putus asa melihat sahabatnya dikerumuni sebegitu banyak orang dan sepertinya Vino juga melihat kejadian tersebut melalui siaran langsung di situs berita online.

Entah apa yang dikatakan Vino pada Rexa dan managernya Nick, tidak berapa lama setelah Sonya menelepon, mobil Rexa tiba di pintu lobi utama tepat di dekat kerumunan yang menyerang Sofie.

“Ya ampun, Rex! Lihatlah betapa brutalnya para penggemarmu itu? Sungguh mengerikan. Wanita itu tidak akan mati, kan? Masalah ini harus segera kuselesaikan secepatnya. Kamu tunggu saja di si ... ni!” Ucapan Nick sedikit menggantung akhir kalimatnya karena Rexa sudah lebih dulu keluar dari mobil tersebut.

Dengan kharismanya yang khas, Rexa berjalan menerobos kerumunan wanita muda dan gadis remaja yang sedang berteriak memaki Sofie. Otomatis barisan blokade wanita itu segera menepi perlahan memberi jalan untuk Rexa. Dengan langkah pasti dan dengan raut wajah dinginnya, Rexa menarik lengan Sofie dan membawanya masuk ke dalam hotel. Lydia dan Sonya segera mengikuti mereka dari belakang.

“Hei, Kakak! Sebenarnya siapa sih dia?” tanya salah seorang gadis yang berdiri paling depan. Gadis yang dulu pernah menyiram baju Sofie dengan minuman ringan.

“Iya, betul. Kenapa Kakak begitu membelanya?” tanya remaja lain di sebelah gadis tadi.

Rexa pun membalikkan badannya begitu mendengar protes para penggemarnya. “Aku sangat berterima kasih dengan segala dukungan yang kalian berikan selama ini. Aku benar-benar berterima kasih pada kalian. Namun sikap kalian yang seperti ini sungguh tidak baik. Aku tidak ingin kalian menjadi pribadi yang buruk hanya karena kalian terlalu peduli padaku. Tentang siapa dia, itu akan menjadi privasiku. Terima kasih.”

****

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Karenamu Kujatuh Cinta   41. Sebuah Kejelasan

    “Kita mau ke mana malam-malam begini?” tanya Sofie sambil memandangi jalanan yang tidak dia kenal di sekelilingnya.Bukannya menjawab Rexa hanya tersenyum tipis sambil terus melajukan mobilnya menyusuri jalan raya yang semakin lama semakin sepi.Melihat jalanan yang semakin sepi, Sofie mulai waspada dengan apa yang akan Rexa lakukan selanjutnya. Apalagi saat melihat wajah pria itu yang masih terlihat kesal sejak kejadian di studio foto tadi.Mobil Rexa berbelok memasuki gerbang besar sebuah tempat rekreasi. Setelah membayar tiket masuk, Rexa melajukan mobilnya mencari tempat parkir yang sepi. Pria itu sengaja mencari tempat yang jauh dari keramaian untuk menghindari kehebohan massa yang akan mengenal identitasnya.“Ayo turun!” perintah Rexa begitu selesai mematikan mesin mobilnya.Tanpa menjawab, Sofie ikut turun dari mobil. Hal yang pertama wanita itu lakukan adalah mengamati keadaan sekitar. Memahami di mana tepatnya dia berada agar kalau terjadi sesuatu padanya, dia bisa kabur meny

  • Karenamu Kujatuh Cinta   40. Batasan

    Gerutuan Sofie makin panjang terdengar begitu melihat pose Rexa memeluk Kaisha dari belakang. Segala macam caci maki wanita itu tujukan pada pria yang kemarin membuat jantungnya nyaris jungkir balik karena senang. Kini Sofie semakin yakin kalao pria itu hanya mengerjainya saja kemarin. Lagi pula mana mungkin Rexa menyukai wanita mungil cerewet seperti dirinya.“Waa!!!” Sofie tiba-tiba terpekik kaget ketika hawa dingin menyengat menggigit kulit pipinya. Wanita itu langsung menoleh untuk melihat siapa yang berani mengusiknya saat ini. Namun baru saja hendak mencaci maki orang yang mengganggunya memaki Rexa, Sofie justru terhipnotis senyuman manis dari pria yang berdiri sambil menyodorkan sekaleng minuman dingin di hadapannya itu. “Revano!”“Kenapa merengut begitu?” tanyanya sambil membukakan tutup minuman kaleng kemudian menyerahkannya ke tangan Sofie. “Cappuccino dingin, kesukaanmu, kan?” katanya lagi.Senyum Sofie semakin lebar, “Terima kasih.”“Cemburu, ya?” tanya Revano tepat sasara

  • Karenamu Kujatuh Cinta   39. Cuma Mimpi

    Sofie membuka mata sambil tersenyum memeluk guling. Apa yang sudah terjadi padanya semalam? Kenapa dia jadi tersipu malu seperti sekarang? Ah ... semua kejadian itu seperti mimpi rasanya.Sofie berguling ke kanan dan kiri. Lalu menutup wajahnya dengan guling dan kembali membayangkan kejadian demi kejadian yang dialaminya semalam. Seulas senyum kembali mengembang di bibirnya. Hingga dering jam alarm membuyarkan semua angannya.Sofie bangkit dari tempat tidur. Tatapannya langsung tertuju pada gaun cream yang tergantung pada pintu lemari di hadapannya. Semburat kemerahan kembali menjalar di pipi Sofie. Ah ... lama-lama dia bisa berhalusinasi. Sofie menepuk pipinya pelan dan beranjak meninggalkan kamar.Masih pagi memang, tetapi Sofie tidak menemukan Sonya di mana pun. Hanya ada secarik kertas berisi catatan yang ditulis Sonya tertempel dengan magnet di pintu kulkas. Memberitahukan kalau sahabatnya itu tidak akan pulang malam ini karena harus kerja lembur.Sofie duduk di kursi meja makan.

  • Karenamu Kujatuh Cinta   38. Penuh Warna

    Rexa tidak yakin dengan apa yang sedang dilakukannnya sekarang. Rexa kembali seperti orang yang baru mengenal wanita. Saat ini bahkan dia rela terjebak dalam studio bioskop untuk sekadar menonton film bersama wanita yang memikatnya alih-alih kamar hotel yang nyaman. “Kita mau nonton film apa, sih?” tanya Sofie begitu mereka duduk di kursi masing-masing. “Horor,” sahut Rexa santai. Sedangkan Sofie terpekik kaget. “Horor?!” Sofie menegakkan tubuhnya menghadap Rexa. “Bukannya aku tidak suka film horor, hanya saja nonton di bioskop membuat film horor berpuluh-puluh kali lipat lebih menyeramkan. Efek suaranya selalu membuatku tidak bisa tidur setelah menontonnya.” Rexa hanya memperhatikan wanita itu berargumen dengan senyum tipis menghiasi bibirnya. “Jadi, bolehkan ganti film yang lain?” tanya Sofie sambil menatap Rexa memohon. “Bagus, dong! Nanti aku temani supaya kamu bisa tidur nyenyak,” sahut Rexa dengan seringaian nakalnya. Sofie langsung mencubit lengan pria itu hingga Rexa meng

  • Karenamu Kujatuh Cinta   37. Apakah Ini Kencan?

    “Loh, kenapa kita ke sini?” tanya Sofie heran begitu wanita itu tersadar jalan yang mereka laluinya adalah jalan menuju Mall Savero di pusat kota. “Mau apa malam-malam gini ke mall? Sebentar lagi juga mallnya tutup,” ucap Sofie heran saat Rexa memarkirkan mobilnya di basement mall.“Bioskop masih buka sampai tengah malam.”“Untuk apa ke bioskop?”“Ya nonton, dong!” sungut Rexa kesal dengan kebodohan Sofie mencerna semua sikapnya. Sedangkan wanita itu hanya ber-oh ria.Rexa kembali menarik lengan Sofie dan meminta wanita itu berjalan di sisinya bukan di belakangnya. Keadaan ini membuat kewaspadaan Sofie naik level. Sejak memasuki mall, wanita itu selalu mengedarkan pandangan ke sekelilingnya.Meskipun Rexa memakai topi hingga wajahnya tidak terlalu jelas terlihat, tetapi Sofie tetap merasa tidak aman. Wanita itu bahkan berharap tidak akan ada sedikit pun masalah yang muncul ketika mereka berjalan hanya berdua saja seperti ini.“Kamu kenapa? Seperti mau maling dompet pengunjung saja!” t

  • Karenamu Kujatuh Cinta   36. Terjerat Pesona Rexa

    Rexa mulai melajukan mobilnya tepat di belakang mobil van para member B-Men. Rexa memang lebih suka mengendarai mobilnya sendiri. Sedangkan member B-Men lainnya lebih senang menggunakan mobil van milik perusahaan karena lebih praktis. Mereka semua tiba di Royal Restaurant saat semburat kemerahan mulai meredup dan berganti malam. Sutradara Erick dan seluruh kru pembuatan drama sudah menunggu mereka di sudut kanan ruangan. Para member B-Men pun bergabung dan membaur dengan semuanya. Rexa duduk diapit kedua wanita yang membuat hati Sofie bagai dilumat di atas papan penggilasan. Siapa lagi kalau bukan Kaisha dan Azalea. Terlebih lagi Azalea yang sedari tiba tidak pernah melepaskan Rexa sedikit pun, seakan sedang membalaskan kekesalannya di studio tadi. Ada saja cara yang wanita itu lakukan untuk mencoba menarik perhatian Rexa. Untunglah Sofie duduk di samping Revano dan Sonya. Setidaknya dia memiliki teman untuk berbincang. Walaupun harus menghindari tatapan tajam Rexa setiap kali Sofi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status