Malam ini aku sengaja tidak masak karena rencana makan malam dengan Rendi. Reza belum mengetahui soal rencana makan malam ini."Za, kamu siap siap ya. Kita akan makan malam diluar." "Yes asik. Udah lama Reza gak diajak makan diluar. Kita makan sama siapa Ma? Nenek?""Egak Za. Sama Om Rendi."Dia terlihat senang mendengar perkataanku. Tampaknya dia menyukai Rendi lebih dari Papanya."Asikkkk makan bareng Om Rendi. Om Rendi baik ya Ma." Katanya menilai, padahal dia baru pertama kali bertemu dengan Rendi."Iya dia Baik." Jawabku.Reza segera berhambur ke kamarnya untuk bersiap siap. Tak berapa lama bel rumah berbunyi. "Pasti Rendi." Gumamku."Biar aku saja yang buka Ma!" Teriak Reza yang tiba tiba keluar dari kamarnya."Baiklah. Tolong bilang Om Rendi suruh nunggu sebentar ya, Mama ganti baju dulu!" Kataku seraya berjalan ke kamar untuk berganti pakaian. Ku buka lemari pakaian kemudian ku pilih beberapa baju yang akan ku coba. "Aduh kenapa aku terlihat gendut memakai ini." Gerutuku k
Semenjak pertemuan pertama itu aku semakin dekat dengannya. Ratna, dia pacarku. Dia harta juga bagiku. Walaupun umur kami berbeda jauh tapi itu tidak masalah bagiku. Dia mencintaiku dengan tulus. Ratna bekerja disebuah perusahaan ternama. Oleh karenanya gaji yang diterimanya juga lumayan. Dia sangat loyal denganku, apapun yang aku minta selalu diberi olehnya. Karena sifatnya yang loyal, aku rela untuk membolos kuliah hanya untuk sekedar bertemu dengannya. Laki laki mana yang tidak mau diperlakukan seperti ini.Suatu hari Ratna memintaku menemuinya disebuah hotel. Dia memberikan alamat hotel serta nomer kamarnya. Dimalam itu, dihotel itu pada jam itu akhirnya kami melakukan hubungan layaknya suami istri. Ku relakan keperjakaanku direnggut olehnya. Ketika hasrat kami sedang bergejolak di kamar hotel, tiba tiba ponselku berbunyi. Ternyata kakakku yang menelepon."Iya sebentar lagi, lima menit lagi kak nanggung." Jawabku kemudian menutup teleponnya.Ratna tidak peduli siapa yang menel
Hari ini sidang ke dua akan dilakukan. Aku sengaja meminta cuti pada pak Hisyam. Pak Hisyam ternyata memperbolehkanku untuk cuti. Dia hanya meminta agar besuk semua berkas harus sudah ditanda tangani. Dan aku sudah selesaikan itu semua kemarin.Hari ini Rendi akan menemaniku. Dia sengaja akan berangkat siang. [Aku jemput jam berapa] isi pesan dari nomer baru yang masuk. Kupikir pasti itu Rendi, karena dia kemarin sempat meminta nomer teleponku ketika kami sedang makan malam.[Jam sembilan aja. Takut kelamaan nunggu kalau terlalu pagi] balasan pesan dariku.Aku segera bersiap siap untuk mengantar Reza berangkat ke sekolah terlebih dahulu, baru setelah itu aku akan pulang dan bersiap siap untuk pergi ke pengadilan."Ayo Za." Kataku pada anak semata wayangku itu"Iya Ma. Sebentar." Jawab Reza yang masih sibuk dalam kamarnya."Udah siang. Keburu macet." "Iya." Teriaknya sambil berlari menghampiriku."Nanti pulangnya Mama jemput ya." Kataku."Tumben Mama jemput. Mama gak kerja?""Egak s
Dialah wanita yang kupilih untuk menjadi istriku. Wanita cantik nan sempurna. Dia cerdas, baik dan tipe wanita idaman setiap pria.Aku akhirnya berani menikahinya setelah dua tahun berpacaran. Sempat orang tuanya tidak merestui hubungan kami. Karena Reina terlahir dari keluarga yang bisa dibilang lebih kaya dibanding keluargaku.Namun karena Reina juga mencintaiku dia berhasil mengubah persepsi orang tuanya. Dia berhasil membuat orang tuanya bisa menerimaku.Sebelum menikah denganku, Reina sempat bekerja disebuah perusahaan. Perusahaan negara yang menangani tentang perpajakan. Sesuai dengan jurusan yang diambilnya semasa kuliah.Setelah menikah denganku, aku menyuruhnya berhenti bekerja. Aku tidak ingin dianggap pria yang tidak bertanggung jawab jika membiarkan istriku tetap bekerja. Bagiku saat itu, aku hanya ingin membuktikan jika aku layak mendapatkan Reina karena aku laki laki bertanggung jawab.Karena tidak bekerja dan hanya mengurus rumah, kulihat Reina semakin hari semakin tida
Keluar dari gedung sekolah aku segera mencari taksi. Aku berniat untuk pergi ke rumah Yogi. Tapi karena aku tidak mengetahui dimana alamatnya akhirnya ku putuskan untuk meneleponnya.ku buka ponselku, ternyata ada sebuah pesan disana. [Biarkan Reza bersamaku untuk semalam. Besuk kamu boleh mengambilnya] isi pesan dari Yogi.Aku tetap tidak percaya dengan Yogi. Ini pasti hanya taktik dia agar Reza mau bersamanya kelak.Ku panggil nomer Yogi namun tidak mendapatkan jawaban. Aku binggung harus kemana sekarang. "Kemana Kita Bu?" tanya Sopir taksi ditengah kebingunganku.Akhirnya kuberikan alamat rumah Ibu. Aku butuh tempat cerita kali ini. Dan aku memilih Ibu sebagai tempatku bercerita sekarang.Setelah hampir sampai di rumah Ibu tiba tiba sebuah panggilan masuk ke ponselke."Halo?? kamu bawa Reza kemana?!!" Seru ku ketika mengetahui bahwa Yogi yang menelepon."Kamu gak usah khawatir. Reza aman sama aku. Biarkan dia disini dulu.""Jika terjadi apa apa lagi sama Reza, awas kamu Mas!!!""
Hari ini aku berangkat bekerja seperti biasa. Aku berangkat lebih pagi dari biasanya. Semenjak aku diangkat menjadi manajer, Fida jadi tidak pernah menjemputku. Bukan karena iri atau apa, tapi karena ruangan kami sekarang jauh, tidak seperti dulu.[Udah lama gak berangkat bareng. Aku jemput ya] Pesan masuk dari Fida. [Aku dirumah Ibu. Kamu gak tau rumah Ibuku. Besok aja kalau mau jemput pas aku berangkat dari rumah] Balasan pesan dariku.Aku segera berangkat. Tidak lupa berpamitan pada Ibu dan Bapak. Diki hari ini libur kuliah, dia tidak ingin keluar katanya."Kamu anterin kakak kamu sana! Kasian dia berangkat sendiri!" Tutur Bapak."Kata Kak Reina gak udah dianter kok." Jawab Diki."Iya, gak usah dianter. Reina berangkat sendiri aja Pak." Karena tidak ingin telambat aku segera mencium tangan Ibu dan Bapak."Hati hati kamu. Jangan lupa nanti telpon, kabarin tentang Reza.""Baik Bu." Kataku seraya berjalan meninggalkan mereka.Aku menunggu taksi di persimpangan jalan. Ketika aku masi
Aku begitu penasaran dengan apa yang sebenarnya ingin Diki katakan. Kenapa dia harus menyuruhku datang. Tidak bisakah dia membicarakannya ditelepon?"Makasih Da. Besuk gak usah jemput. Palingan aku tidur sini, lagian Reza juga gak ada." Kataku seraya turun dari mobil Fida."Oke Re.""Gak masuk dulu?""Egak. Udah sore nih. Kasian anak anak pasti udah pada nunggu.""Oke deh. Hati hati ya."Fida kemudian pergi meninggalkanku. Aku segera masuk kedalam rumah, Namun tidak kulihat Ibu disana. Kemana dia? Gak biasanya dia pergi.Tanpa berpikir lama aku segera menuju kamar Diki. Kulihat dia sedang sibuk memainkan ponselnya."Ada apa Dik? Apa yang ingin kamu bicarakan?"Diki tidak langsung menjawab pertanyaanku. Dia memberikan ponselnya padaku.Disana terlihat pesan percakapan Diki dan Ratna. Ku baca pesan demi pesan, sampai akhirnya aku terkejut ketika kulihat Ratna mengirim sebuah foto. Foto tespack."Ini maksudnya apa?" Tanyaku sengaja. "Kakak pasti paham kan?" dia balik bertanya."Sekaran
Pagi itu Fida meneleponku. Dia menanyakan keberadaanku. Dia berniat menjemput jika aku sudah berada dirumah."Ya udah. Aku jemput ya!" Katanya dari ujung telepon.Aku segera berkemas untuk berangkat ke kantor. Tak lupa ku bangunkan Reza juga. Dia akan naik mobil jemputan mulai hari ini.Fida terdengar bersemangat banget tadi waktu menelepon. Hal apa sebenarnya yang membuatnya begitu bersemangat?Tak perlu waktu lama menunggu, Mobil Fida sudah terdengar sampai. Aku segera keluar menghampirinya."Kelihatannya kamu seneng banget. Ada apa Da?""Ini kabar bagus buatmu Re.""Apa??" Tanyaku penasaran. "Ada ruko yang letaknya sangat stragegis dijual. Katanya sih orangnya lagi butuh uang, jadi dia mau jual murah aja." Fida menjelaskan."Beneran??! Cepet banget kamu menenukannya?""Iya Re. Aku sengaja menyuruh Mas Sofyan juga mencari. Aku pikir akan lebih cepat jika dibantu laki laki.""Bener juga sih. Oh ya, Nanti aku cek dulu ya lokasinya. Kalau cocok langsung Aku bayarin." Lanjutku."Kamu p