"Suka? Maksud Pak Rendi?""Tuh kan kamu manggil Pak lagi.""Eh, maksud kamu? Suka sama saya sebagai teman kan?" Aku berusaha membuat ini seolah olah hanya gurauan."Bukan Re. Aku menyukaimu sebagai seorang lelaki dengan wanita, bukan sebagai seorang teman." Jawab Rendi yang membuatku membeku didalam mobil."Bagaimana Re? Apa perasaanku ini akan terbalaskan?" Tanya Pak Rendi kemudian."Saya em aku belum bisa menjawab sekarang Pak, eh maksudnya Ren. Saya, eh aku masih belum resmi bercerai juga Ren." Jawabku jujur."Aku akan tungguin sampai proses perceraianmu selesai Re, itu tidak masalah bagiku." Ujarnya lagi."Tapi Pak, eh Ren, apa kamu tidak masalah jika aku seorang janda. Sedangkan kamu sendiri orang yang menjadi incaran setiap wanita yang melihatmu."Dia tersenyum, entah apa yang sebenarnya dia pikirkan. "Kamu pernah jatuh cinta kan Re?" Tanya Rendi yang membuatku terdiam."Bagaimana menurutmu filosofi cinta itu? Apa cinta bisa memilih? Pada siapa cinta kita ini tumbuh?" Sambungny
"Besok lagi kamu gak boleh kabur kaburan gitu Za. Gak baik. Kamu masih kecil, ntar kebiasaan sampai gede juga kabur kaburan kalau marah." Ujarku ketika kami sedang makan malam."Iya Ma. Reza kan cuma pengen pulang. Pengen sama Mama aja. Reza gak akan kabur lagi sekarang. Reza kan udah sama Mama." Tutur anak itu.Reza kemudian mulai berani menceritakan apa yang dilakukan Ratna padanya."Tante Ratna jahat! Dia selalu memarahiku jika Papa gak ada. Tapi giliran Papa ada dia baik banget." Lanjutnya."Papa juga sering nitipin Reza ke tante Ratna, Reza udah bilang kalau Reza gak mau Ma, tapi Tante jahat itu selalu berusaha membuat Papa percaya padanya.""Dasar Ratna, kenapa kamu jahat sekali!!!!" Gumamku kesal."Aku pernah dipukul sama dia Ma." katanya sambil sedikit terisak.Dipukul?? Apa dia sudah gak waras?? Aku aja sebagai Ibunya belum pernah sekalipun memukul anakku ini."Dasar ularr!!! Nanti kita bicarakan semua ini pada Papamu." Kataku."Percuma. Papa gak akan percaya, aku udah bebera
Sebentar lagi jam menunjukkan pukul sepuluh. Aku segera bersiap siap untuk bertemu Direktur dari perusahaan lain itu dengan Pak Hisyam. "Bu Reina, sudah ditunggu pak Hisyam dilobi." Tiba tiba Lusi sekretarisku sudah berada diruanganku."Baik Lus, Saya segera turun." Jawabku.Tanpa berpikir panjang aku segera berjalan menuju lobi, menghampiri Pak Hisyam disana."Mohon tanda tangani dokumen ini sebentar Bu." Kata Lusi ketika melihatku berjalan terburu buru.Aku yang sedang terburu buru segera menandatanganinya tanpa ku periksa terlebih dahulu dokumen itu."Makasih Bu." Katanya kemudian pergi. Aku merasa ada sedikit ke janggalan dalam dokumen tadi. Tapi apa boleh buat, aku sedang terburu buru sekarang. Pasti dokumen yang Lusi bawa itu sudah benar, pikirku.Aku menemui Pak Hisyam yang memang sudah menungguku. Dia kemudian menyambutku seperti akulah atasannya."Maaf membuat Bapak menunggu." "Tidak Masalah, ayo!" Katanya.Dalam perjalanan aku masih terus memikirkan soal berkas yang baru
Malam ini aku sengaja tidak masak karena rencana makan malam dengan Rendi. Reza belum mengetahui soal rencana makan malam ini."Za, kamu siap siap ya. Kita akan makan malam diluar." "Yes asik. Udah lama Reza gak diajak makan diluar. Kita makan sama siapa Ma? Nenek?""Egak Za. Sama Om Rendi."Dia terlihat senang mendengar perkataanku. Tampaknya dia menyukai Rendi lebih dari Papanya."Asikkkk makan bareng Om Rendi. Om Rendi baik ya Ma." Katanya menilai, padahal dia baru pertama kali bertemu dengan Rendi."Iya dia Baik." Jawabku.Reza segera berhambur ke kamarnya untuk bersiap siap. Tak berapa lama bel rumah berbunyi. "Pasti Rendi." Gumamku."Biar aku saja yang buka Ma!" Teriak Reza yang tiba tiba keluar dari kamarnya."Baiklah. Tolong bilang Om Rendi suruh nunggu sebentar ya, Mama ganti baju dulu!" Kataku seraya berjalan ke kamar untuk berganti pakaian. Ku buka lemari pakaian kemudian ku pilih beberapa baju yang akan ku coba. "Aduh kenapa aku terlihat gendut memakai ini." Gerutuku k
Semenjak pertemuan pertama itu aku semakin dekat dengannya. Ratna, dia pacarku. Dia harta juga bagiku. Walaupun umur kami berbeda jauh tapi itu tidak masalah bagiku. Dia mencintaiku dengan tulus. Ratna bekerja disebuah perusahaan ternama. Oleh karenanya gaji yang diterimanya juga lumayan. Dia sangat loyal denganku, apapun yang aku minta selalu diberi olehnya. Karena sifatnya yang loyal, aku rela untuk membolos kuliah hanya untuk sekedar bertemu dengannya. Laki laki mana yang tidak mau diperlakukan seperti ini.Suatu hari Ratna memintaku menemuinya disebuah hotel. Dia memberikan alamat hotel serta nomer kamarnya. Dimalam itu, dihotel itu pada jam itu akhirnya kami melakukan hubungan layaknya suami istri. Ku relakan keperjakaanku direnggut olehnya. Ketika hasrat kami sedang bergejolak di kamar hotel, tiba tiba ponselku berbunyi. Ternyata kakakku yang menelepon."Iya sebentar lagi, lima menit lagi kak nanggung." Jawabku kemudian menutup teleponnya.Ratna tidak peduli siapa yang menel
Hari ini sidang ke dua akan dilakukan. Aku sengaja meminta cuti pada pak Hisyam. Pak Hisyam ternyata memperbolehkanku untuk cuti. Dia hanya meminta agar besuk semua berkas harus sudah ditanda tangani. Dan aku sudah selesaikan itu semua kemarin.Hari ini Rendi akan menemaniku. Dia sengaja akan berangkat siang. [Aku jemput jam berapa] isi pesan dari nomer baru yang masuk. Kupikir pasti itu Rendi, karena dia kemarin sempat meminta nomer teleponku ketika kami sedang makan malam.[Jam sembilan aja. Takut kelamaan nunggu kalau terlalu pagi] balasan pesan dariku.Aku segera bersiap siap untuk mengantar Reza berangkat ke sekolah terlebih dahulu, baru setelah itu aku akan pulang dan bersiap siap untuk pergi ke pengadilan."Ayo Za." Kataku pada anak semata wayangku itu"Iya Ma. Sebentar." Jawab Reza yang masih sibuk dalam kamarnya."Udah siang. Keburu macet." "Iya." Teriaknya sambil berlari menghampiriku."Nanti pulangnya Mama jemput ya." Kataku."Tumben Mama jemput. Mama gak kerja?""Egak s
Dialah wanita yang kupilih untuk menjadi istriku. Wanita cantik nan sempurna. Dia cerdas, baik dan tipe wanita idaman setiap pria.Aku akhirnya berani menikahinya setelah dua tahun berpacaran. Sempat orang tuanya tidak merestui hubungan kami. Karena Reina terlahir dari keluarga yang bisa dibilang lebih kaya dibanding keluargaku.Namun karena Reina juga mencintaiku dia berhasil mengubah persepsi orang tuanya. Dia berhasil membuat orang tuanya bisa menerimaku.Sebelum menikah denganku, Reina sempat bekerja disebuah perusahaan. Perusahaan negara yang menangani tentang perpajakan. Sesuai dengan jurusan yang diambilnya semasa kuliah.Setelah menikah denganku, aku menyuruhnya berhenti bekerja. Aku tidak ingin dianggap pria yang tidak bertanggung jawab jika membiarkan istriku tetap bekerja. Bagiku saat itu, aku hanya ingin membuktikan jika aku layak mendapatkan Reina karena aku laki laki bertanggung jawab.Karena tidak bekerja dan hanya mengurus rumah, kulihat Reina semakin hari semakin tida
Keluar dari gedung sekolah aku segera mencari taksi. Aku berniat untuk pergi ke rumah Yogi. Tapi karena aku tidak mengetahui dimana alamatnya akhirnya ku putuskan untuk meneleponnya.ku buka ponselku, ternyata ada sebuah pesan disana. [Biarkan Reza bersamaku untuk semalam. Besuk kamu boleh mengambilnya] isi pesan dari Yogi.Aku tetap tidak percaya dengan Yogi. Ini pasti hanya taktik dia agar Reza mau bersamanya kelak.Ku panggil nomer Yogi namun tidak mendapatkan jawaban. Aku binggung harus kemana sekarang. "Kemana Kita Bu?" tanya Sopir taksi ditengah kebingunganku.Akhirnya kuberikan alamat rumah Ibu. Aku butuh tempat cerita kali ini. Dan aku memilih Ibu sebagai tempatku bercerita sekarang.Setelah hampir sampai di rumah Ibu tiba tiba sebuah panggilan masuk ke ponselke."Halo?? kamu bawa Reza kemana?!!" Seru ku ketika mengetahui bahwa Yogi yang menelepon."Kamu gak usah khawatir. Reza aman sama aku. Biarkan dia disini dulu.""Jika terjadi apa apa lagi sama Reza, awas kamu Mas!!!""