Hari ini hari sabtu. Seperti yang dijanjikan Rendi, dia akan datang ke rumahku bersama dengan kedua orang tuanya.
"Mereka akan datang jam berapa Re?" Tanya Ibu ketika kami sedang sibuk didapur.
"Gak tau Bu. Rendi juga gak bilang jam berapa akan datang. Dia cuma bilang akan datang hari ini." Jawabku.
Ibu kemudian meneruskan memotong wortel. Dia terlihat sangat bahagia mendengar anaknya sebentar lagi akan melepas status jandanya.
"Kamu udah pernah bertemu dengan orang tuanya kan? Mereka baik kan?" Tanya Ibu.
"Em. I_Iya. Mereka baik." Jawabku ragu. Aku tidak berhak menilai sifat orang lain hanya karena pertemuan pertama. Mungkin mereka seperti itu hanya karena syok, pasti aslinya mereka baik, pikirku.
"Oh iya. Bagaimana pendapat mereka tentangmu? Pasti mereka bangga ya akan dapat menantu seorang manajer." Lanjut Ibu. Dia merasa bangga denganku.
<Malam itu, Rendi berkali kali meneleponku. Dia pasti ingin meminta maaf atas perbuatan orang tuanya.Namun karena sakit hati yang masih terasa hingga saat ini, membuatku harus mengabaikannya."Maafkan aku Ren." Gumamku.Jujur sebenarnya hati ini belum bisa untuk segera melupakanmu. Kamu adalah lelaki baik yang pertama kali ku jumpai setelah aku bercerai. Kamu lelaki yang bisa membuat anakku merasa nyaman saat bersamamu.Disatu sisi perasaan ini akan tetap tertanam dihatiku. Kamu tidak akan mudah untuk kulupakan. Namun disisi lain, Kamu juga telah membuatku kecewa.Kenapa kamu tidak pastikan tentang keputusan orang tuamu yang mendadak mau berkunjung ke rumahku??? Jika kamu tau mereka hanya ingin menghinaku dan keluargaku, harusnya kamu tidak usah mengajak mereka berkunjung. Itu hanya akan membuat kelu
Siang itu ketika aku sedang makan dikantin, Rendi mendatangiku. Dia pasti masih berusaha meminta maaf padaku."Re, aku mohon jangan pergi. Beri aku waktu buat ngejelasin."Kata Rendi ketika aku hendak berdiri."Maafin aku. Aku gegabah dalam bertindak. Aku meminta orang tuaku segera menemuimu juga keluargamu. Aku tidak mau kamu menunggu terlalu lama." Terangnya."Ternyata keputusanku yang buru buru itu membuat semua jadi kacau. Maafin aku Re." Katanya lagi. Aku masih diam. Rasanya percuma saja memintanya agar berhenti menemuiku."Aku tau perlakuan orang tuaku sangat menyakiti hatimu juga orang tuamu. Namun aku janji Re, suatu saat nanti mereka akan menerimamu dengan kedua tangan mereka." Sambungnya."Aku udah maafin kamu Ren. Tapi maaf aku gak bisa seperti ini terus." Ujarku."Maksud kamu? Kamu ingin mengakhiri semuanya?" Tanya Rendi cemas."Iya. Aku ingin kita selesai disini." Jawabku."Bukannya kamu yang memintaku untuk memberimu kepastian?? Sekarang ketika kepastian itu sudah hampi
Sore itu, ketika Candra mengantarku pulag tiba tiba Mas yogi sudah berada didepan rumahku. Ada apa dia kemari? Mungkinkah mau membicarakan soal apartemen??"Siapa dia Wul?" Tanya Candra yang melihat Yogi berdiri menunggu kami."Itu mantan suamiku Ndra." Jawabku jujur."Kalian masih berhubungan?" Tanya Candra heran."Gak juga Ndra. Aku juga heran ngapain dia kesini?" Kami segera menghampiri Mas Yogi. Dia lalu tersenyum melihatku. Tidak biasanya dia tersenyum manis seperti itu padaku."Ada apa Mas? Tumben ke sini?' Tanyaku."Ada yang ingin aku bicakan sama kamu." Lanjutnya.Karena merasa tidak enak dan takut menganggu, Candra kemudian langsung berpamitan."Kalau gitu, aku pulang dulu ya Wul." Pamitnya."Oh. Ya udah gak papa. Makasih ya Ndra." Kataku membuat wajah Mas Yogi penuh tanda tanya.Setelah Candra pergi, Mas Yogi segera mengajakku bicara empat mata."Siapa dia?" Tanya Mas Yogi penasaran."Temanku. Kenapa?" Jawabku."Apa kamu sudah benar benar melupakanku?" Tanya Mas Yogi tiba
"Aku ikut Mama ke butik ya." Kata Reza setelah medengar aku menelepon Candra."Kamu dirumah aja sama Om ya. Kasian Om Diki kalau tidak ada temannya." Kataku sembari mengedipkan mata pada Diki. Memberi isyarat agar dia menjaga Reza."Iya Za. Om mau pulang aja kalau kamu ikut Mama." Diki mengerti isyaratku."Ya udah deh. Tapi Reza mau beli mainan." Katanya kemudian."Iya. Nanti Mama kasih uang ya." Kataku. Setelah itu aku segera berjalan ke depan ketika mendengar suara mobil berhenti. Aku tidak ingin Diki atau Reza tau tentang Candra terlebih dahulu. Karena jika Reza tau pasti Ibu juga akan tau, dan itu bukan yang aku inginkan sekarang."Udah siap Wul?" Tanya Candra."Udah. Yuk langsung berangkat aja." Ajakku. Candra segera menjalankan mobilnya. Sesekali dia menatapku lalu tersenyum."Kenapa Ndra? Ada yang aneh dengan penampilanku?" Tanyaku."Tidak Wul. Kamu cantik." Pujinya. Aku tersipu. "Ah bisa aja kamu." Setelah lima belas menit perjalanan, akhirnya kami sampai juga di butik.
"Oh ya Wul, kenapa kemarin suamimu datang? Mau apa dia?" tanya Candra saat mengantarku pulang."Entah Ndra apa yang sebenarnya dia mau." Jawabku.Candra tidak bertanya lagi setelah mendengar jawabanku. Dia kemudian mengalihkan pembicaraan."Oh ya Wul, kenapa kamu gak pernah tanya tentang pekerjaanku? Apa kamu gak penasaran kenapa aku selalu bisa menemuimu kapanpun??" Tanya Candra."Memangnya apa pekerjaanmu?" Tanyaku akhirnya. Sebenarnya aku tidak begitu peduli dengan pekerjaan seseorang. Karena bagiku, seseorang tidak bisa diukur dari pekerjaannya. Aku tidak pernah mempermasalahkan tentang pekerjaan teman temanku. Asal mereka asik dan aku merasa nyaman, mereka tetap temanku."Sebenarnya aku seorang penulis. Aku baru akan menerbitkan buku ke duaku." Lanjutnya."Penulis? Wah keren Ndra." Jawabku."Awalnya sih emang hanya iseng iseng aja Wul. Ngungkapin apa yang ada diotakku, tapi lama kelamaan, aku semakin tertarik untuk masuk lebih jauh lagi. Ternyata menyenangkan." Terangnya."Kapan
Setelah berpisah dengan Reina, aku mulai menjalani hidupku bersama Ratna. Dia akan segera menjadi istriku. Ratna sangat baik dan menyayangiku. Setiap hari ratna selalu datang ke apartemenku. Dia selalu mengatakan jika dia ingin segera menjadi istriku. Hubungan kami selalu baik baik saja. Namun entah apa motivasi Reina, dia selalu mengatakan bahwa Ratna perempuan yang jahat. Dia selalu saja menyuruhku untuk berhati hati. Mungkin dia melakukannya karena belum sepenuhnya merelakanku. Dia masih mengharapkanku kembali padanya, pikirku selalu.Setelah berpisah dariku, kulihat kehidupan ekonominya semakin membaik. Ku dengar juga dia sekarang menjadi seorang manejer keuangan di suatu perusahaan. Aku senang melihat mantan istriku itu bisa bertahan hidup walaupun tanpa adanya diriku. Dia juga bisa menyekolahkan Reza dan membiayai semua fasilitas Reza.Sedangkan hubunganku dengan Ratna, semakin hari semakin memburuk. Dia terlihat berubah akhir akhir ini. Dia jadi jarang datang ke apartemenk
Ibu belum bangun juga ketika aku sudah selesai masak. Ku suruh Diki untuk membangunkannya."Tolong bangunkan Ibu Dik. Dia harus tetap makan walaupun sakit." Kataku."Iya Kak." Jawab Diki kemudian berjalan menuju kamar Ibu.Diki belum juga kembali setelah pergi beberapa menit yang lalu. Aku dan Reza masih menunggu mereka untuk makan bersama."Ma, kok lama banget Nenek sama Om Diki? Reza udah keburu lapar nih." Katanya."Ya udah Reza makan duluan ya. Sini Mama ambilin nasi sama lauknya." Kataku.Setelah mengambilkan nasi juga lauknya, aku segera menyusul Diki ke kamar ibu."Belum bangun juga Ibu Dik?" Tanyaku heran."Belum Kak. Badan Ibu panas banget, Ibu demam kak." Kata Diki sembari memegang megang jidat Ibu."Ya udah Kakak ambil air buat konpres ya." Kataku kemudian berlari menuju dapur.Ibu masih menggigil setelah ku kompres. Sepertinya Ibu harus dibawa ke rumah sakit jika kondisi belum mendingan."Telepon Bapak aja Kak." Kata Diki selanjutnya."Jangan Dik. Nanti bapak khawatir. Ki
Candra? Apa mungkin dia adalah Candra yang selama ini ku kenal?Arghhhhhhh, Bukan. Pasti Bukan Dia. Mana mungkin Bapak kenal dengan orang tuanya. "Bagaimana menurutmu Re? Mungkin saja kamu jadi berubah pikiran karena mendengar namanya?" Tanya Bapak lagi."Jawaban Reina masih sama Pak." Kataku.Bapak lalu pergi setelah mendengar jawabanku. Dia tidak memaksaku untuk setuju dengan apa yang dia mau."Eh, sebentar Pak. Apa Bapak tau nama lengkapnya?" Tanyaku menghentikan langkah Bapak."Aduh, Bapak tidak tau kalau nama lengkapnya Re. Tapi yang bapak tau dia pria yang baik." Jawab Bapak lalu keluar dari kamarku.Setelah Bapak pergi, aku kemudian teringat dengan apa yang Candra katakan ditelepon tadi. Dia bilang dia hanya menjadi aset Kakaknya? Apa berarti dia tinggal bersama Bu Serli. Lalu dimana orang tuanya? Karena dulu kita memang tidak terlalu dekat, aku tidak begitu tau tentang keluarganya. Lagian tidak baik juga ikut campur urusan keluarga orang. Perasaan penasaranku tidak kunjun