Setelah mendapat pesan yang menyangkut tentang mantan suamiku itu, aku penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi. Bukannya aku peduli dengan Mas Yogi, tapi aku tak bisa mencegah rasa keingin tahuanku ini.Ku telepon Diki kemudian untuk mendapat informasi yang lebih detail. Tak perlu menunggu lama, Diki segera menjawab teleponku."Iya kak. Kenapa?""Kakak masih penasaran soal pesan yang kamu kirim. Kenapa kamu gak bales pesan Kakak.""Oh iya maaf kak. Aku lupa, tadi waktu aku ngirim pesan aku sedang berada di apartemen Ratna.""Apartemen?? Memangnya Ratna punya apartemen?" Tanyaku penasaran."Iya gak tau juga sebenarnya. Dia bilang sih itu apartemennya." Jawab Diki."Trus apa yang membuatmu berpikir bahwa Mas Yogi hampir tau tentang perselingkuhannya denganmu?"Diki mulai menceritakan kejadian di apartemen siang itu. Dia mengatakan bahwa Ratna mengajaknya ke sana. Ketika mereka sedang duduk duduk santai tiba tiba terdengar langkah kaki seseorang. "Trus Gimana? Siapa yang datang?"
Aku masih menerka nerka tentang apartemen yang Yogi katakan. Apa benar dia punya apartemen baru setelah bercerai dariku? Atau mungkin dia sudah mempunyainya sejak lama? Dalam keadaanku yang masih memikirkan dan menerka nerka soal apartemen, Reza datang menghampiriku. Dia memintaku untuk mengajari mengerjakan PR."Yang ini Ma." Tunjuk Reza. Aku menjelaskan sebisaku, karena pelajaran sekarang pasti berbeda dengan pelajaran dahulu. Usai mengerjakan PR Reza beranjak pergi. Namun sebelum dia keluar dari kamarku, aku segera menghentikannya."Za. Ada yang mau Mama tanyakan." Tuturku."Ada apa Ma?""Apa kamu pernah pergi ke rumah yang bagus yang tidak punya halaman? em maksud Mama rumah didalam gedung seperti hotel gitu Za?""Pernah Ma. Papa sering ngajak Reza ke tempat seperti itu Kalau Reza nginep." Terangnya."Apa disana kamu tinggal bareng tante Ratna?" "Tidak Ma. Reza cuma sama Papa. Tapi kalau siang biasanya tante Ratna nyamperin Papa." Lanjutnya.Mendengar perkataan Reza tersebut m
Hari ini aku berangkat kerja seperti biasa. Aku menunggu taksi ditempat biasa. Fida tidak menjemputku pagi ini. Entah ada apa sebenarnya, dia tidak memberiku kabar. Aku sempat mencoba mengiriminya pesan namun tidak terkirim. Sepertinya nomernya sedang tidak aktif.Ketika sebuah taksi berhenti didepanku aku melihat mobil Fida melewatiku. Ternyata dia berangkat kerja juga, namun kenapa dia tidak menjemputku seperti biasa?? Aku segera masuk ke dalam taksi lalu mengikuti mobil Fida, tentu saja mobilnya menuju kantor kami. Sesampai di depan kantor aku turun lalu menunggu Fida untuk masuk bersama, juga untuk sekedar bertanya kenapa dia tidak menjemputku seperti biasa. Mungkinkah dia marah padaku??? Tapi apa salahku???Aku menunggu hingga Fida muncul. Tak lama setelah itu kulihat dia berjalan ke arahku."Hai Da. Selamat pagi." Sapaku."Hai Re, Pagi." Jawabnya cuek. Dia terus berjalan meninggalkanku yang sedari tadi menunggunya. Aku segera membuntutinya."Oh ya Da tadi aku melihat mobilmu
Malam ini aku masih memikirkan tentang sikap aneh fida hari ini. Apa sebenarnya yang menyebabkan dia marah dan bersikap seperti itu padaku. Aku segera mencari nomer teleponnya lalu ku panggil nomer itu. Satu kali ku coba telepon namun tidak mendapat jawaban darinya. "Mungkin dia lagi sibuk. Akan ku telepon lagi dalam sepuluh menit." Gumamku.Aku merasa tidak nyaman dengan keadaan ini. Jika memang dia tidak mau menjemput atau memberiku tebengan itu tidak jadi masalah buatku, toh banyak taksi yang bisa mengantarku kerja maupun pulang. Namun dari tingkahnya, aku tau jika dia tidak marah karena hal itu. Pasti ada sesuatu yang membuatnya bersikap seperti ini.Setelah sepuluh menit ku coba meneleponnya lagi. Dan kali ini Fida mengangkat teleponku."Halo Da?""Iya. Ada apa?" Tanya Fida terdengar cuek."Apa kamu marah sama aku? Kenapa kamu bertingkah aneh hari ini.""Apa itu penting bagi seorang menajer?" Kataya membuatku terkejut."Maksudmu apa? Kenapa ngomong seperti itu??""Emang aku sa
Aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan Reza. Sejak dia sadar tadi, dia bilang dia takut. Dia tidak mau tidur sendiri dan tidak mau ditinggal sendiri di kamar itu walaupun sebentar.Akhirnya aku menelepon salah satu karyawan yang kemarin sudah sempat ku terima buat kerja di butik. Aku serahkan semuanya pada karyawanku itu."Halo Bu Reina. Selamat pagi." Suara Dewi salah satu karyawanku."Ini Dewi ya?" Tanyaku meyakinkan."Iya Bu. Ada apa Bu?""Maaf saya gak bisa menghadiri pembukaan butik baru hari ini, karena tiba tiba anak saya sakit. Saya percayakan sama kamu ya Wi. Wakili saya untuk memotong pitanya juga."Oh baik Bu. Bagaimana keadaan putra Ibu sekarang?" Tanya Dewi kemudian."Dia sudah mendingan karena langsung saya bawa ke rumah sakit. Oh ya tolong semua karyawan diminta kerja samanya ya Wi karena saya gak ada.""Iya Bu tenang saja. Saya akan urus semuanya." Kata Dewi.Setelah menelepon aku merasa lega karena sekarang hanya fokus pada Reza. Dokter datang lalu memeriksa
Ketika aku masih terduduk dikursi depan kamar rawat Reza, kulihat Ibu berjalan bersama Diki. Dia terlihat khawatir. Melihatku duduk seorang diri, Ibu segera berlari menghampiriku."Re, Bagaimana keadaan Reza?" Tanyaa Ibu."Reza sudah membaik Bu.""Kenapa kamu tinggalin dia sendirian??" Kata Ibu kemudian berjalan masuk."Ada Mas Yogi Bu." Kataku.Ibu menghentikan langkahnya. "Yogi disini?" Tanya Ibu kemudian."Iya. Aku meneleponnya tadi karena khawatir." Jawabku jujur. Ibu kemudian meneruskan langkahnya. Sepertinya dia tidak menghiraukan keberadaan Mas Yogi."Kak, Maaf tadi aku sedang dikampus.""Iya gak papa Dik, Oh ya Dik ada yang mau kakak bicarakan sama kamu.""Soal apa kak?" Tanya Diki.Karena tidak ingin terdengar oleh Ibu maupun Mas Yogi akhirnya ku ajak Yogi untuk mencari tempat bicara yang agak jauh."Ada apa Kak?""Begini Dik. Aku mau kamu jadi mata mata." Kataku membuat Diki penasaran."Mata mata? Maksudnya?"Akhirnya ku ceritakan semua yang di alami Reza. Diki merasa tida
Sesampai di rumah kami segera membawa Reza ke kamarnya. Membiarkannya melanjutkan istirahat dirumah."Ma. Katanya hari ini peresmian butik baru Mama? Mama gak ke sana?" Tanya Reza."Tidak Za. Mama disini saja temenin Reza." Jawabku."Kamu buka butik Re?" Tanya Ibu yang memang belum mengetahui tentang butik itu."Iya Bu. Sebenarnya aku ingin buat kejutan juga untuk Ibu. Akan ku jemput Ibu mendadak tadi. Tapi karena Reza tiba tiba demam jadi ku batalkan. Ku suruh karyawanku yang mengurusnya." Terangku."Apa sekarang sudah selesai Re? Jika belum selesai, pergi aja sana ada Ibu juga." Kata Ibu.Karena membahas masalah butik, aku kemudian teringat pada Dewi. Apa dia sudah mengurus semuanya dengan baik. Apa semuanya berjalan lancar?"Sebentar Bu, aku telepon karyawanku dulu, siapa tau peresmiannya sudah selesai." Kataku.Aku segera keluar dari kamar Reza, meninggalkan Ibu serta Reza yang sudah berbaring di kasur."Halo Wi, bagaimana disana? Apa semua lancar?" Tanyaku."Alhamdulillah lancar
Aku akan selalu waspada sekarang. Tidak noleh lengah sedetikpun. Ratna benar benar musuhku sekarang. Sebenarnya selama ini aku masih diam jika dia hanya mengusik kehidupanku. Dia menghancurkan rumah tanggaku itu masih bisa ku maafkan sebenarnya, karena bukan hanya dia yang salah, tapi laki laki brengsek itu juga ikut andil didalamnya. Seandainya mantan suamiku itu tidak merespon dan meladeni Ratna, mungkin perselingkuhan itu tak akan pernah terjadi. Disini berarti dua orang yang bersalah. Jadi aku tidak terlalu menyalahkannya, walaupun memang dia duluan yang memulai. Namun, beda halnya jika dia sudah berani mengganggu kehidupan anakku. Aku sudah tidak bisa diam sekarang. Aku akan membalas semuanya.Sebuah pesan masuk ke ponselku. Ternyata pesan dari Rendi.[Bagaimana peresmian Butik? Lancar?] Isi pesan dari Rendi. Dia belum mengetahui jika Reza sakit. [Aku tidak jadi menghadiri peresmian itu. Reza tiba tiba sakit] Balasku.Setelah membaca pesanku, Rendi lalu meneleponku."Bagaima