Share

Senapan Angin

“Baik Tuan.” Zen segera menghubungi pengawal di rumah Madagaskar.

Setibanya di latar rumah gedong, ramai-ramai jalan mengawal Tuan Mada dan Alex. Dua pengawal sejati ikut bersinambung.

“Silakan Tuan,” sambut Irawan sambil membawa gulungan kertas.

Ketiga anaknya telah menunggu dengan jengkel. Lima belas tahun menanti dan warisan akan jatuh ditangan ketiga anaknya, sekarang menjadi runtutan yang acak-acakan.

“Hubby,” kata Risa memincingkan kepalanya. “Apa-apaan ini?”

“Aku bisa mengusirmu kapan saja, ingat itu!” Tuan Mada lebih membela anak pertamanya.

“Senang kamu! Senang!” ketus Risa kepada Alex, karena ini keinginan Tuan Mada yang tidak bisa dibendung.

Alex mundur dua kali, sembunyi di balik tubuh Papanya. Melihat tingkah putranya yang agak lain. Tuan Mada semakin murka dan mengancam putra keduanya.

“Pa, ini tidak adil. Dia hanya anak pungut, bisa-bisanya dapat paling banyak,” sangkal Cakra menunjuk Alex dengan tatapan menantang.

Tuan Mada hanya diam dan membiarkan mulut C
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status