Alex adalah seorang karyawan magang, yang ternyata pewaris kekayaan keluarga Madagaskar. Selama 15 tahun hilang ditelan ombak, kini ia ditemukan dengan kondisi jauh berbeda dari sebelumnya. Di mana ia menerima pengkhianatan dan dimaki-maki oleh semua orang. Cepat atau lambat, Alex akan kembali ke keluarga Madagaskar. Tepat dihari pembagian warisan. Sekaligus Alex mengenalkan sosok wanita yang dicintainya, Vania. Namun, Risa yang merupakan istri dari Tuan Besar sudah menyiapkan sosok wanita pendamping hidup Alex yaitu Tasha, mantan pacar Yuda. Tuan Besar mendapat surat wasiat dari kedua orang tuanya, supaya menikahkan Alex dengan perempuan yang bernama Vania Pramesti Andara. Saat itu juga, Risa mendapat ancaman dari Risa. Seribu cara Risa akan memisahkan Alex dengan Vania dan menjodohkannya dengan Tasha. Tuan Besar murka kepada Risa lalu diusir dan membiarkan Alex menikah dengan Vania. Seperti yang sudah diwariskan kepadanya. Di hari pernikahannya, Alex mencari Risa. Alex memastikan keluarga ini tidak ada yang senasib dengannya.
View More“Panggil bocah magang itu!” perintah Davin kepada Lydia.
Alex mengetuk pintu tiga kali. Terdengar suara masuk, Alex segera mendorong pintu. Pakaian kemeja putih dengan gaya rambut belah samping dan agak lepek, membuat wajahnya terlihat culun. Dia menjadi karyawan magang di Orbit Company.
“Gara-gara orang bawaanmu, perusahaanku kehilangan saham lima milyar!” decak Davin bersungut-sungut. Wajahnya berubah merah padam.
Alex hanya tunduk dengan telapak tangan menggengam lengan kanan, matanya menatap papan nama yang bertulisan Davin Maheswara, suaranya bergetar dan gagap, “Maaf Pa-“
“Hanya kata maaf, saya juga bisa!” kesuh Davin tangannya mengepal dan menekan meja. “Sekarang kamu tahu tugasmu apa? Cari uang lima milyar itu, bagaimanapun caranya!”
“Meskipun saya tahu kamu nggak akan bisa,” sambung Davin menghina Alex di depan Lydia.
“Tapi ini bukan kesalahan saya Pak,” protes Alex tidak terima diminta ganti rugi. Ia mengucapkan dengan nada lebih rendah. Alex tunduk dengan kedua atasannya itu.
Alex dipersilakan keluar. Mendengus pelan sambil berjalan mencari udara segar. Hanya ada jam tangan murahan yang ia beli di pasar loak. Ia juga menghubungi rekannya yang membawa saham Orbit Company. Alhasil hanya ada jawaban dari operator, nomor yang anda tuju tidak dapat di hubungi.
“Lima milyar.” Membuka kelima jarinya.
Lydia berjalan menghampiri Alex. Ia berpikir Lydia akan memberikan pekerjaan lagi.
“Ambil, mimpimu terlalu tinggi bisa kerja di Orbit Company.” Lydia bersedekap di sebelah kanan Alex setelah memberikan surat pengunduran diri. “Kamu memang tidak pantas berdiri di sini, kamu pantasnya jadi kuli atau tukang becak.”
Alex hanya berdesus panjang. Mimpinya hancur seketika. Sekonyong-konyong dia ingin menghampiri Davin di ruangannya. Mematung sejenak di depan pintu, karena ia sadar posisinya di Orbit Company hanya sebatas karyawan magang. Semakin Alex protes, semakain direndahkan.
“Kenapa? Sudah bawa uangnya? Atau mau protes lagi?” pertanyaan beruntun menyerang Alex.
“Mohon jangan pecat saya Pak.” Kedua telapak tangannya menyatu sambil memohon. Alex mengembalikan surat pemecatannya. “Hanya ini harapan saya Pak.”
“Saya tidak sudi menerima karyawan magang seperti kamu lagi! Keluar! Saya muak melihat wajahmu!” decak Davin melempar surat ke wajah Alex. “Dasar tidak becus!”
Suara barang-barang jatuh terdengar sampai ke luar ruangan. Davin marah semarah-marahnya. Dia hanya memberi waktu sampai besok siang jam 11. Uang lima milyar itu sudah harus kembali ke Orbit Company.
Waktu berlalu begitu cepat. Alex mengunjungi bar di tengah ramainya kota. Setiap malam, ia menjadi bartender di bar tersebut. Alih-alih menambah pemasukan bulanan. Tetapi, siapa sangka. Alex palah melakukan kesalahan.
Dengan tidak sengaja ia menumpahkan segelas minuman ke gaun milik wanita bertubuh langsing itu dan gelas pun pecah berkeping-keping, “Maaf Nona, saya tidak sengaja.”
“Hei! Punya mata itu di pakai!” cibir wanita itu dengan gaun setengah basah. “Ingat! Kamu hanya peliharaan di sini!”
“Maaf Nona, biar saya yang bayar minumannya,” balas Alex mengakui kesalahannya.
“Ganti juga gaun mahalku ini. Kamu tahu, ini pemberian dari tunanganku. Kalau sampai dia tahu, kamu bakal di hajar olehnya.” Wanita ini berani menarik kerah kemeja Alex.
Plak…
Alex mendapat tamparan keras dari sosok lelaki yang ternyata ia kenal, Yuda Sanjaya. Bukan hanya kenal tapi mereka sahabatan cukup lama.
“Yuda…” panggil Alex sekaligus menatap jas mahalnya.
“Jangan sok kenal denganku!” Yuda berkacak pinggang dengan mata melotot.
“Kembalikan saham Orbit Company,” ucap Alex menagih baik-baik. “Kamu mencuri demi wanita seperti ini. Di mana harga dirimu.”
Bugh…
Bugh…
Yuda memukul mulut Alex dua kali di tambah tendangan di perut Alex. Alex tidak banyak persiapan untuk melawan. Pukulan beruntun diterimanya sampai sudut bibirnya mengalir darah. Tubuh Alex terkapar di ubin lantai bar itu.
“Hanya karyawan magang sok belagu kamu ya!” Yuda menginjak kepala Alex sampai bunyi kretak di leher. “Mampu kamu ganti rugi sebanyak 1 milyar?”
“Harga gelas ini.” Mengambil dari atas meja. “10 kali lebih mahal dari gajimu.”
Uhukk…
Uhukk…
Darah terus keluar dari sudut bibirnya. Mendengar keributan lampu bar itu di matikan.
“Ada apa ribut-ribut?” Seorang laki-laki paruh baya turun dari anak tangga, manajer Edi. Pengurus bar ini. Alex mencoba berdiri tegap sambil mengelap darah di sudut bibirnya.
“Tuan Yuda ini tamu VIP kita sekligus putra pemilik bar ini. Jaga sopan santunmu,” tutur Manajer Edi kepada Alex.
“Bakal aku bayar!” Alex terlalu muak dengan sikap Yuda, sehingga ucapannya asal keluar.
Manajer Edi berpihak kepada Yuda dan tuanangannya. Alex hidup di kota ini tanpa sanak saudara. Bahkan ia tidak tahu siapa orang tuanya. Terkadang Alex berpikir, ia dilaharikan dari batu atau benda mati lainnya.
“Tuan Yuda, biar saya urus bartender magang ini,” kata Manajer Edi menengahi perkelahian mereka.
“Hahah, kamu magang juga di sini.” Ledakan tawa Yuda memenuhi ruangan VIP. “Pantas, wajahmu memang pantas jadi babu!”
“Jaga ucapanmu!” decak Alex menahan amarahnya.
“Sekarang, angkat kaki dari sini. Gajimu bulan ini hangus! Paham!” usir Manajer Edi, daripada kena amuk Yuda lebih baik pecat saja bocah magang itu.
Alex meninggalkan bar dengan tidak hormat. Uangnya hanya cukup untuk beli makan satu kali. Gaji selama satu bulan magang di Orbit Company dibekukan. Ia terpaksa jalan kaki menuju kos-kosan.
“Hah, aku harus bagaimana. Darimana aku bisa mendapatkan uang lima milyar dalam semalam,” keluh Alex duduk di bangku pinggiran jalan.
Alex harus mencari uang lima milyar demi gaji lima juta cair. Lima juta sangat berharga baginya. Alex terus berjalan menerjang dinginnya malam. Rela jalan kaki demi makan besok pagi.
“Apa-apaan lagi ini?” tanya Alex terkejut melihat kopernya berada di luar pintu.
“Maaf, kami hanya diperintah Tuan Yuda.” Dua lelaki yang memberesi baju-baju Alex tunduk sebagai rasa hormat.
“Tuan? Hah,” lirih Alex, “nama Tuan terlalu bersih, dia pantas dipanggil jahanam.”
Alex hampir lupa kalau dirinya menyewa kosan milik keluarga Sanjaya. Lelaki yang semula tegar dan suka tersenyum ini menjadi murung dan lesu. Entah dari sudut mana, tahu-tahu ada orang bertubuh agak kurus dan berpakaian rapi memanggil nama Alex.
“Tuan muda Alex,” panggil lelaki yang tiba-tiba muncul di hadapannya.
“Siapa kamu, berani sekali memanggilku dengan Tuan muda?” Alex bangkit, menyeret kopernya menjauh. “Jangan macam-macam denganku?”
“Tenang saja Tuan muda, saya tidak berbahaya.” Tangan orang asing itu menjulur ke depan. Hendak meraih tangan Alex. “Saya mendapat perintah dari Tuan besar supaya membawamu kembali ke rumah.”
“Di bawa ke mana? Rumah siapa? Jangan asal bicara,” balas Alex masih merasa was-was.
Uang ganti rugi Alex dengan orang-orang jahanam seperti mereka sudah dia siapkan. Tetapi, lelaki misterius ini tidak membawa benda sepersen pun. Orang itu memanggil Alex sangat lengkap. Saat Alex bertanya siapa namanya, orang itu tidak kunjung terus terang.
“Tuan muda Alex Sandi Madagaskar.”
“Dari mana kamu tahu namaku?” Alex dalam kondisi siap siaga saat lelaki aneh itu mendekat. Alex bertanya sekali lagi, “Siapa namamu?”
“Namaku Bryan Tuan muda, Tuan adalah keturunan pertama dari Keluarga Madagaskar. Pemilik Zamadeus Enterprise, perusahaan terbesar di dunia dan memiliki ribuan anak perusahaan di setiap penjuru dunia.” Alex sempat tidak percaya dengan ucapan lelaki misterius ini. Palah ia menganggap ini seperti cerita fiksi.
Ada satu nama yang selalu Alex kantongi dan selalu di bawa ke manapun dia pergi, Bryan Sambara, “Namamu?"
Lelaki misterius itu mengangguk lega. Akhirnya orang miskin yang ia anggap Tuan muda ini masih ingat namanya. Bryan Sambara pengawal pribadi sejak Alex belum lahir. Orang yang kerap ia panggil Ayah.
“Nanti saya jelaskan asal-usul Tuan muda bisa sampai sini. Yang penting sekarang Tuan muda temui Davin dan si jahanam itu. Biar saya antar.” Bryan cukup cepat dalam membalikkan tubuhnya.
Ke esokkan harinya Alex memberanikan diri melamar jadi karyawan magang di Van Hatten. Baru sebentar Alex menatap gedung Ema Van Hatten, tahu-tahu ada yang keluar dari balik gerbang tinggi bercorak hitam ini. “Heh! Cari apa di sini?” Sang Satpam dengan nama Ilham keluar sambil berkacak pinggang. “Boleh saya nitip lamaran di sini?” tanya Alex hendak menyerahkan berkas lamaran pekerjaan.Rambut gondrong Alex membuat Satpman tidak yakin untuk menerima berkasnya. Pada akhirnya berkas tersebut diterima. “Kelihatannya bakal lama dapat panggilan, penampilanmu saja tidak meyakinkan,” ejek Sang Satpam melempar berkas ke meja dibelakangnya. Terlihat seseorang berlarian sambil memanggil dengan nama, “Tuan Mada.” “Alex,” sebut Alex berdiam diri sambil menunggu pertanyaan berikutnya.Bocah berpenampilan lusuh ini masih dikenal sebagai Tuan muda dikalangan miliuner negara tetangga. Momen seseorang mengunggah potret Tuan muda saat hadir di p
“Rencana?” ulang Alex masih tidak yakin. “Papa sempat melarangmu tinggal di Granda kan?” Diiringi lirikan mata yang lembut. Alex hanya mengangguk nurut. “Menurut Mama, lebih baik kamu tinggal di Granda. Lagian tugasmu juga di sini. Jangan hiraukan omongan Papamu, dia hanya disuruh Cakra.” “Cakra? Buat apa dia seperti itu?” lontar Alex membuat Mamanya binggung untuk menjawab. “Mama kurang tahu, ini rencana Papa dengan Cakra,” sebut Sang Mama sambil siaga terhadap pertanyaan kedua dari putra pertama. “Bohong, Mama pasti tahu. Baru-baru ini Mama mengakui Alex, sebelumnya tidak. Sebaik-baiknya Papa dihadapan Alex, Papa pasti punya rencana jahat buat Alex. Rencana apa itu Ma?” Alex menatap Sang Mama penuh kejujuran. Sang Mama masih menggeleng sambil mengatakan tidak tahu. Orang tua ini tetap berpihak kepada putra kedua kesayangannya. Bryan menengahi pembicaraan keduanya. Serentak keduanya langsung melendehkan punggung. “Kepergian Madam d
Yuda membuat jebakan hebat yang di buat semenarik mungkin. Bryan mengoper mobilnya lebih dekat dengan rumah Nenek Rida. “Baik kalau begitu Tuan muda, malam ini saya juga akan menginap di sini,” sambung Bryan.Tapi, Vanmo tidak suka melihat kebahagiaan Tuan muda bersama orang-orang yang ia sayangi. Permainan rekayasa mulai dibuat Yuda dan Davin. Tanpa sengaja Bryan melihat sehelai rambut Alex jatuh di bahunya. “Tempat ini tidak cocok untuk dirimu Bryan, lebih baik kamu pulang,” usir Tuan muda kepalanya tunduk dan matanya memandang pergelangan kaki. “Tidak bisa Tuan, saya harus ada di dekat Tuan muda.” Mendengar jawaban Bryan, Alex langsung pergi ke belakang rumah sambil berceloteh. “Terserah kamu Bryan, aku tidak tahu harus berbuat apa lagi,” Bryan melenggang pergi, ia semalaman tidur di mobil. Sedangkan, Tuan muda yang dikatakan agak lugu itu bermain-main di pinggir kolam ikan. Segenggam roti itu ia tebarkan ke dalam air keruh yang sudah lama tida
“Aku tidak ada waktu bicara denganmu,” jawab dingin Alex. Beralih kepada Bryan, “Kita pergi ke pemakaman sekarang.” “Baik Tuan muda,” sahut Bryan kemudian memberikan lambaian tangan isyarat supaya menyiapkan kendaraan.Alex mulai dilarang pergi ke Granada oleh Tuan besar. Padahal ia baru saja diberikan wewenang di Orbit dan Vanmo. Sepulangnya Alex dan Bryan. Cakra menemui Sang Papa di ruang kerjanya. “Kamu tahu ini permintaan terakhir,” tutur Tuan besar kepada putra kedua. “Terimakasih Pa,” jawab Cakra hatinya sangat bungah. Papanya hanya melengos dan tidak peduli lagi.Tian dimarahi Tuan Mada habis-habisan. Tidak ada perintah mencoret tembok, melepaskan amunisi senapan angin. “Masih bisa dengar perintah saya?” Berkacak pinggang, mendekat, lalu kepalan tangan mendarat tepat di lambung. “Di bayar berapa kamu sama Cakra? Kamu boleh mengamati tapi tidak dengan mencelakai.” “Dua kali lipat dari biasanya Tuan,” jujur T
Bayu Guntur pengendali Orbit Group kini merasa gugup setelah tahu Alex akan mengantikan posisinya. Ia juga tahu latar belakang Tuan muda. Semakin Bayu tahu, ia tidak rela jabatannya lengser. Gara-gara bocah magang menyandang status Tuan muda itu seakan hidupnya kelam kelabu.“Kalian masih kerja di sini?” tanya Alex kepada Davin dan Lydia. “Kamu masih magang? Belum kapok?” Davin tepuk tangan sambil tersenyum sinis. “Bagus, mentalmu bagus. Selamat datang kembali.” “Siapkan dirimu untuk satu minggu ke depan.” Peringatan dari Alex menjadi bahan guyonan. “Mau ngadu sama siapa lagi heh. Pengawalmu? Papamu? Pak Bayu? Semua sudah tidak peduli!” cibir Davin melenggang pergi menghampiri karyawan yang lainnya. Gerakan tangan Alex mengusir Davin menambah suasana semakin gaduh. Alex semakin di tertawakan. “Diam semuanya!” seru Bryan selalu siap siaga di depan pintu tim B. “Saya bisa pecat kalian sekarang juga!” “Hei bocah magang, kerja, nggak usah sombong!” Sang Senior memberikan setum
“Baik Tuan.” Zen segera menghubungi pengawal di rumah Madagaskar. Setibanya di latar rumah gedong, ramai-ramai jalan mengawal Tuan Mada dan Alex. Dua pengawal sejati ikut bersinambung. “Silakan Tuan,” sambut Irawan sambil membawa gulungan kertas. Ketiga anaknya telah menunggu dengan jengkel. Lima belas tahun menanti dan warisan akan jatuh ditangan ketiga anaknya, sekarang menjadi runtutan yang acak-acakan. “Hubby,” kata Risa memincingkan kepalanya. “Apa-apaan ini?” “Aku bisa mengusirmu kapan saja, ingat itu!” Tuan Mada lebih membela anak pertamanya. “Senang kamu! Senang!” ketus Risa kepada Alex, karena ini keinginan Tuan Mada yang tidak bisa dibendung. Alex mundur dua kali, sembunyi di balik tubuh Papanya. Melihat tingkah putranya yang agak lain. Tuan Mada semakin murka dan mengancam putra keduanya. “Pa, ini tidak adil. Dia hanya anak pungut, bisa-bisanya dapat paling banyak,” sangkal Cakra menunjuk Alex dengan tatapan menantang. Tuan Mada hanya diam dan membiarkan mulut C
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments