Share

PART 7

Author: HellyPotter_
last update Huling Na-update: 2025-08-05 19:38:28

Saat jam kantor berakhir, Artha bergegas untuk pulang. Di lobby dia tidak sengaja berpapasan dengan Dara yang berjalan untuk sama-sama pulang. Artha hanya berjalan tanpa ingin menoleh kearahnya, mungkin Dara pun sama.

Di parkiran Artha bergegas mengendarai motornya terlebih dahulu dari mobil Dara. Sebelum sampai rumah keluarga Jaksara, Artha memilih mampir ke warung pecel lele yang ada di pinggir jalan, berniat untuk makan. Artha juga sadar diri jika dia hanya orang asing yang numpang tidur saja, jadi dia tidak ingin merepotkan keluarga Jaksara.

Dara menepikan mobilnya saat melihat Artha turun dari motornya di warung tersebut. Perempuan itu segera menghampiri Artha.

"Artha?"

Artha mengerutkan keningnya tercengang. "Bu Dara? Ngapain ikut kesini?"

"Kamu ngapain disini?" Tanya Dara penasaran.

"Saya–saya mau makan," jawab Artha gugup.

Dara menghela nafasnya pelan. "Kenapa kamu gak mau makan di rumah saya?"

"Makan disini lebih enak. Coba deh, Bu... saya pesenin ya?" Tawar Artha dan Dara hanya terdiam.

"Udah gapapa Bu, saya traktir deh," ajak Artha lagi

Dara hanya menghela nafasnya lalu dengan sangat antusias Artha menarik tangan Dara untuk duduk disampingnya. "Sini Bu, duduk.."

Dara duduk disamping Artha, tapi sebelumnya laki-laki itu membersihkan meja dan kursinya agar Dara merasa nyaman.

"Mas?" Panggil Artha kepada penjual itu.

"Pecel lelenya tambah satu porsi lagi ya?" Pesan Artha disetujui cepat oleh pedagang itu.

Dara hanya terdiam memandang Artha, sedangkan laki-laki itu hanya mengulaskan senyumnya canggung merasa bingung berada didekat Dara.

"Kamu gak usah merasa tidak enak di rumah saya. Kedua orang tua saya tidak tahu rencana pernikahan kita. Mereka cuma tau jika saya menjalin hubungan sangat dekat dengan kamu sehingga saya memilih kamu untuk menjadi suami saya. Jadi kedua orang tua saya pasti akan menganggap kamu sebagai menantunya."

Pada nyatanya kedua orang tua Dara tidak menerima kehadiran Artha. Tapi Artha tidak berkata yang sesungguhnya jika Pak Jaksara memperlakukannya bukan layaknya seorang menantu. Artha cuma tidak ingin Dara memikirkan hal yang tidak penting.

"Iya, Bu Dara."

"Tadi saya tidak melihat kamu di lobby saat pengumuman kenaikan jabatan saya. Kamu dimana?" Tanya Dara.

"Saya di toilet, Bu," ucap Artha terdengar gugup.

"Kamu tidak mau mengucapkan selamat untuk saya?"

Awalnya Artha terdiam lalu seketika dia tersenyum dan menjabat tangan Dara begitu saja. "Selamat ya, Bu Dara... atas kenaikan jabatannya. Tolong Bu jangan galak-galak, semua karyawan ketakutan sama ibu, termasuk Karla."

Dara menghela nafasnya sedikit kasar ucapan selamat apaan yang menyindir Dara dengan begitu.

"Semoga ibu dapat bekerja dengan baik menggantikan Pak Jaksara," ucap Artha lagi.

"Artha?"

Artha berdeham.

"Andai semua orang tau status kita berdua, apakah kamu malu?" Tanya Dara dan Artha terdiam.

Mengapa Dara harus bertanya seperti itu? Mengapa dia tidak sadar akan keadaan? Padahal Artha sudah lama tersadar akan itu. Kasta mereka memang berbeda, bagaimana Artha tidak malu memiliki istri yang lebih tinggi jabatan daripada dirinya?

"Bukankah itu semua gak akan terjadi?" Jawab Artha dengan wajah datarnya.

Dara memandang laki-laki itu lekat. Wajah Artha terlihat lebih serius daripada tadi.

"Bu Dara sudah berjanji akan menutupi status kita di publik. Tujuan saya hanya memberikan anak untuk Bu Dara habis itu saya pergi. Tidak perlu membahas masalah itu terus menerus Bu, saya tau pekerjaan saya."

"Kamu masih tidak terima dengan ini semua?" Tanya Dara.

"Meskipun saya tidak terima, saya akan melakukan ini semua demi ibu. Dan tentu saja demi uang."

Dara seketika bungkam. Bukankah saat awal Artha menolak untuk menikahi Dara meskipun demi uang? Lantas mengapa Artha berubah pikiran? Mengapa dia sangat tergila-gila dengan uang?

"Makan dulu, Bu, saya lapar..." ucap Artha saat melihat pedagang itu mengantarkan pesanan Artha dan Dara.

"Saya gak bisa makan ikan."

Dengan begitu peka, Artha menarik piring ikan milik Dara lalu dia memisahkan daging dan durinya, agar Dara memakannya dengan mudah. Dara sungguh tertegun atas perilaku laki-laki itu.

"Makan aja Bu, durinya udah saya buang."

Dara menganggukan kepalanya ragu. "Makasih Artha."

*****

Saat baru saja sampai di kediaman Jaksara, Artha turun dari motor dan membukakan gerbang untuk mobil Dara yang hendak masuk ke garasi. Selain itu, banyak sekali yang Artha lakukan dengan baik untuk Dara.

Sebelum tidur, Artha selalu membersihkan kamar Dara yang berantakan. Artha juga tidak pernah menyentuh barang ataupun makanan yang berada di rumah besar itu. Meskipun Dara beberapa kali berkata untuk hidup biasa saja, tapi Artha tetap hidup layaknya orang asing disana.

"Kenapa Bu?" Tanya Artha saat melihat Dara yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan memegangi perutnya.

"Biasa, hari pertama haid, jadi perut saya sakit."

Artha mengangguk singkat. "Yaudah, Bu Dara istirahat aja. Siapa tau aja sakitnya hilang."

Dara mengangguk lalu naik keatas ranjangnya bersiap untuk tidur. Artha tentu saja menyingkir, dia seperti biasa hanya tidur dibawah kasur tepatnya diatas karpet bulu dengan satu bantalnya.

Artha memainkan ponselnya dengan santai karena dirinya sama sekali belum merasakan ngantuk. Beberapa kali dia mengirim pesan kepada ibunya, ibunya sama sekali tidak meresponnya sedikit pun, membuat Artha merasakan amat bersalah.

"Ssshh Awwss..."

Artha mendengar rintihan Dara yang kesakitan. Saat Artha melihatnya, ternyata Dara menahan rasa sakit seraya memeluk perutnya dengan mata yang terpejam.

Artha beranjak ingin membangunkan Dara, tapi rasanya sangat tidak tega karena mungkin Dara begitu lelah seusai bekerja. Tapi dirinya juga bingung harus melakukan apa karena dia tidak pernah membantu perempuan yang sedang nyeri haid. Hingga sebuah ide muncul, Artha membuka browser di ponselnya dan mencari cara untuk membantu Dara meringankan rasa sakitnya.

1. Meminum obat pereda nyeri haid

2. Mengompres perut dengan air hangat

3. Perbanyak minum air putih

4. Tidur berbaring kesamping dengan menempatkan bantal dibawah leher dan diantara paha.

Tanpa berpikir lama lagi, Artha langsung beranjak merampas kunci motornya untuk pergi ke apotek terdekat. Diruang keluarga dia tidak sengaja melihat Pak Jaksara duduk seraya fokus dengan laptopnya.

"Mau kemana?" Tegurnya.

"Saya mau ke apotek, pak."

"Beli obat untuk siapa?" Tanyanya lagi.

"Untuk Bu Dara. Dia sedang mengalami nyeri haid. Kasihan pak."

Pak Jaksara menganggukan kepalanya tidak ingin mencegah Artha terlalu lama karena mungkin Artha ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya. Artha langsung bergegas pergi begitu saja, dia menaiki motornya secepat kilat menuju apotek terdekat. Seusai mendapatkan obat itu ia langsung bergegas pulang tanpa mampir ke tempat manapun.

Didalam rumah, Pak Jaksara melihat Artha yang cepat sekali pulang, dia sedikit berlari kearah dapur untuk mengambil segelas air putih serta baskom yang berisi air untuk mengompres.

"Ada apa Artha?" Kini Bu Jessy tidak sengaja berpapasan dengan Artha di dapur.

"Ini buat kompres perut Bu Dara, dia lagi datang bulan terus perutnya sakit karena nyeri haid."

"Anak manja itu susah sekali pergi berolahraga, padahal Bunda sudah menyuruhnya agar tidak sakit saat haid," gerutu Bu Jessy.

Artha hanya terdiam tidak tahu yang terjadi sebelumnya dengan Dara. Bu Jessy menghela nafasnya pelan.

"Yaudah sana bantu Dara. Dia pasti gak akan bisa tidur semalaman karena sakit."

Artha mengangguk lalu segera membawa baskom kompres dan air minum untuk Dara menuju kamarnya kembali. Terlihat perempuan itu masih merintih seraya menggeliat kesakitan.

Artha meletakkan alat kompres itu diatas nakas lalu dia berniat membangunkan Dara untuk menyuruhnya minum obat penyeri haid.

"Bu Dara? Boleh bangun sebentar? Saya sudah membelikan obat pereda nyeri haid. Diminum dulu ya, Bu," ucap Artha sangat lirih.

Dara perlahan membuka matanya, dia melihat wajah Artha yang terlihat begitu panik. Artha membantu Dara untuk meminum obatnya. Setelah Dara meminumnya, Ia kembali merebahkan dirinya diatas kasur.

"Maaf Bu, boleh saya bantu kompres perut Bu Dara? Saya tau dari browser katanya mengompres perut bisa meredakan rasa sakit pada nyeri haid."

Awalnya Dara terlihat ragu karena dia belum terbiasa disentuh oleh laki-laki manapun. Tapi berhubung Artha adalah suaminya akhirnya Dara mengizinkannya, lagi pula tujuan mereka menikah memang untuk bersentuhan hingga Dara hamil.

"Sekali lagi saya minta maaf ya Bu." Dengan perasaan yang sangat tidak enak hati Artha perlahan menaikan baju Dara hingga terbuka setengah perut saja.

Dara terlihat hanya pasrah seraya beberapa kali meringis memijit pinggangnya yang terasa pegal. Artha perlahan mengompres perut Dara dengan kain kecil disana dengan perlahan.

"Semoga setelah ini Bu Dara gak merasakan sakit lagi ya," tutur Artha dianggukan pelan oleh Dara.

Tangan Artha begitu lihai sekali membuat Dara nyaman, bahkan Dara tidak protes sedikitpun mengenai Artha yang berani memegang perutnya. Dara juga mengakui jika sakit di perutnya perlahan reda.

"Artha?"

Artha seketika terdiam saat Dara menahan tangannya begitu saja. Tatapan mereka saling bertemu satu sama lain.

Artha melepaskan tangan Dara begitu saja. "Iya Bu? Masih sakit ya perutnya?"

Dara menggelengkan kepalanya. "Udah baikan kok."

Artha menghela nafasnya lega seraya tersenyum. "Alhamdulilah akhirnya malam ini ibu bisa tidur dengan tenang."

"Makasih ya, Artha... kamu sudah berperan aktif menjadi suami saya."

Artha mengangguk pelan lalu ia menghela nafasnya sedikit kasar. "Sekarang Bu Dara lebih baik lanjut tidurnya ya, pasti capek karena bekerja kan?"

Dara menganggukan kepalanya. Artha beranjak bangkit lalu menarik selimut untuk menutupi tubuh Dara agar dapat tidur dengan nyenyak. Dara melihat wajah Artha begitu dekat dengannya.

"Selamat tidur Bu Dara," ucapnya dengan tersenyum.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Karyawanku Suamiku   PART 8

    Keesokan harinya di kantor, semua orang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing sesuai dengan bagiannya. Begitupun Artha, dia sangat fokus didepan laptopnya mengerjakan semua pekerjaannya saat ini."Artha?" Panggil Karla membuat kefokusan Artha buyar seketika."Ada apa mba Karla?" Artha hanya mampu menghela nafasnya mencoba bersabar karena pasti Karla akan merepotkannya."Boleh minta tolong anterin berkas-berkas ini ke mba Andin di ruang sebelah?" Tanya Karla.Artha menganggukan kepalanya menurut. Karla memberikan setumpuk berkas kepada Artha dengan senyuman."Makasih ya, Artha!" Seru Karla saat Artha sudah bergegas keluar.Brakk!Baru saja Artha keluar dari ruangan tiba-tiba ia tidak sengaja tertabrak oleh seorang laki-laki hingga berkas-berkasnya berceceran dibawah. Laki-laki bertubuh tinggi, kulit putih serta bermata sipit. Ia terlihat membawa sebuket bunga ditangannya yang hampir saja terjatuh."Sorry, saya tidak sengaja," ucap laki-laki itu seraya membantu Artha memungut berkas-b

  • Karyawanku Suamiku   PART 7

    Saat jam kantor berakhir, Artha bergegas untuk pulang. Di lobby dia tidak sengaja berpapasan dengan Dara yang berjalan untuk sama-sama pulang. Artha hanya berjalan tanpa ingin menoleh kearahnya, mungkin Dara pun sama.Di parkiran Artha bergegas mengendarai motornya terlebih dahulu dari mobil Dara. Sebelum sampai rumah keluarga Jaksara, Artha memilih mampir ke warung pecel lele yang ada di pinggir jalan, berniat untuk makan. Artha juga sadar diri jika dia hanya orang asing yang numpang tidur saja, jadi dia tidak ingin merepotkan keluarga Jaksara.Dara menepikan mobilnya saat melihat Artha turun dari motornya di warung tersebut. Perempuan itu segera menghampiri Artha."Artha?"Artha mengerutkan keningnya tercengang. "Bu Dara? Ngapain ikut kesini?""Kamu ngapain disini?" Tanya Dara penasaran."Saya–saya mau makan," jawab Artha gugup.Dara menghela nafasnya pelan. "Kenapa kamu gak mau makan di rumah saya?""Makan disini lebih enak. Coba deh, Bu... saya pesenin ya?" Tawar Artha dan Dara ha

  • Karyawanku Suamiku   PART 6

    Malam harinya, Dara duduk didepan cermin besar sibuk membersihkan sisa-sisa makeup diwajahnya. Sedangkan Artha? Laki-laki itu duduk di tepian ranjang seraya menghirup beberapa kali inhaler sebelum tidur.Dara beberapa kali melirik Artha dari balik cerminnya. Kemudian, terlihat Artha mengambil satu bantal dari atas ranjang dan dia letakkan diatas karpet bulu tepatnya dibawah kasur."Artha?" Dara menoleh kearahnya."Ada apa Bu?""Kenapa kamu tidur di bawah?" Tegur Dara."Terus saya tidur dimana Bu? Di sofa lagi? Oke..." Artha bergegas bangkit membawa bantalnya tapi buru-buru Dara mencegahnya."Kamu gak perlu tidur di sofa, kamu bisa tidur satu ranjang bersama saya."Artha terdiam beberapa saat, dia melirik kearah ranjang seolah-olah membayangkan jika dia tidur berdampingan dengan Dara. "Gak perlu, Bu. Saya lebih baik tidur dibawah. Soalnya saya kalo tidur ngorok, suka nendang, jadi takut Bu Dara terganggu karena saya."Dara tau jika Artha sedang menolak ajakan Dara dengan berpura-pura

  • Karyawanku Suamiku   PART 5

    "Ekhemm..."Artha membuka matanya berat, raut wajahnya terlihat sangat acak-acakan, bahkan dirinya beberapa kali masih menguap ngantuk. Tapi pandangannya membuat Artha langsung beranjak bangkit karena Pak Jaksara duduk didekatnya seraya membaca koran.Semalam Artha memang kembali lagi kerumah Dara setelah diusir oleh ibunya. Namun, Ia tidak ingin mengganggu Dara yang beristirahat, alhasil Artha tidur di ruang tamu, meskipun sang pembantu menyuruhnya untuk masuk kedalam kamar Dara."Pagi Pak," sapa Artha kepada Pak Jaksara.Pak Jaksara melirik arlojinya, waktu sudah begitu siang, tapi Artha mengira jika itu masih pagi."Ini sudah jam sembilan," ucap Pak Jaksara membuat Artha sedikit terkejut."Saya kesiangan, saya telat masuk kerja," panik Artha."Tidak perlu ke kantor. Dara sudah berangkat kerja dari pagi. Ada pertemuan penting dengan rekan bisnis, jadi dia gak bisa mengambil cuti hari ini. Kamu lebih baik mandi terus jemput Dara nanti siang. Dia mengambil setengah hari kerja. Saya ha

  • Karyawanku Suamiku   PART 4

    Minggu pagi, venue intimate wedding itu nampak terlihat ramai tamu undangan. Bau tanah dan rumput terasa segar seusai gerimis pagi sehingga membasahi altar putih disana. Tapi untung saja gerimis itu sudah berhenti saat pernikahan sakral akan segera di laksanakan.Suara keprokan ria dapat seorang laki-laki itu dengar saat ia sedang duduk menunduk dikursi akad. Wajahnya perlahan mendongak melihat kearah gadis cantik yang menggunakan dres kebaya putih berjalan di altar seraya membawa buket bunga ditangannya.Benar-benar seperti mimpi. Artha sama sekali tidak berfikir jika dia akan menikah secepat ini disaat kebahagiaannya tentang pekerjaan baru tercapai. Apalagi dia menikah dengan Dara yang statusnya lebih tinggi daripada dirinya.Saat Dara sudah berdiri dihadapan Artha laki-laki itu tidak bisa berkutik saat melihat senyum manis yang Dara lontarkan. Artha akui perempuan itu begitu cantik, tak mungkin jika Artha mendapatkan perempuan bak dewi seperti Dara."Tolong dibantu pengantin peremp

  • Karyawanku Suamiku   PART 3

    Hari sial tidak ada di kalender dunia, begitupun hari keberuntungan. Entah mengapa di hari pertama Artha bekerja dia merasa sial, namun juga merasa beruntung. Seorang Dara Viora memilih lelaki biasa seperti Artha untuk menjadi calon pendampingnya. Sungguh itu pernyataan yang terdengar mustahil, tapi sangat nyata Artha rasakan."Staf marketing itu adalah calon suami Dara." Perkataan itu masih berputar dikepala Artha, bahkan dirinya sedaritadi tidak fokus bekerja. Artha mengacak rambutnya begitu frustasi. "Kenapa lo? Berat ya kerja di hari pertama?" Tegur Karla seraya merapihkan mejanya."Berat banget, mau cepet-cepet resign," jawab Artha seenaknya padahal jika boleh jujur dia sangat senang karena bekerja di perusahaan besar. Namun, perkataan Dara membuat semangatnya terputus begitu saja."Pasti habis dimarahin Dara ya? Kan, gue bilang kasih dokumennya, habis itu lo pergi. Pasti lo godain dia kan? Jangan sangka, walaupun Dara cantik, dia itu galak."Artha menghela nafasnya panjang, Ka

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status