Entah ada angin apa hari ini Abadi terlihat sangat menawan. Bukan karena parasnya yang rupawan namun karena sikapnya yang penuh perhatian. Pagi tadi tiba - tiba saja Abadi datang. Duduk bersampingan dengan Kasih menunggu jingga datang. Hanya satu yang tak dapat ia ucapkan, rasa bahagianya yang tertahan. Hanya karena sikapnya yang selalu menawan. Pagi tadi Abadi dan Kasih menikmati fajar datang, menghembuskan nafas dengan menyebutkan nama. Bukan nama awan atau tumbuhan tapi nama mereka yang kembali dipersatukan.
“Terima kasih Tuhan setidaknya Kau beri kesempatan kami merasakan indahnya cinta dalam takdir yang sudah Kau rencanakan.” Kata Kasih dalam hati.Dan di sinilah Kasih sekarang. Di parkiran motor menunggu sang empunya motor datang. Ya siapa lagi kalau bukan Abadi Dirgantara. Seseorang yang memiliki masa kelam namun masih bisa tertawa ditengah guncangan. Ia tak pernah tertawa sendiri, ada Kasih di sampingnya. Bukan hanya untuk menemaninya tertawa namun karena Kasih pJangan lupa vote and comment ya readers 💕
Semalaman Kasih tidak bisa melupakan raut wajah Sedia yang menyiratkan kekecewaan. Mungkin tindakan Kasih kemarin memang sedikit keterlaluan. Ya mau bagaimana lagi, Kasih terpaksa melakukannya. Ia sendiri terkejut dan ketakutan dengan perilaku Abadi yang tiba-tiba saja berubah. Bagaimana tidak? Abadi yang mungkin memang ketus padanya berbeda dengan Abadi yang kemarin hampir membahayakan nyawanya. Saat ini kondisi Kasih sangat berantakan. Matanya yang memerah, kantong mata menghitam dan rambut yang berantakan. Semalaman Kasih tidak tidur karena merasa bersalah pada Sedia dan memikirkan penyebab perubahan sikap Abadi yang terjadi secepat kilat. Kasih pun melihat jam dinding di kamarnya yang menunjukkan pukul 07.00 WIB. Kasih segera ke kamar mandi dan bersiap-siap untuk ke rumah Sedia. Saat Kasih melewati ruang makan, Maya yang melihat anak semata wayangnya pergi dari rumah tanpa sarapan segera meneriakinya.“Kasih, mau kemana kamu? Tumben pagi-pagi udah rapi?” tanya Maya.
“Hayo lu pada ngomongin apa serius banget?” kata Senja diambang pintu kamar Sedia.Jadi setelah mengungkapkan perasaannya pada Magenta, Senja merasa tidak ada beban agi di hatinya. Ia memutuskan untuk menemui teman-temannya karena memang tujuan awal Senja ke rumah Sedia adalah untuk menemui teman-temannya.“Dih yang sibuk pacaran baru datang?” Kata Kasih sambil melirik Senja yang sudah duduk di sampingnya.“Siapa yang pacaran?” tanya Sedia.“Itu temen sama abang lu.” Jawab Kasih.“Senja sama Bang Magenta maksud lu?”“Iya siapa lagi.”“Di, jangan percaya sama Kasih deh. Sejak kapan gue pacaran sama Kak Magenta. Kalau suka sih iya.” Sanggah Senja.“Sejak gue nggak sengaja lihat lu duduk berdampingan di taman belakang rumahnya Sedia.” jelas Kasih.“Bahasa lu Kas berdampingan udah kayak di pelaminan aja.” Kata Sedia sambil tertawa.“Lah bukannya ending yang lu harapin kayak gitu Senja?” tanya
“Oke, sekarang giliran lu Kas.” Perintah Sedia yang menyadarkan Kasih dari lamunannya.“Peraturannya kan harus muter botol Di.” Jawab Kasih.“Nggak mau ah. Kan gue sama Senja udah cerita masalah kita. Jadi giliran lu dong.”“Iya Kas, biar adil.” Kata Senja menyetujui pendapat Sedia.“Ya udah. Pada mau tanya apaan sih?” tanya Kasih.“Hubungan lu sama Abadi gimana?”Pertanyaan mendadak Sedia sukses membungkam mulut Kasih dan membuatnya terdiam. Kasih bingung harus menjawab bagaimana. Apa lagi rasa bersalahnya pada Sedia karena telah meninggalkan Sedia sendirian dan pergi bersama Kala masih mengusik Kasih.“Emang hubungan lu sama Abadi kenapa? Bukannya udah makin dekat? Atau ada hal yang lu nggak cerita sama gue?” Tanya Senja pada Kasih.“Bukannya gue nggak mau cerita. Kejadiannya juga baru kemarin malam.
Pagi hari yang cerah, Kasih sudah siap berangkat sekolah namun sebelum berangkat tentu saja ia sarapan terlebih dahulu. Saat di tengah-tengah proses makan, Kasih teringat dengan sosok lelaki yang mengikutinya kemarin.“Apa gue cerita sama mama masalah kemarin ya. Tapi kalau nanti mama khawatir gimana? Mungkin aja mama kenal sama orang kemarin. Atau bisa jadi yang kemarin ngikutin gue ayah? lagian dari gue kecil mama juga nggak pernah menyinggung soal ayah. Kalau gue tanya pasti bilangnya bakal cerita di waktu yang udah tepat. Nah waktu yang tepat itu kapan?” batin Kasih.Maya yang melihat anaknya melamun pun memperingatkan Kasih.“Kasih kamu mikirin apa sih? Buburnya dimakan dong!”“Iya maaf Ma.”“Kamu kenapa? Ada sesuatu yang mau kamu tanyain ke mama?”“Ma pas kemarin Kasih pulang dari rumah Sedia, masak ada yang buntutin Kasih sampai ke halte dekat sini.”“Tapi kamu nggak apa-apa kan? Nggak ada yang luka?” kata Maya menghamp
“Emang kemampuan Kasih nggak perlu diragukan lagi.” Kata Senja sambil bertepuk tangan untuk Kasih. Sedangkan Kasih yang menerima apresiasi berlebihan dari Senja hanya bisa tersenyum pasrah.Kasih saat ini sedang meminum jus strawberry favoritnya untuk menghilangkan dahaga. Sedia yang sudah memastikan bahwa Kasih sudah rileks, segera memutuskan untuk bertanya pada Kasih.“Kas, hubungan lu sama Abadi gimana?” tanya Senja.Kasih yang ditanya justru terdiam. Kasih masih mengingat kejadian siang tadi ketika ia bertengkar hebat dengan Abadi. Bahkan ia masih tidak percaya niat awal Abadi mendekatinya adalah untuk memanfaatkannya.“Kacau.” Jawab Kasih singkat.“Maksud lu gimana? Kasih lu kalau jawab yang benar dong. Jelasin kek, jangan bikin gue makin kepo.” Kata Sedia.Senja yang awalnya hanya berfokus pada layar ponselnya mendadak tertarik dengan percakapan teman-temannya. Ia pun memutuskan untuk meletakkan ponselnya dan fokus dengan cerita hubung
Tiga minggu sebelumnya ketika Dave berhasil menguasai tubuh Abadi selama masa ujian, Dave dikejutkan fakta bahwa mamanya masih mengharapkan kehadiran Abadi. Dave tahu bahwa keberadaannya di dunia ini tidak diakui semua orang selalin Rena, mamanya. Namun hari ini Dave mendapati Rena yang sedang tidur dengan mengigau menyebut nama Abadi dan meminta maaf karena membiarkan Dave menguasai kesadaran Abadi. Hal itu pula yang kini menyebabkan perubahan sikap Dave pada Rena. Dave memutuskan tidak mempercayai orang lain di dunia ini termasuk Rena. Niat awal Dave ingin bertemu Rena sebenarnya ia mulai merasa kasihan pada Abadi, namun niat itu langsung hilang ketika ia mengetahui fakta mengejutkan dari Rena. Fakta yang tidak sengaja ia dengar kali ini sukses membuatnya semakin menginginkan kehidupan Abadi seutuhnya.Saat ini Kasih, Sedia dan Senja sedang nongkrong di café favorit mereka. Mereka memang sedang duduk bersebelahan namun entah kenapa setiap orang fokus pada keresahnnya masi
Entah sudah berapa jam air mata Kasih yang awalnya mengalir deras kini mulai mengering. Perlahan mata Kasih semakin berat dan sedikit perih. Kasih yang sudah kelelahan menangis dan menahan kantuknya akhirnya tertidur juga. Ia tidur dengan posisi membenamkan wajahnya di atas lengannya yang disangga kedua kakinya. Pagi harinya Kasih terbangun dengan posisi tertidur di lantai. Ia mulai merasakan tubuhnya yang kesakitan. Kasih yang sudah lelah berada di kamar memutuskan untuk segera berangkat sekolah. Saat sampai di koridor sekolah Kasih menjadi pusat perhatian karena penampilannya yang tidak seperti biasanya. Ia mungkin menggunakan seragam yang biasa ia pakai namun matanya terlihat memerah dan sembab. Bahkan Kasih tidak sadar bahwa kaos kaki yang ia pakai tidak sepasang dan berbeda warna. Dari kejauhan Abadi yang merasakan kehadiran Kasih segera menghampiri Kasih dan memastikan kondisinya sudah lebih bak dari kemarin. Namun harapan Abadi hilang ketika ia menyapa Kasih dan diabaikan. Bu
Setelah dua jam Kasih berada di rumah ayahnya ia memutuskan untuk pulang. Sebelum pulang ia juga memperingatkan ayahnya agar tidak minum minuman beralkohol lagi. Mungkin perubahan penampilan ayahnya sekarang selain karena masalah yang ia hadapai bisa saja alcohol juga menjadi penyababnya. Kasih yang malas untuk pulang ke rumah justru mengajak Abadi duduk di bangku taman dekat rumahnya. Abadi hanya terdiam dan mengikuti setiap gerak-gerik Kasih.“Iya, yang tadi itu ayah gue. Kalau lu tanya kenapa gue dan mama bisa hidup terpisah sama ayah gue juga nggak tahu alasannya. Dari kecil gue selalu tanya ke mama tentang keberadaan ayah dan mama cuma jawab nanti ada waktunya buat gue tahu. Dan tiba-tiba aja seminggu yang lalu gue lihat mama ngobrol sama ayah di depan rumah gue. Jujur gue marah sama mama. Masalah sebesar ini dia sembunyin dari gue. Gue bukan anak kecil lagi Bad.” Kata Kasih sambil menatap kosong ke depan.“Menurut gue lu nggak boleh menyalahkan Tante Maya den