Keesokan harinya Kasih membantu mamanya memasak. Mereka mencoba memasak chiffon cake strawberry. Saat sedang asik-asiknya memasak, ada seseorang yang memencet bel rumah mereka. Maya bergegas membuka kan pintu. Setelah membuka pintu Maya dikejutkan dengan kehadiran Rena dengan luka lebam di kakinya. Kondisinya pun sangat memprihatinkan. Matanya sembab dan ada kantong mata hitam, badannya juga terlihat semakin kurus. Maya bingung dengan kondisi yang ia hadapi sekarang. Ia hanya bisa mempersilahkan Rena masuk dan duduk di ruang tamunya. Sedangkan Kasih masih sibuk di dapur dan tidak menyadari kehadiran Rena.
“Kasih, tolong ambilin minum ya.” Teriak Maya.Kasih pun mengambilkan segelas air putih dan membawanya ke ruang tamu. Saat sampai di ruang tamu Kasih sangat terkejut melihat kehadiran Rena. Kasih tidak bisa berbohong. Ia masih belum bisa memaafkan Rena. Namun melihat kondisi Rena yang berantakan membuat hatinya sedikit luluh. Maya mempersilahkan Rena untuk minum.&nbHalo, akhirnya Kasih dan Abadi bisa bersatu lagi. Semoga suka dengan alur ceritanya ya. See you 💕
Setelah berdebat dengan Abadi yang memaksa untuk mengantar Kasih pulang. Akhirnya Kasih bisa membujuk Abadi bahwa ia bisa pulang sendiri. Ia juga menyuruh Abadi untuk beristirahat. Saat berniat untuk pulang, Kasih mendapati Rena yang sedang duduk sambil menonton televisi. Namun matanya justru terlihat kosong. Kasih yang menyadari hal tersebut, segera pergi ke dapur dan membuat teh hangat dengan madu. Lalu ia memberikan teh tersebut untuk Rena.“Terima kasih.”“Tante harus jaga diri Tante sendiri. Kalau Tante selemah ini bagaimana bisa Tante menghadapi Abadi.” Kata Kasih.Rena segera mematikan televisinya. Ia ingin mendengarkan kondisi Abadi tanpa ada gangguan.“Keadaan Abadi gimana?”“Keadaan Abadi sudah stabil.”“Saya masih bingung bagaimana bisa sikap Dave berubah.”“Yang harus Tante khawatirkan sekarang bukan perubahan sikap Dave tapi kesembuhan Abadi. Sebenarnya apa yang terjadi Tante bagaimana bisa Abadi mengidap DI
“Kasih gue peringatin buat pergi jauh-jauh dari kehidupan gue! Atau lu nggak bakal bisa balik lagi ke kehidupan normal lu.”- Abadi Dirgantara - “Gue nggak mau jadi bayangan lu lagi.”- Dave - “Kehidupan gue sebelum ada lu mungkin nggak bahagia tapi nggak semenyakitkan sekarang.”- Kasih Rinjani - “Di mata lu hanya ada satu cewek yang nggak bisa gue geser sedikit kedudukannya di hati lu.”- Sedia Anandita - “Gadis puisi itu tanpa permisi mengalihkan perhatian gue untuk berada dijangkauan kehidupannya.”- Kala Dirandra - “Ketidakpeduliannya pada lingkungan sekitar justru membuat gue ingin mengenalnya lebih dekat.”- Senja Sasikirana - “Perubahan besar yang sering kali muncul tepat dihadapan gue sukses membuat gue tertarik mengamatinya.”- Megantara Ardhana -
Sebuah kisah dari sang hujanYang jatuh namun tak terlukaYang jatuhnya ada namun letaknya tak beradaYang nyata namun kadang juga fanaDingin, namun tak akan abadiAbadi? Memang ada?Kata yang katanya akan bertahan lamaNamun faktanya tak ada lama yang berpijak di semestaHanya sebentar yang kadang suka kadang juga menyakitkanRuntuh sudah makna hujan dari aku sang penikmat aroma setelah kedatangannya "Kasih tidur gih, udah malem lho besok kan masuk sekolah?""Yah liburnya udah habis ya ma?""Kamu itu maunya libur terus. Udah gih tidur.""Iya mama."Kasih pun pergi tidur belum sempat menutup matanya, mamanya kembali membangunkannya."Kenapa ma? Baru juga Kasih mau tidur.""Itu jendela ditutup Kasih, kebiasaan deh.""Hehehe iya lupa ma.""Good night sayang.""Night too mama."Setelah menutup jendela kamarnya Kasih pun terlarut dalam dinginnya malam dan aroma petrichor yang memaksa masuk lewat lubang angin-angin di kama
Ini si Abadi kemana sih? Ditungguin dari tadi belum dateng dateng. Mana udah mau bel lagi. Berasa nggak guna banget gue diparkiran. Tu anak telat apa nggak masuk sih? Perasaan kemarin berangkat pagi banget eh ini giliran ditungguin nggak muncul muncul. Itulah berontak Kasih dalam hati bagaimana tidak ia nekat berangkat pagi dan menunggu Abadi dari pukul 06.00 sampai sekarang pukul 06.50 sedangkan 10 menit lagi bel masuk akan berbunyi. Tanpa diduga kasih pun melihat Abadi memarkirkan motor disamping ia berdiri. Ia pun mengambil napas berat."Nih gue balikin duit lu 10 ribu."Abadi pun hanya melirik Kasih sekilas dan beranjak pergi. Tentu saja kasih tak menyerah begitu saja."Woi ini gue balikin duit lu. Gue nggak mau ya mati bawa hutang. Mana cuma 10 ribu lagi.""Gue nggak pernah ngutangin lu duit."Jawab Abadi dan pergi meninggaklkan kasih.Sedangkan Kasih masih terdiam membisu, ia bingung harus dengan cara apa ia mengembalikan uang milik Abadi. Sedetik kemudian sudut
Terlihat siluet seorang gadis menatap bintang bintang dari jendela kamarnya di lantai 2. Bintangnya berpijar bergantian namun selaras, bisiknya pada dirinya sendiri."Kasih mama buatin coklat panas nih." Yah gadis itu adalah Kasih."Iya mama makasih ya.""Yaudah nanti jendelanya jangan lupa ditutup. Mama kebawah dulu.""Iya mama."Saat mamanya sudah pergi, Kasih pun melanjutkan kegiatannya melihat bintang malam dan menyesap coklat panasnya sedikit demi sedikit. Tiba tiba saja wajah kesal Abadi memenuhi pikirannya. Ia teringat kembali 2 hari terakhir yang ia habiskan bersama Abadi. Dari mulai menumpahkan kopi Abadi sampai mengejar ngejar Abadi untuk mengembalikan kopinya dalam bentuk uang."Ih kenapa gue jadi mikirin Abadi sih. Cowok ngeselin kayak gitu. Tapi keren juga sih dia, apalagi pas si Abadi mulai fokus sama dunianya. Ah pas basket juga, gila keren banget."Kasih pun teringat saat ia menemani Sedia latihan dan tanpa disengaja ia juga melihat Abadi b
Semua mata tertuju pada Kasih yang sedang membacakan puisinya diiringi petikan gitar. Tentu saja Kala tak akan melewatkan perform Kasih kali ini. Ia selalu berada di tempat yang sama dan masih memakai seragam sekolahnya. Kasih pun mengakhiri performnya dengan lagu kuingin kau tau dari the overtunes. Sebelum menuruni panggung Kasih tersenyum manis pada Abadi yang seolah mengatakan bahwa performnya kali ini khusus untuk Abadi. Ya entah bagaimana Abadi bisa terduduk di cafe semesta. Setelah menuruni panggung Kasih pun mencoba mencari Abadi, namun ia tak lagi melihatnya. Yang ia temui justru kala yang tengah tersenyum manis padanya."Hai, Kasih.""Eh elu, lihat cowok yang tadi duduk di sini nggak?""Nggak tau, gue kan tadi cuma merhatiin elu. Emang siapa tu cowok?""Bukan siapa siapa. Btw ngapain lu di sini?""Lah kan gue fans pertama lu yang selalu setia melihat perform lu secara suka rela.""Iya deh iya percaya gue.""Btw lu pulang naik apa?""Angkot kayaknya."
Aaauu. Teriak seseorang saat Kasih sedang pemanasan untuk jogging di lapangan basket dekat rumahnya. Kasih pun mencari sumber suara, betapa terkejutnya Kasih melihat Abadi yang sedang memegang pergelangan kakinya yang sedikit memerah. Kasih pun berlari kearah Abadi dan memecah keramaian yang mengelilingi Abadi."Abadi? Lu nggak apa apa?" Tanya Kasih cemas.Abadi pun hanya menatapnya bingung. Kasih pun tak menanggapi tatapan Abadi dan berusaha membopong Abadi dengan tubuh mungilnya."Bantuin kali. Napa pada diem semua sih." Teriak Kasih kepada teman Abadi yang hanya melihatnya kesusahan membopong tubuh Abadi. Akhirnya Kasih pun mendapatkan bantuan. Sesampainya di pinggir lapangan Kasih memegang kaki Abadi yang terluka."Sakit?" Tanya Kasih."Iyalah memar gini masak nggak sakit.""Ih kok nyolot sih.""Iya maaf. Oh iya lu cewek yang pernah ngejar ngejar gue kan?""Dih sok keren banget sih.""Yee lu yang ngejar gue. Sampe sekarang ni gue nggak inget pernah nga
"Abadi lepas! Tangan gue sakit."Abadi pun yang tanpa sadar mencengkram pergelangan Kasih begitu kuat setelah mendengar teriakan Kasih ia segera melepaskan cengkramannya. Namun karena terburu-buru ia justru melemparnya dengan kasar."Aauu." Rintih Kasih.Abadi pun hanya melirik sekilas pergelangan Kasih yang terlihat sedikit lebam. Abadi tahu semua itu kesalahannya. Apa perlu gue kompres tangannya Kasih? Ih tapi nanti dia GR."Bad, lu mau ngapain sih ngajak gue ke lapangan basket panas panas gini? Kalo mau berjemur jangan ajak-ajak gue."Abadi pun melihat sekeliling dan benar saja ia berada tepat di tengah lapangan basket. Lah ngapain juga gue bawa Kasih ke lapangan basket."Woi Abadi." Teriak Kasih tepat disamping telinga Abadi."Kasih itu mulut apa toa sih?""Lu ngapain nyeret gue kesini?""Iseng doang.""Tanggung jawab lu. Bentar lagi udah mau masuk. Perut gue masih kosong.""Makan lah.""Yaelah kalo sekarang gue jalan ke kantin pun udah ke bur