Setelah melihat Kasih dan mamanya pergi dengan kekecewaan, Abadi memasuki rumah dengan emosi yang sudah memuncak.
“Mama apa-apaan sih?” Bentak Abadi ke mamanya.Rena yang dibentak hanya terdiam membeku. “Ma, mama itu udah keterlaluan. Mau sesedih apapun kita kehilangan papa, harusnya mama nggak memanfaatkan rasa bersalah Om Raman.” “Adi dia pembunuh papa kamu.” “Bukan Ma. Papa meninggal karena musibah yang siapapun nggak bisa menghalanginya. Asal Mama tahu aja waktu Mama pingsan di rumah sakit karena terpukul atas meninggalnya Papa, cuma Om Raman yang ada di samping aku. Om Raman mencoba untuk menguatkan aku bahkan berusaha untuk menghibur aku. Om Raman orang yang baik Ma.”Setelah mendengar cerita dari Abadi, Rena semakin merasa bersalah. Ia dibutakan dengan rasa kehilangannya dan hasrat untuk balas dendam. “Kasih adalah satu-satunya orang yang bisa membuat Dave menghilang dari kehidupan aku. Dan Mama baru saja menghancurkanHalo readers, jadi tim siapa kalian? Kasih dan Abadi atau Kasih dan Kala?
Senja sedang menuju kantin dengan sedikit terburu-buru. Niat awalnya ingin membaca buku namun diurungkan karena perutnya yang kelaparan. Saat ia sedang terburu-buru, tiba-tiba saja ada seseorang yang membekap mulutnya dari belakang. Dengan reflek Senja mencoba untuk melepas bekapan orang tersebut. Namun usahanya gagal, sekuat apapun Senja ia tetap tidak bisa mengalahkan kekuatan laki-laki. Sampai akhirnya mereka berada di lorong kecil antara kelas 11 dan 12.“Ini siapa sih? Ya kali gue diculik. Nekad banget culik anak orang di sekolah. Mana pas jam sekolah lagi.” Batin Senja.Sesampainya di sana, laki-laki itu membuka bekapan tangannya dari mulut Senja. Senja yang sudah siap memprotes perlakuan laki-laki tersebut justru terdiam. Bagaimana tidak sekarang, dihadapannya ada Magenta dengan senyuman tanpa rasa bersalah.“Mau lu apa... Kak Magenta.” Kata Senja yang terkejut dengan kehadiran Magenta.“Sorry kalau gue ngagetin lu.”“Nggak kaget lagi Ka
Malam ini Kasih sedang memakan camilan sambil menonton TV. Maya menghampiri Kasih dan membawa jus strawberry untuk mereka berdua.“Kasih, mama boleh tanya sesuatu nggak?”“Mama mau tanya apa sih serius banget.” Jawab Kasih sambil memakan camilan favoritnya.“Abadi kok jarang main ke sini ya?”“Setelah kejadian tempo hari, mama masih bisa nerima Abadi?”“Iya kenapa nggak. Yang salah kan bukan Abadi. Ingat Kasih yang merasa kehilangan bukan cuma kita, Abadi juga. Dia kehilangan ayahnya dan figure seorang ibu yang harusnya dia dapat dari Rena.”“Aku paham soal itu Ma. Aku cuma nggak suka karena Abadi pernah bilang kalau ayah pembunuh. Padahal dia sendiri tahu kalau papanya meninggal karena musibah bencana alam.”“Apa kamu udah dengar penjelasan dari Abadi?”Kasih teringat saat Abadi ingin menjelaskan sesuatu namun ia justru menolaknya. Egonya masih tinggi jika dipaksa untuk memaafkan Abadi. Rasa sakit hatinya masih belum
Keesokan harinya Kasih membantu mamanya memasak. Mereka mencoba memasak chiffon cake strawberry. Saat sedang asik-asiknya memasak, ada seseorang yang memencet bel rumah mereka. Maya bergegas membuka kan pintu. Setelah membuka pintu Maya dikejutkan dengan kehadiran Rena dengan luka lebam di kakinya. Kondisinya pun sangat memprihatinkan. Matanya sembab dan ada kantong mata hitam, badannya juga terlihat semakin kurus. Maya bingung dengan kondisi yang ia hadapi sekarang. Ia hanya bisa mempersilahkan Rena masuk dan duduk di ruang tamunya. Sedangkan Kasih masih sibuk di dapur dan tidak menyadari kehadiran Rena.“Kasih, tolong ambilin minum ya.” Teriak Maya.Kasih pun mengambilkan segelas air putih dan membawanya ke ruang tamu. Saat sampai di ruang tamu Kasih sangat terkejut melihat kehadiran Rena. Kasih tidak bisa berbohong. Ia masih belum bisa memaafkan Rena. Namun melihat kondisi Rena yang berantakan membuat hatinya sedikit luluh. Maya mempersilahkan Rena untuk minum.&nb
Setelah berdebat dengan Abadi yang memaksa untuk mengantar Kasih pulang. Akhirnya Kasih bisa membujuk Abadi bahwa ia bisa pulang sendiri. Ia juga menyuruh Abadi untuk beristirahat. Saat berniat untuk pulang, Kasih mendapati Rena yang sedang duduk sambil menonton televisi. Namun matanya justru terlihat kosong. Kasih yang menyadari hal tersebut, segera pergi ke dapur dan membuat teh hangat dengan madu. Lalu ia memberikan teh tersebut untuk Rena.“Terima kasih.”“Tante harus jaga diri Tante sendiri. Kalau Tante selemah ini bagaimana bisa Tante menghadapi Abadi.” Kata Kasih.Rena segera mematikan televisinya. Ia ingin mendengarkan kondisi Abadi tanpa ada gangguan.“Keadaan Abadi gimana?”“Keadaan Abadi sudah stabil.”“Saya masih bingung bagaimana bisa sikap Dave berubah.”“Yang harus Tante khawatirkan sekarang bukan perubahan sikap Dave tapi kesembuhan Abadi. Sebenarnya apa yang terjadi Tante bagaimana bisa Abadi mengidap DI
“Kasih gue peringatin buat pergi jauh-jauh dari kehidupan gue! Atau lu nggak bakal bisa balik lagi ke kehidupan normal lu.”- Abadi Dirgantara - “Gue nggak mau jadi bayangan lu lagi.”- Dave - “Kehidupan gue sebelum ada lu mungkin nggak bahagia tapi nggak semenyakitkan sekarang.”- Kasih Rinjani - “Di mata lu hanya ada satu cewek yang nggak bisa gue geser sedikit kedudukannya di hati lu.”- Sedia Anandita - “Gadis puisi itu tanpa permisi mengalihkan perhatian gue untuk berada dijangkauan kehidupannya.”- Kala Dirandra - “Ketidakpeduliannya pada lingkungan sekitar justru membuat gue ingin mengenalnya lebih dekat.”- Senja Sasikirana - “Perubahan besar yang sering kali muncul tepat dihadapan gue sukses membuat gue tertarik mengamatinya.”- Megantara Ardhana -
Sebuah kisah dari sang hujanYang jatuh namun tak terlukaYang jatuhnya ada namun letaknya tak beradaYang nyata namun kadang juga fanaDingin, namun tak akan abadiAbadi? Memang ada?Kata yang katanya akan bertahan lamaNamun faktanya tak ada lama yang berpijak di semestaHanya sebentar yang kadang suka kadang juga menyakitkanRuntuh sudah makna hujan dari aku sang penikmat aroma setelah kedatangannya "Kasih tidur gih, udah malem lho besok kan masuk sekolah?""Yah liburnya udah habis ya ma?""Kamu itu maunya libur terus. Udah gih tidur.""Iya mama."Kasih pun pergi tidur belum sempat menutup matanya, mamanya kembali membangunkannya."Kenapa ma? Baru juga Kasih mau tidur.""Itu jendela ditutup Kasih, kebiasaan deh.""Hehehe iya lupa ma.""Good night sayang.""Night too mama."Setelah menutup jendela kamarnya Kasih pun terlarut dalam dinginnya malam dan aroma petrichor yang memaksa masuk lewat lubang angin-angin di kama
Ini si Abadi kemana sih? Ditungguin dari tadi belum dateng dateng. Mana udah mau bel lagi. Berasa nggak guna banget gue diparkiran. Tu anak telat apa nggak masuk sih? Perasaan kemarin berangkat pagi banget eh ini giliran ditungguin nggak muncul muncul. Itulah berontak Kasih dalam hati bagaimana tidak ia nekat berangkat pagi dan menunggu Abadi dari pukul 06.00 sampai sekarang pukul 06.50 sedangkan 10 menit lagi bel masuk akan berbunyi. Tanpa diduga kasih pun melihat Abadi memarkirkan motor disamping ia berdiri. Ia pun mengambil napas berat."Nih gue balikin duit lu 10 ribu."Abadi pun hanya melirik Kasih sekilas dan beranjak pergi. Tentu saja kasih tak menyerah begitu saja."Woi ini gue balikin duit lu. Gue nggak mau ya mati bawa hutang. Mana cuma 10 ribu lagi.""Gue nggak pernah ngutangin lu duit."Jawab Abadi dan pergi meninggaklkan kasih.Sedangkan Kasih masih terdiam membisu, ia bingung harus dengan cara apa ia mengembalikan uang milik Abadi. Sedetik kemudian sudut
Terlihat siluet seorang gadis menatap bintang bintang dari jendela kamarnya di lantai 2. Bintangnya berpijar bergantian namun selaras, bisiknya pada dirinya sendiri."Kasih mama buatin coklat panas nih." Yah gadis itu adalah Kasih."Iya mama makasih ya.""Yaudah nanti jendelanya jangan lupa ditutup. Mama kebawah dulu.""Iya mama."Saat mamanya sudah pergi, Kasih pun melanjutkan kegiatannya melihat bintang malam dan menyesap coklat panasnya sedikit demi sedikit. Tiba tiba saja wajah kesal Abadi memenuhi pikirannya. Ia teringat kembali 2 hari terakhir yang ia habiskan bersama Abadi. Dari mulai menumpahkan kopi Abadi sampai mengejar ngejar Abadi untuk mengembalikan kopinya dalam bentuk uang."Ih kenapa gue jadi mikirin Abadi sih. Cowok ngeselin kayak gitu. Tapi keren juga sih dia, apalagi pas si Abadi mulai fokus sama dunianya. Ah pas basket juga, gila keren banget."Kasih pun teringat saat ia menemani Sedia latihan dan tanpa disengaja ia juga melihat Abadi b