Wandy terdiam sejenak. Matanya segera meredup.
Ryu lebih besar darinya, sementara Neilsen adalah ayah kandungnya, dan ia mempunyai seorang anak laki-laki yang lebih besar empat bulan darinya, dan bukan mami yang melahirkannya, apa maksudnya?Maksudnya adalah Neilsen selingkuh saat masih menikah. Berarti Neilsen-lah yang menyakiti Rossa.Mata Wandy yang indah itu berkobar marah, ingin rasanya ia membakar Neilsen yang muncul di layar komputer itu.Tampaknya ia memberi pelajaran terlalu sedikit di bandara tadi.Wandy mengeluarkan sebuah micro kamera dari saku bajunya, lalu menghubungkannya ke komputer. la segera mengubah alamat IP komputernya, lalu segera mengupload video berisi Neilsen yang dipipisi olehnya tadi.Setelah selesai, Wandy tersenyum.la kembali menyelidiki sejenak tentang Ryu, didapatinya ternyata ia bersekolah di TK Tante Linny.'Sepertinya TK di Manado cukup bagus.'Wandy menyengir, setelah ia menghapus jejak di komputer itu dengan bersih, ia mematikan komputer lalu bangkit berdiri dan mulai membantu Rossa membereskan kopernya.Tubuhnya yang kecil itu membuatnya sedikit kesulitan untuk menggantungkan di lemari.Wandy melihat kaki kecilnya itu dengan sebal, diam-diam ia berjanji akan makan yang banyak, dan segera tumbuh besar, dengan begitu ia bisa melindungi mami.la mengambil kursi dan meletakkannya di depan lemari baju, lalu naik ke atas kursi tersebut dan kembali menggantungkan pakaian Rossa dan dirinya di dalam lemari.Tiba-tiba dari luar terdengar suara Linny yang baru pulang."Rossa, kamu sudah pulang? Coba kulihat, apakah kamu semakin kurus enam tahun ini."Linny bergerak mendekat dan memeluk Rossa, matanya memerah panas."Dasar kamu, bukankah aku baik-baik saja? Kenapa menangis?"Hati Rossa sedikit bergetar."Baik-baik saja, kamu sebut ini baik-baik saja? Baiklah, kali ini jangan pergi lagi, ada aku, aku akan menjagamu.""Baik, aku akan membiarkanmu menjagaku. Untuk sementara waktu aku tidak pergi dulu, di sini ada kontrak yang sedang dijalankan, paling sedikit aku menetap selama setengah tahun. Sudah, jangan menangis lagi, kubawa kamu melihat anakku."Rossa menggandeng tangan Linny dan membawanya ke depan kamar."Wandy, kemari dan temui Tante Linny."Ketika Rossa membuka pintu kamar, ia melihat Wandy yang tengah berjinjit ntuk menggantung bajunya. Mendengar suara Rossa memanggilnya, ia segera menoleh, dirinya yang berdiri dengan tidak stabil itu langsung terjatuh dari kursi ke lantai."Awas!"Rossa segera maju untuk menopangnya, Linny lebih cepat selangkah, ia segera memeluk Wandy, dan mereka berdua sama-sama terjatuh ke lantai.Linny adalah guru, tanpa sadar ia melindungi Wandy, tubuhnya yang kecil dan lemah itu membuat Linny menyayanginya tanpa ragu, apalagi dilihatnya wajah Wandy yang seperti boneka, ia segera menjerit nyaring."Astaga, Rossa, anakmu cakep sekali!"Selesai mengatakannya, ia segera mencium pipi Wandy.Wandy terkesiap seketika."Kenapa wanita tua seperti tante ini mencium pipiku? Cepat bangun!"Linny yang dipanggil wanita tua oleh Wandy itu merasa sakit hati."Hei bocah, aku baru 28 tahun, apa terlihat tua?""Aku baru 4 tahun, bagiku, tante sudah sangat tua. Tante tua, cepatlah bangun, tante sedang menghimpitku!"Wandy bukannya anak yang tidak tahu sopan santun, ia bahkan bukan tipe anak yang menyebalkan seperti itu, tapi Linny tiba-tiba mencium pipinya!Ini tidak bisa diterima.Linny yang tertusuk itu langsung meledak."Rossa, kamu yakin ini anakmu?"Rossa yang melihat mereka berdua itu hanya tertawa."Sudah, sudah, Linny, cepat bangun, Wandy tidak suka orang lain menciumnya."Sambil berkata demikian Rossa ingin mengulurkan tangannya untuk menarik Linny, ia justru semakin ingin menjahili Wandy."Kamu tidak ingin dicium ya? Aku justru semakin ingin menciummu, sini kucium!"Linny menangkap wajah Wandy dan menciuminya beberapa kali.Wajah Wandy berubah, dia langsung mengambil sesuatu dari koper Rossa, lalu menuju kearah Linny."Ah!"Linny dikagetkan oleh listrik, barulah ia melihat alat sengat listrik di tangan Wandy."Hei bocah, kamu ingin membunuhku?""Ini adalah peralatan bertahan diri yang kuberikan pada mami, tak menyangka hari ini aku justru memakainya untuk melawan seorang ibu tua seperti tante!"Wandy bangkit berdiri dengan tenang, lalu beranjak ke toilet.la ingin mencuci air liur wanita tua itu!'Benar-benar menjijikkan!'Rossa tertawa terbahak-bahak, Linny justru hampir menangis tanpa bersuara."Bagaimana kamu mengajarinya melakukan tindakan tercela seperti itu? Tampangnya seperti boneka, tapi hatinya begitu hitam?""Kemampuan melindungi diri Wandy hanya terlalu kuat saja, sebaiknya kamu jaga jarak dengannya."Rossa mengenal anaknya sendiri, dan ia buru-buru minta maaf pada Linny.Hati Linny begitu sakit.la dikalahkan oleh seorang anak berumur empat tahun lebih sedikit!Masih mau membiarkannya hidupkah?!"Hei bocah, nanti kita berdua bikin perhitungan."Linny memegang pinggangnya yang merinding karena tersetrum itu, lalu keluar dari kamar mengikuti Rossa.Rossa pergi ke dapur untuk mematikan api, sedangkan Linny melihat-lihat berita di ponselnya dengan bosan, tiba-tiba ia segera terpaku pada sebuah berita, dan seketika itu tawanya meledak.Ekspresi di wajah Neilsen terlihat tidak begitu mengenakkan. Mereka sudah memperkirakan dari awal jika Winata akan datang kemari, dan sudah menduga jika dia akan merusak CCTV di depan ruangan, untung saja Neilsen dan Rossa sudah menyiapkan semuanya dengan mengatur kamera kecil di dalam ruangan dengan menyambungkan ke telepon seluler miliknya, meskipun Winata begitu pintar tetapi mereka juga tidak menyangka jıka kelakuan percobaan pembunuhannya ini sudah terekam. Rossa melihat ke arah Kalila, dan dia tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan, hanya saja dia merasa jika ekspresi wajahnya tidak begitu mengenakkan, kemudian dia berkata."Ibu, lebih baik memanggil dokter kemari. Dengan begitu aku akan merasa lebih tenang.""Tidak apa-apa, ibu hanya merasa sesak napas, tetapi sekarang sudah jauh lebih baik."Suara Kalila tersengal begitu lemah, Seperti suaranya sudah dibawa kabur oleh seseorang. Meskipun dia tidak begitu menyukai Winata dan dia juga suda
Winata berteriak sejadi-jadinya, seperti perutnya benar-benar sakit saja. Pengawal di luar melihatnya sekilas, meskipun Timothy sudah berkata kepada mereka jika tingkah Winata begitu banyak, tetapi mereka juga tahu jika Winata adalah orang yang paling dipedulikan oleh nenek Huo, dan jika ada yang terjadi kepadanya, maka mereka takut tidak bisa menanggung akibatnya nanti.Kedua orang itu langsung masuk kedalam, "Nona, apa nona tidak apa-apa?""Perutku sakit sekali."Winata kesakitan hingga mengeluarkan air mata, membuat orang yang melihatnya begitu tidak tega. Kedua pengawal itu seperti tidak melihat apapun dan berkata pelan."Tunggu sebentar, aku akan pergi memanggil dokter.""Aduh ... aku sepertinya kram, kalian bantu aku sebentar untuk duduk." Winata menangis hingga sejadi-jadinya. Pengawal saling melihat satu sama lain, dan dengan cepat maju kedepan, dan langsung mengulurkan tangan ke arah Winata. "Nona, peganglah t
Rossa merasa jika dia tidur dengan begitu nyaman, napas yang dia hirup penuh dengan aroma tubuh Neilsen, hal ini membuktikan jika dia berada di sampingnya, membuatnya merasa begitu tenang dan damai.Saat dia membuka matanya, dia melihat Kalila yang sedang tersenyum bahagia melihat ke arah mereka berdua, hingga membuat Rossa merasa sedikit tidak enak hati."Ibu ... ibu sudah sadar, kenapa tidak membangunkanku?"Rossa juga langsung melepaskan diri dari pelukan Neilsen. Neilsen kemudian menggerak-gerakan lengannya yang terasa kram, "Kamu tidur sudah seperti babi saja, ibu tentu saja tidak enak untuk membangunkanmu. Kamu tenang saja, bibi Huang sudah membawa makanan kemari, ibu sudah makan tadi, dan menyisihkannya untukmu, kamu cepat masuk kedalam dan makanlah."Setelah mendengar perkataan Neilsen, Rossa semakin merasa tidak enak hati. "Kenapa kamu tidak membangunkaku?""Apa yang kamu takutkan, kita semua adalah keluargamu, apa kamu takut akan ditertawakan nantinya? Ditambah lagi kamu ju
"Ibu ... ibu sudah sadar? Aku akan pergi memanggil dokter." Rossa benar-benar begitu gembira. Neilsen kemudian berkata, "Kamu tunggu saja di sini, aku yang akan pergi memanggil dokter."Setelah itu, dia langsung berbalik dan berjalan menuju keluar ruangan.Saat melihat Rossa, Kalila tahu jika dirinya tidak berhasil untuk mengakhiri hidupnya. Saat bisa melihat kembali putrinya, dia merasa begitu beruntung dan bisa selamat dari kematian."Rossa ....""Ibu."Rossa langsung menggenggam erat tangan Kalila, terlihat dari sorot matanya yang begitu senang sekaligus sedih. "Kenapa berbuat seperti itu? Kenapa ibu bisa melakukan hal seperti itu? Soal Winata, aku tidak begitu memperdulikannya, tetapi ibu kenapa melakukan itu?""Maaf, ibu minta maaf kepadamu. Winata adalah putriku, akulah yang membawanya ke dunia ini, dan membuatnya berubah menjadi seperti itu, hingga dia berani mencelakaimu, aku tidak bisa membiarkannya mencelakaimu terus-menerus, aku hanya ingin membawanya pergi, pergi dan men
Semalaman tanpa tertidur, di dalam ruangan dengan penjagaan yang dilakukan oleh Neilsen, Kalila masih saja tertidur panjang dan belum sadarkan diri, sedangkan Rossa juga tertidur pulas tanpa gangguan apapun. Keesokan harinya saat sinar matahari masuk kedalam ruangan mereka, Rossa sudah mulai bangun dari tidurnya. Dia melihat jas yang menyelimuti tubuhnya, dia seketika tahu jika itu milik Neilsen, dia kemudian bertanya-tanya, bagaimana bisa dia tertidur begitu saja. Rossa tahu jika dia sama sekali tidak bisa tertidur, tetapi dia malah tidak sadar jika dia sudah tertidur, hal ini membuatnya bertanya-tanya dalam hatinya, hanya saja dia tidak memiliki waktu untuk memperjelasnya. Dia keluar dari ruangannya dan melihat jika Neilsen sedang membantu Kalila mengelap wajahnya. Dia begitu berbakti seperti sedang memperlakukan ibu kandungnya, membuat Rossa begitu terharu. "Biar aku saja." Rossa langsung melanjutkan kegiatan yang sedari tadi dilakukan oleh Neilsen. Ini bukanlah hal yan
Rossa sudah memutuskan akan tetap di sini dan menemani Kalila, Neilsen tidak bisa membujuknya dan hanya bisa menemaninya saja, tetapi hatinya juga terasa begitu sakit.Tubuhnya pada dasarnya sedang tidak fit, dan sekarang malah terjadi sesuatu kepada Kalila seperti ini, tentu saja membuat hatinya begitu berkecamuk. Neilsen benar-benar khawatir jika terjadi sesuatu kepada Rossa.Nyonya Huo tidak masuk dan tidak mengatakan apa-apa lagi, dia memangil perawat untuk menjaga Winata, dan dia kembali kerumah. Timothy masih berada di luar dan menunggu Rossa, melihat Neilsen keluar, dia berkata pelan."Mari kita berbicara sebentar.""Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, jika masalah itu mengenai nyonya Huo, maka aku pikir semua keputusannya berada pada Rossa."Neilsen berkata datar, sebenarnya dia tidak ingin mengatakan semua ini. Timothy juga sadar jika keluarganya sudah berbuat sesuatu yang keterlaluan, dia kemudian menghembuskan napasnya kasar."Mamaku sudah tidak muda lagi, dia selalu tid