Share

Bab 6

Matanya memandang ke arah Neilsen yang pergi menjauh, hati Rossa terhenyak.

"Untuk apa seorang anak lelaki sepertimu memperhatikan apakah pria lain tampan atau tidak? Ayo jalan."

Rossa merunduk dan menggendong Wandy.

Melihat Rossa yang sepertinya tidak berminat melanjutkan pembicaraan itu dengannya, sorot mata Wandy memancarkan sedikit kenyerian dalam hatinya.

la mengulurkan lengannya yang kecil itu untuk merangkul leher Rossa, lalu berkata dengan manja.

"Aku kan ingin mencarikan pria untuk mami."

"Dasar bodoh, kamu tidak perlu mengurusi urusan orang dewasa. Kepulangan kali ini mami sudah meminta Tante Linny menyiapkan satu tempat untukmu di TK-nya, kamu harus ke sekolah dulu. Kalau ada Tante Linny yang mengawasimu, mami jadi lebih tenang."

Rossa menggendong Wandy dan berjalan ke luar, tangannya sedikit gemetar.

'Mengapa barusan Wandy bisa merasa Neilsen tampan?'

Meskipun mereka, ayah dan anak, memiliki kemiripan hingga 80%, tapi Rossa tetap khawatir karena Wandy langsung tertarik pada Neilsen meskipun pertama kali melihatnya.

Ini adalah anaknya, ia telah menggadaikan nyawa untuk melahirkan anak ini, sama sekali tidak ada hubungannya dengan Neilsen.

Dia tidak akan membiarkan Neilsen merebut anak ini dari sisinya.

Mata Rossa menyiratkan kebulatan tekad, tapi ia tidak melihat sorot mata Wandy yang justru terlihat khawatir dan sakit hati.

Meskipun ia masih kecil, namun setiap kali maminya terbangun dari mimpi buruknya, ia mengetahuinya. Lebih baik ia berpura-pura tidak tahu, namun sejak awal ia telah menyusun rencana bagaimana membalaskan kesakitan maminya.

Ibu dan anak itu keluar dari bandara dengan semakin tenggelam dalam pikirannya.

Rossa menghentikan sebuah taksi, ia langsung membawa Wandy ke rumah Linny.

Sudah enam tahun, ia masih tetap tinggal di tempat yang sama, kuncinya juga masih diletakkan di tempat yang sama.

Rossa segera mengeluarkan kunci itu secepat kilat, dan membawa Wandy masuk.

Ruangan itu memiliki 3 kamar tidur, tidak besar, namun ditata dengan hangat.

Setelah Wandy melihatnya sekilas, ia bertanya pelan, "Mami, di mana kamarmu?"

"Yang kedua di sebelah kanan. Dulu aku tinggal di kamar itu."

Bibir Rossa sedikit merekah, ia dan Linny adalah teman sekampus, mereka juga sahabat karib, ketika ia terus disiksa oleh ibu tirinya, Linny selalu melindunginya, ini juga sudah menjadi rumahnya. Wandy mendorong kopernya dan membuka kamar Rossa.

Disitu tergantung foto masa muda Rossa, namun Wandy tak mengenalinya. Sejak ia membuka matanya, sosok yang dilihatnya adalah Rossa memerah. yang sekarang, mata Rossa sedikit

Wajah bulat yang tidak secantik saat ini, tampak begitu bahagia dan belia. Saat ini wajah itu sudah tidak ada lagi.

Rossa mengulurkan tangan dan mengelus foto dirinya itu perlahan, hatinya begitu sedih.

Wandy yang menyadari tindakan Rossa bertanya dengan tak mengerti, "Mami, siapa orang itu? Tante Linny?"

"Bukan, ini adalah foto mami dulu."

Suara Rossa mengering, namun ia berusaha tetap tenang.

Perasaannya begitu tersakiti, namun ia tetap tidak membiarkan Wandy menyadarinya, namun Wandy adalah anak yang peka, ia dapat merasakan dengan jelas perubahan emosi Rossa.

Tiba-tiba ia menggenggam tangan Rossa.

"Mami, aku agak lapar, coba lihat apakah ada makanan di dapur, cepatlah, aku benar-benar lapar."

Sambil mengatakannya, Wandy mendorong Rossa keluar.

Kesedihan Rossa dalam sekejap lenyap.

Di pesawat tadi Wandy memang tidak banyak makan. Begitu sampai disini, Rossa mau tak mau melepas jaketnya dan menggulung lengan kemejanya.

"Iya, iya, iya, mami akan masak untukmu, kamu bermain sendiri dulu ya, jangan membuat gaduh rumah Tante Linny, mengerti?"

"Aih aku sudah tahu mami."

Wandy memanyunkan mulutnya, lalu menyuruh Rossa keluar.

la menatap foto awal mula Rossa yang tergantung di dinding, segera mengeluarkan ponsel dan memotretnya, lalu ia membuka komputer di kamar itu.

la segera menaruh foto Rossa yang masih muda itu ke dalam, dan dengan segera berbagai informasi tentang Rossa bermunculan, termasuk pernikahan Rossa dan Neilsen delapan tahun lalu, bahkan berita enam tahun lalu tentang Rossa yang mati terbakar karena diam-diam bertemu selingkuhan.

Wandy semakin heran.

'Mami punya selingkuhan? Bagaimana mungkin!'

Sejak lahir ia sudah tahu di hati maminya hanya ada satu pria, yaitu Neilsen. Meskipun ia tidak mengatakannya, tapi Wandy dapat merasakan kebencian maminya.

Pastilah Neilsen telah melakukan sesuatu pada mami.

Wandy segera mencari informasi tentang Neilsen.

Sejak ia mendengar Rossa mengucapkan nama Neilsen dalam mimpinya, ia lalu menyelidiki orang bernama Neilsen ini, termasuk latar belakangnya, kemampuannya, bahkan ia tahu jelas tentang kondisi perkawinannya.

Tiba-tiba, Wandy mendapati sebuah foto dimana Neilsen sedang menggendong seorang anak laki-laki.

Anak itu sepertinya sama besar dengannya, parasnya sangat mirip dengan Neilsen, dan Neilsen menatap anak itu dengan tatapan yang begitu hangat dan lembut.

'Siapa anak laki-laki itu?' Mata Wandy menyipit.

Dengan segera ia mencaritahu tentang anak itu, dan ia mendapati bahwa anak itu adalah cucu sulung dari keluarga Neilsen, Ryu Ye. Saat ini umurnya empat tahun lebih sepuluh bulan, lebih besar darinya empat bulan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status