Share

Galih

Author: Isna Arini
last update Last Updated: 2022-07-31 22:06:26

POV Galih

_______

Aku sudah terlelap saat ponselku terus berdering, aku pikir siapa yang malam-malam begini menelponku. Saat melihat nama Dania yang tertera di layar, aku segera mengangkat panggilan tersebut. Dia bilang perutnya sakit hingga akhirnya aku segera bergegas ke rumahnya.

Aku tidak mempedulikan lagi bagaimana perasaan Safa, toh dia sudah tahu semuanya. Dan bahkan dia juga sudah setuju dengan keinginanku untuk bercerai, tinggal mengurus semuanya ke pengadilan dan kami akan resmi menjadi mantan suami istri.

Begitu sampai di rumah yang di tinggali oleh Dania aku segera membuka pintu dengan memakai kunci yang aku miliki. Rumah ini adalah rumah yang aku dan Safa beli di kota ini diawal-awal usaha kami mulai merangkak naik.

Daripada dibiarkan kosong karena kami pindah ke rumah yang lebih besar dan nyaman seiring makin suksesnya usaha kami, maka rumah ini di tempati oleh Dania yang saat itu baru datang dari desa untuk bekerja di tempat kami. Tentunya ide itu keluar dari kepala Safa.

Istriku itu sebenarnya sangat baik, bahkan begitu baiknya hingga bersedia tinggal di rumah dan menjaga ibuku, mertuanya. Dia menganggap dan memperlakukan ibuku seperti ibunya sendiri. Dia wanita yang baik, tapi pesona Dania begitu menggodaku hingga tanpa sadar aku sudah mengkhianatinya.

Apalagi Dania rela dinikahi diam-diam dibawah tangan, namun saat dia hamil wanita itu mulai banyak meminta. Bahkan memintaku untuk menceraikan istri sahku, Safa. Alasannya logis, dia ingin aku menikahinya secara sah di mata hukum. Dia bilang ini demi anak kami, dia khawatir jika anaknya lahir dan kami tidak memiliki surat nikah maka kami akan kesulitan mengurus administrasi untuk anak itu.

Jikapun bisa, mungkin hanya nama ibunya yang ada didalam surat kelahiran anak itu nantinya. Akupun tidak ingin hal itu terjadi, aku juga ayahnya dan menyayangi calon anak itu mana mungkin tega membiarkan anakku dalam kesulitan.

Setelah begitu lama berpikir dan atas desakan Dania, akhirnya aku memutuskan untuk berpisah dengan Safa. Saat aku mengutarakan keinginanku, Safa begitu shock dan tidak percaya. Sepertinya dia begitu terpukul, dia tidak menyangka aku akan mengkhianatinya dan bahkan memiliki anak dari wanita itu. Wanita yang sangat dia kenal.

Selama ini, Safa memang begitu percaya padaku. Tidak sekalipun dia menaruh curiga jika aku pulang malam, atau bahkan bilang pergi ke luar kota untuk mengantarkan sendiri barang pesanan milik pelanggan.

Lima tahun menikah, kami belum memiliki anak, menurut Dania itu malah akan mempermudah urusan kami. Ketika kami berpisah, tidak akan ada lagi alasan untuk bertemu atau berkomunikasi karena tidak adanya penghubung antar aku dan Safa berupa buah hati. Biarlah Safa nanti menemukan laki-laki lain yang bisa menerimanya dengan segala kekurangannya. Bukan aku yang sudah menyakiti hatinya.

Setelah pintu terbuka, aku bergegas menuju kamar Dania untuk mencarinya. Begitu membuka pintu kamar tersebut, yang tampak dihadapkanku adalah sosok Dania dengan pose menggoda dan baju yang begitu seksi.

"Katanya sakit, kok seperti ini?" tanyaku sambil mendekatinya.

"Aku sakit rindu mas, aku tidak bisa tidur jika tidak ada dirimu," jawabnya sambil mengulurkan tangannya padaku.

Aku menyambutnya dan duduk di sampingnya, tepat di pinggiran ranjang.

"Biasanya kan juga sendiri, semalam aku sudah tidur disini. Meskipun Safa sudah tahu hubungan kita, tapi aku tidak bisa setiap saat disini sebelum kami resmi bercerai."

"Kalau dulu karena aku belum hamil mas, sekarang beda. Wanita hamil itu lebih butuh perhatian dan kasih sayang, bahkan belaian. Dulu kamu suka mencuri waktu untuk bersamaku hingga sekarang aku hamil, giliran sekarang aku hamil kamu tidak bisa bersamaku," ujarnya merajuk.

"Bukan begitu, Dania. Bagaimanapun juga masih ada ibu di rumah itu, aku tidak bisa seenaknya saja meninggalkan beliau bersama Safa. Ibuku itu tidak dalam keadaan sehat, aku takut jika malam-malam ibu kenapa-napa dan membutuhkan diriku."

"Betul kan itu karena ibu, bukan karena kamu masih ingin bersama wanita itu. Makanya cepetan ceraikan dia mas, dan bawa ibu tinggal bersamaku. Aku juga bisa merawatnya, kamu pikir aku tidak bisa merawat orang tua."

"Aku sedang mengurusi segalanya, kamu bersabarlah."

"Dan lagi satu, tadi mbak Safa datang dan mengatakan jika semua yang kamu miliki sekarang bukan sepenuhnya milikmu. Apa itu benar?" tanyanya dengan wajah berubah masam.

"Benar, memang semua yang aku miliki adalah milik bersamanya. Kami mendapatkannya setelah menikah, dulu kami hidup sederhana. Kamu tahu kan aku dan dia sama-sama perantauan di kota ini."

Dania menghela nafas panjang, jelas terlihat diwajahnya ada sedikit kekecewaan tergambar disana.

"Tapi tenang saja, kami akan membaginya 50:50 karena harta itu di dapat semua setelah menikah," ujarku menjelaskan.

"Ya sudah, kasih saja rumah besar itu buat mbak Safa. Tapi jangan pernah mengalah dan memberikan ruko tempat usah itu mas," ucapnya memberikan ide.

"Tidak bisa begitu, semuanya akan di hitung nilainya dan akan dibagi rata. Begitulah yang aku tahu dari pengacara yang aku tanyai tentang masalah ini," sahutku menjelaskan.

"Bagaimanapun caranya kamu harus mempertahankan tempat usah itu mas, kita bisa tetap bertahan dan semakin sukses jika tempat itu menjadi milikmu. Atau kalau tidak lebih baik kita berpisah dan aku akan menghilangkan anak ini dari perutku."

Lagi-lagi dia mengancam dengan hal itu, menghilang bayi dalam kandungannya. Aku begitu menginginkannya tapi dia dengan mudah ingin membuangnya. Saat aku membujuknya agar tetap menyembunyikan pernikahan kami, dia juga mengancam dengan ancaman serupa.

"Iya, iya. Nanti aku akan membujuk Safa agar mau menyerahkan ruko itu padaku dan dia biar mendapatkan yang lainnya."

Akhirnya aku mengalah juga pada keinginan istri siriku ini.

"Bener ya?" tanyanya memastikan.

"Iya, aku akan mengusahakannya. Tapi mempertahankan usaha tidak semudah yang kamu pikirkan, Dania. Kamu tahu kan jika semua yang kita produksi itu adalah hasil dari kerjasamaku dengan Safa. Dia yang menciptakan pola-pola pakaian sesuai kebutuhan pelanggan kita. Kamu pikir Safa di rumah tidak bekerja? Dia bekerja dengan melakukan hal itu," ucapku menjelaskan.

"Halah gampang, nanti kita bisa membayar orang untuk melakukannya. Atau aku yang akan belajar, mbak Safa gak sekolah khusus desainer juga kan. Kita sama-sama tahu bagaimana kehidupan orang tuanya, dia hanya sekolah di jurusan tata busana dulu di kampung. Tidak ada kuliah-kuliahan."

"Iya benar, tadi di kota ini dia terus menambah ilmunya dengan ikut berbagai kursus-kursus dan seminar mengenai hal-hal yang berkaitan dengan usaha kami. Dulu kami rela makan seadanya demi mendapatkan ilmu-ilmu tersebut."

"Tenang mas, aku juga bisa melakukannya. Toh kamu sudah banyak uang sekarang dan sudah banyak juga pelanggan yang kita miliki. Satu lagi kita memiliki toko untuk menjual hasil ciptaan kita," ujar Dania meyakinkan diriku.

"Baiklah jika kamu begitu yakin, aku akan menuruti keinginanmu."

"Nah, gitu dinh. Kalau begitu kemarilah, si dede kangen ingin di tengok ayahnya," ucapnya dengan suara mendayu.

Tangannya menarikku untuk semakin dekat dengannya. Godaannya inilah yang membuatku jatuh dalam pelukannya, hal yang tidak pernah dilakukan oleh Safa.

Sejak Safa sibuk mengurus rumah sambil membuat pola baju sekaligus menjaga ibu, dia tidak lagi hangat padaku. Saat aku pulang, dia dalam keadaan begitu lelah dan sangat jarang melayaniku di ranjang.

Hingga akhirnya, godaan dari Dania begitu besar membuatku tidak bisa menahan diri lagi. Ditambah kami sering berada berdua dalam satu ruangan dan selalu melihatnya setiap saat.

Wanita yang sedang mengandung anakku itu langsung memberikan kenikmatan yang selalu aku rindukan begitu tubuhku berdekatan dengannya. Membuatku kecandu*n dan tidak bisa berpaling darinya.

🍁🍁🍁

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Gila yah jelas2 si lonte itu ungkapin hal yg sebenarnya dia incer tp lu tetep aj membutakan diru
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kau Campakkan Aku, Kutemukan Penggantimu    Ending

    Mobil yang dikendarai Mas Abi bergerak menjauhi rumah kami. Hari ini lelakiku itu mengajakku jalan-jalan tanpa anak-anak bersama kami. Dia ingin mengajakku refreshing, menyenangkan diri, merilekskan tubuh dan otot-otot setelah beberapa waktu yang lalu berjuang melahirkan putra kami. Awalnya aku menolak karena kasian anak-anak, ditambah lagi bayi kami baru dua bulan. Gimana jika nanti rewel kalau ditinggal. Setelah meyakinkan diriku, akhirnya aku mengikuti kemauan Mas Abi. Qia dan Albi pergi ke rumah Omanya. Keduanya di jemput pagi-pagi sekali, sedangkan Azam di rumah dengan pengasuhnya. Aku sudah menyediakan ASIP yang cukup banyak, cukup hingga sore atau bahkan malam nanti. "Kemana kita, Mas?" Tanyaku pada lelaki yang duduk di sampingku.Fokus menyetir kendaraan roda empat yang kami tumpangi. "Bersenang-senang. Mencari hiburan, kamu pasti penat terus berada dirumah. Sejak melahirkan, kamu belum pergi kemanapun." Perkataan Mas Abi memang benar, sejak melahirkan aku menghabiskan ba

  • Kau Campakkan Aku, Kutemukan Penggantimu    Menuju Ending

    Rumah sudah mulai sepi kembali, tinggal Mama dan Papa, juga kedua teman yang selalu ada untukku, Kaira dan Lili.Hari ini kami mengadakan acara aqiqah untuk anak ke tiga kami. Bayi laki-laki yang kami beri nama Khairul Azzam itu, saat ini sudah berusia dua minggu. Kami sengaja melakukan acara aqiqah setelah dua minggu kelahirannya agar keadaanku sudah pulih saat kami mengadakan acara tersebut. Bahkan Kaira dan Lili juga tidak aku izinkan untuk datang menengok saat aku masih dalam keadaan belum sehat. Hari ini adalah hari pertama mereka datang setelah aku melahirkan. Saat itu aku memang benar-benar ingin istirahat total tanpa ada yang menjenguk, hanya Mama dan Papa yang bolak-balik datang ke rumah kami. Kelahiran kali ini begitu sulit, penuh dengan perjuangan, sehingga aku tidak mau segera ditengok oleh siapapun agar bisa banyak beristirahat. Aku, Kaira, dan Lili, saat ini sedang berada di teras rumah. Tadi setelah acara memang keduanya sengaja tidak pulang dan ingin ngobrol dengank

  • Kau Campakkan Aku, Kutemukan Penggantimu    Drama Melahirkan 2

    "Apa maksudnya, Suster. Ini sudah sakit sekali bagaimana bisa masih belum," erangku menahan rasa sakit yang kembali datang. "Sabar yaa, Bu." Perawat itu membantuku tidur miring kembali dan mengusap-usap pinggangku.Nyaman terasa saat tangan lembut itu mengusap pinggangku. Tak lama kemudian, Perawat itu kembali berjalan keluar kamar, aku berteriak memanggilnya. "Suster mau kemana, jangan pergi. Aku udah gak tahan lagi," pekikku kencang. "Mas, sakit Mas. Aku nggak mau lagi kalau kayak gini. Aku mau operasi saja." Aku berkata sembari menatap ke arah Mas Abi yang masih berdiri di samping ranjang. Wajahnya tampak khawatir melihatku. Pria itu kembali duduk di atas kursi yang berada di samping ranjangku."Iya udah, ayo gimana baiknya," sahutnya seraya meriah tanganku lagi. Tak lama berselang, masuk lagi dua orang perawat ke dalam kamarku."Mari Bu, ke ruang tindakan," ucap salah satu dari perawat tersebut. "Saya udah gak bisa bangun lagi, Sus." Rasanya aku memang sudah tidak sanggup b

  • Kau Campakkan Aku, Kutemukan Penggantimu    Drama Melahirkan

    POV SafaWaktu berlalu dengan cepat, tidak terasa usia kehamilanku sudah memasuki trimester ketiga. Setelah trimester kedua tidak ada drama lagi dalam kehamilanku, aku sudah bisa mulai memakan apa saja dan berat badanku serta bayi beserta naik secara signifikan. Pada pemeriksaan terakhir kali beberapa waktu lalu, dokter mengatakan semuanya baik-baik saja. Posisi bayi sudah sempurna, berat badannya cukup, air ketuban cukup, plasenta masih bagus. juga cukup insya Allah kan aku bisa melahirkan secara normal seperti saat aku melahirkan Albi dulu. Aku mulai rajin jalan-jalan begitu usia kandunganku memasuki trimester ketiga, makan buah-buahan yang bagus untuk ibu hamil yang sudah mendekati masa HPL. Diantaranya saja buah nanas.Buah nanas memiliki kandungan bromelain yang mampu membantu melunakkan leher rahim hingga memicu kontraksi pada ibu hamil. Namun buah ini tidak disarankan dikonsumsi secara berlebihan karena menyebabkan diare yang tidak menyamankan ibu hamil saat melahirkan. Ka

  • Kau Campakkan Aku, Kutemukan Penggantimu    Kejutan 2

    POV Abimanyu"Tega sekali kalian," terdengar suara Safa sedang berbicara dengan orang.Aku yang baru saja keluar dari kamar mandi sangat jelas mendengar suara Safa, kami tadi bergantian ke kamar mandi setelah pulang dari rumah Mama. Meskipun sampai rumah sudah jam setengah sepuluh malam tapi aku memutuskan mandi dengan air hangat. Meskipun sudah jam sepuluh malam, tapi istriku itu tetap melakukan panggilan video dengan temannya. Sepertinya itu dengan Kaira dan juga Lili, mereka berdua memang membantuku untuk membawa Safa keluar dari rumah, sebelum akhirnya aku jemput untuk pergi ke rumah Mama. Pelan kuayunkan langkah mendekat pada istriku yang sedang duduk di depan meja riasnya. Bercermin sambil menelpon teman-temannya. Aku berdiri di sampingnya, bisa melihat layar smartphone milik Safa tapi Lili dan Kaira tidak bisa melihatku."Kalian sengaja membohongiku, kan? Jadi sebenarnya Lili itu mau beli baju beneran atau enggak sih? Atau cuma akal-akalan kamu saja, Li?" tanya sama pada te

  • Kau Campakkan Aku, Kutemukan Penggantimu    Kejutan

    POV Abimanyu"Mas, tega kamu melakukan ini padaku. Kamu yang salah, masa aku yang harus kena omelan mama," ucap Safa dengan wajah memelas. Sebenarnya aku tidak tega melakukan ini padanya, tapi ini adalah bagian dari skenario untuk memberinya kejutan. "Ya mau bagaimana lagi, Mama yang minta kamu kesana. Yang penting kita ke sana dulu saja.""Aku nggak mau pokoknya," tolak Safa. matanya mulai berembun.Antara mama dan Safa memang tidak pernah terjadi perseteruan. Hanya sekali waktu pertemuan kami sebelum menikah, dimana saat itu Mama melukai Safa dengan perkataannya. Dan swkali setelah menikah, saat Qia ngambek dan minta diantar ke rumah Omanya, lalu ke kuburan mending Mamanya. Mungkin momen itu begitu membekas di hati Safa hingga dia tidak mau juga mama kembali berkata buruk padanya. "Aku lagi hamil Mas, masa kamu tega melihat istrimu dimarahi oleh mamamu?" kali ini Safa mulai terisak.Hormon kehamilan membuatnya menjadi wanita yang mudah menangis. membuatku malah menjadi khawatir p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status