Share

Mau Bersaing?

Author: Isna Arini
last update Last Updated: 2022-08-03 07:32:34

"Jangan sombong mbak, apa yang kamu banggakan sekarang? kamu tidak memiliki siapapun yang bisa menjadi tempatmu bersandar," ejeknya.

"Aku tidak butuh siapapun untuk bersandar, aku punya Allah. Dia sudah sangat cukup buatku."

Wanita yang sudah merebut suamiku itu hanya tersenyum miring menanggapi perkataanku. Dia langsung masuk kedalam tokoku, melihat dan menyentuh baju-baju yang terpajang disana. Gesture tubuhnya sudah seperti seorang bos yang sedang memeriksa pekerjaan stafnya. Benar-benar menyebalkan. Kalau bukan sedang hamil rasanya aku ingin menjambak rambutnya dan melemparnya keluar dari tempat ini.

"Sampai kapan toko ini akan bertahan mbak," tanyanya sinis. "Bukankah tempat ini tetap membutuhkan isi, darimana kamu akan mendapatkannya," lanjutnya berkata.

Perkataan yang sama seperti yang pernah mas Galih ucapkan padaku kala itu, mungkin dia mendapatkan perkataan itu dari wanita ini. Aku tertawa keras mendengar ucapannya, wanita dengan gaun sepanjang lutut itu langsung berbaik menatapku begitu mendengar tawaku bergema didalam ruangan.

"Ada yang lucu?" tanyanya jengkel.

"Tentu, tentu lucu sekali," jawabku di sela-sela tawaku.

"Kamu tidak tahu apa lupa, kamu pikir semua yang ada disini siapa yang mendesignnya?" tanyaku sambil memegang baju-baju yang melekat di tubuh manekin.

"Ini semua aku yang membuatnya, aku dan mantan suamiku memang bekerjasama, dia yang mencari klien dan bernegosiasi dengan mereka tapi aku yang mengeksekusi keinginan pelanggan-pelanggan itu. Tukang potong, tukang jahit, tukang, packing dan lain-lain mereka bisa di cari lagi. Bahkan marketing juga bisa dicari, tapi designer dimana kalian akan mendapatkannya. Kamu bisa? Sampai kapan kalian akan bertahan dengan model baju yang terus menerus sama?" Aku membalikkan ejekan itu padanya.

Dasar wanita tidak tahu malu, berani-beraninya dia mendatangiku untuk mengejekku saat ini. Wajahnya nampak semakin jengkel mendengar perkataanku barusan.

"Aku yang akan melakukan, aku bisa menggantikan peranmu di ranjang maka aku akan bisa juga menggantikan peranmu dalam usaha mas Galih," sahutnya penuh percaya diri.

Ucapnya terdengar sangat menjijikkan di telingaku, dia seperti memang sengaja ingin memancing kemarahanku.

"Kamu pikir peranku di usaha itu semudah membuka pah* di hadapan mas Galih, hemm? Apa perlu kita bersaing sekarang? aku akan mengambil semua klien mas Galih. Jika aku melakukannya, kalian punya apa? Sebuah gedung berlantai tiga dengan segala isinya yang tidak akan berproduksi lagi," ujarku sambil mendekat kearahnya.

"Kamu tega melakukan itu mbak?"

Aku lagi-lagi tertawa mendengar pertanyaan, " Yaa ampun, kamu lucu sekali sih Dania. Apa kamu pikir aku ini peri yang baik hati? Kalian saja tega melakukan penghianatan di belakangku bagaimana aku tidak tega untuk melawan kalian secara terang-terangan."

Dania diam seribu bahasa, aku melihat tangannya mengepal menahan amarah. Siap suruh berani mendatangiku, dia pikir aku tidak akan berani berkata-kata kasar padanya.

"Pergi dari sini dan jangan temui aku lagi, pintu keluar ada disana," ucapku sambil menunjuk ke arah pintu.

"Jangan pernah berani lagi datang dan menampakkan wajahmu itu di depanku, atau kalau tidak aku bisa membuatmu kehilangan calon bayimu itu. Brrakkk!" Aku menarik dan menjatuhkan manekin tepat di depannya.

Wanita yang sedang mengandung anak mantan suamiku itu terlonjak kaget, dan mundur beberapa langkah.

"Aku akan mengadukan ini pada mas Galih, Mbak!" pekiknya kencang.

"Adukan sana, aku tidak takut! Sekarang keluar!" pekikku tidak kalah kencang.

Wanita itu langsung keluar dengan penuh kemarahan, berani-beraninya dia menampakkan diri dihadapkanku dan berlagak seperti seorang nyonya.

Dadaku ikutan bergemuruh menahan amarah, moodku langsung hilang seketika itu juga. Aku tidak berniat lagi untuk bekerja, aku segera membereskan manekin yang terjauh karena aku lempar, mengambil tas dan buku catatan lalu bergegas menutup toko.

Lebih baik aku tidak bekerja hari ini, daripada aku melakukan pekerjaan dibawah kemarahan.

****

Aku merebahkan tubuhku di tempat tidur begitu aku sampai di rumah, rasa penat menghampiriku, aku pikir semua akan berakhir begitu kami bercerai tapi nyatanya wanita itu malah mulai berani menggangguku dan mendatangiku. Apa maunya dia sekarang.

Mataku hampir terpejam, namun suara bel di depan berbunyi mengagetkan diriku. Dengan malas aku bangkit dari tempat tidur, siapa sih yang datang. Perasaan aku tidak pernah punya tamu.

Bergegas aku pergi ke ruang depan untuk melihat siapa yang datang, saat aku membuka pintu, aku cukup kaget dibuatnya. Ternyata yang ada di depan pintu adalah mantan suamiku, mas Galih.

"Ada apa mas?" tanyaku tanpa mempersilahkannya masuk.

Bagaimanapun juga dia bukan lagi suamiku yang bisa keluar masuk rumah ini dengan seenaknya. Kami sudah bukan siapa-siapa lagi yang harus saling menjaga jarak.

"Apa yang kamu lakukan pada Dania?" tanyanya padaku dengan sorot mata tajam.

Oh Ternyata perempuan itu benar-benar mengadu pada suaminya, entah apa yang dia katakan pada laki-laki ini hingga Dia terlihat begitu marah padaku.

"Kamu pikir aku akan melakukan apa, Mas," ujarku balik bertanya.

"Dia pulang dengan keadaan menangis setelah menemuimu, dia mengatakan jika kamu mengancam akan menghilangkan nyawa bayi dalam kandungannya. Apa itu benar apa, kamu iri padanya karena kamu tidak memiliki anak setelah sekian lama kita menikah."

"Plaakk!"

Dengan geram aku melayangkan sebuah tamparan di pipi mantan suamiku itu, hal yang harus aku lakukan sejak pertama kali aku mendengar dia sudah menikah secara siri dan memiliki anak dari wanita lain.

Mas Galih terlihat syok dan tidak percaya atas apa yang barusan aku lakukan kepadanya. Giginya gemerutuk menahan amarah.

"Kenapa, kau mau menampar aku juga, lakukan jika kamu mau?" tantangku.

"Apa wanita itu begitu menguasai pikiranmu hingga apa yang dia katakan selalu kau anggap kebenaran, hah!?"

Lelaki di hadapanku itu diam tidak berkata apa-apa.

"Tanyakan padanya Apa yang sebenarnya terjadi. Jangan selalu percaya padanya dan bertekuk lutut di hadapannya, atau suatu saat nanti kamu akan diperbudak olehnya. Atau mungkin sekarang kamu sudah diperbudak oleh wanita itu?"

"Jaga mulutmu, Safa. Jangan pernah lagi kamu menghina dirinya."

Aku menaikkan salah satu sudut bibirku mendengar perkataan mantan suamiku itu, sekarang dia semakin gencar membela wanita itu.

"Jika begitu jangan pernah lagi menampakan wajah kalian di hadapanku. Pergi dari hadapanku sekarang dan jangan pernah lagi berani-beraninya datang menemuiku, katakan itu pada istri tercintamu itu. Brrakkk!"

Dengan kasar aku menutup pintu rumah tanpa memperdulikan keberadaan dirinya lagi, semakin aku meladeninya semakin aku akan dikuasai oleh kemarahan.

Kusandarkan tubuhku pada pintu, rasanya kakiku sudah tidak bisa menahan berat badanku. Laki-laki yang dulu selalu membelaku, kini berteriak dan melotot di hadapanku demi wanita lain. Ya, tentu saja wanita itu sudah menjadi istrinya dan mengandung anaknya sedangkan aku saat ini bukanlah siapa-siapa lagi baginya.

Tak lama berselang terdengar deru mobil meninggalkan rumahku. Padahal aku ingin hidup dengan tenang setelah ini, tapi nyatanya mereka masih membayangi kehidupanku. Aku tidak ingin memelihara dendam dan kemarahan, aku ingin terbebas dari mas Galih begitu kami bercerai, tapi nyatanya mereka terus saja membayangi hidupku meskipun kami tidak memiliki anak sebagai penghubung.

Apa memang kita ditakdirkan untuk terus berkaitan, dulu kita partner tapi sekarang kita saingan. Akan aku ladenin jika mau kalian begitu.

🍁 🍁 🍁

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kau Campakkan Aku, Kutemukan Penggantimu    Ending

    Mobil yang dikendarai Mas Abi bergerak menjauhi rumah kami. Hari ini lelakiku itu mengajakku jalan-jalan tanpa anak-anak bersama kami. Dia ingin mengajakku refreshing, menyenangkan diri, merilekskan tubuh dan otot-otot setelah beberapa waktu yang lalu berjuang melahirkan putra kami. Awalnya aku menolak karena kasian anak-anak, ditambah lagi bayi kami baru dua bulan. Gimana jika nanti rewel kalau ditinggal. Setelah meyakinkan diriku, akhirnya aku mengikuti kemauan Mas Abi. Qia dan Albi pergi ke rumah Omanya. Keduanya di jemput pagi-pagi sekali, sedangkan Azam di rumah dengan pengasuhnya. Aku sudah menyediakan ASIP yang cukup banyak, cukup hingga sore atau bahkan malam nanti. "Kemana kita, Mas?" Tanyaku pada lelaki yang duduk di sampingku.Fokus menyetir kendaraan roda empat yang kami tumpangi. "Bersenang-senang. Mencari hiburan, kamu pasti penat terus berada dirumah. Sejak melahirkan, kamu belum pergi kemanapun." Perkataan Mas Abi memang benar, sejak melahirkan aku menghabiskan ba

  • Kau Campakkan Aku, Kutemukan Penggantimu    Menuju Ending

    Rumah sudah mulai sepi kembali, tinggal Mama dan Papa, juga kedua teman yang selalu ada untukku, Kaira dan Lili.Hari ini kami mengadakan acara aqiqah untuk anak ke tiga kami. Bayi laki-laki yang kami beri nama Khairul Azzam itu, saat ini sudah berusia dua minggu. Kami sengaja melakukan acara aqiqah setelah dua minggu kelahirannya agar keadaanku sudah pulih saat kami mengadakan acara tersebut. Bahkan Kaira dan Lili juga tidak aku izinkan untuk datang menengok saat aku masih dalam keadaan belum sehat. Hari ini adalah hari pertama mereka datang setelah aku melahirkan. Saat itu aku memang benar-benar ingin istirahat total tanpa ada yang menjenguk, hanya Mama dan Papa yang bolak-balik datang ke rumah kami. Kelahiran kali ini begitu sulit, penuh dengan perjuangan, sehingga aku tidak mau segera ditengok oleh siapapun agar bisa banyak beristirahat. Aku, Kaira, dan Lili, saat ini sedang berada di teras rumah. Tadi setelah acara memang keduanya sengaja tidak pulang dan ingin ngobrol dengank

  • Kau Campakkan Aku, Kutemukan Penggantimu    Drama Melahirkan 2

    "Apa maksudnya, Suster. Ini sudah sakit sekali bagaimana bisa masih belum," erangku menahan rasa sakit yang kembali datang. "Sabar yaa, Bu." Perawat itu membantuku tidur miring kembali dan mengusap-usap pinggangku.Nyaman terasa saat tangan lembut itu mengusap pinggangku. Tak lama kemudian, Perawat itu kembali berjalan keluar kamar, aku berteriak memanggilnya. "Suster mau kemana, jangan pergi. Aku udah gak tahan lagi," pekikku kencang. "Mas, sakit Mas. Aku nggak mau lagi kalau kayak gini. Aku mau operasi saja." Aku berkata sembari menatap ke arah Mas Abi yang masih berdiri di samping ranjang. Wajahnya tampak khawatir melihatku. Pria itu kembali duduk di atas kursi yang berada di samping ranjangku."Iya udah, ayo gimana baiknya," sahutnya seraya meriah tanganku lagi. Tak lama berselang, masuk lagi dua orang perawat ke dalam kamarku."Mari Bu, ke ruang tindakan," ucap salah satu dari perawat tersebut. "Saya udah gak bisa bangun lagi, Sus." Rasanya aku memang sudah tidak sanggup b

  • Kau Campakkan Aku, Kutemukan Penggantimu    Drama Melahirkan

    POV SafaWaktu berlalu dengan cepat, tidak terasa usia kehamilanku sudah memasuki trimester ketiga. Setelah trimester kedua tidak ada drama lagi dalam kehamilanku, aku sudah bisa mulai memakan apa saja dan berat badanku serta bayi beserta naik secara signifikan. Pada pemeriksaan terakhir kali beberapa waktu lalu, dokter mengatakan semuanya baik-baik saja. Posisi bayi sudah sempurna, berat badannya cukup, air ketuban cukup, plasenta masih bagus. juga cukup insya Allah kan aku bisa melahirkan secara normal seperti saat aku melahirkan Albi dulu. Aku mulai rajin jalan-jalan begitu usia kandunganku memasuki trimester ketiga, makan buah-buahan yang bagus untuk ibu hamil yang sudah mendekati masa HPL. Diantaranya saja buah nanas.Buah nanas memiliki kandungan bromelain yang mampu membantu melunakkan leher rahim hingga memicu kontraksi pada ibu hamil. Namun buah ini tidak disarankan dikonsumsi secara berlebihan karena menyebabkan diare yang tidak menyamankan ibu hamil saat melahirkan. Ka

  • Kau Campakkan Aku, Kutemukan Penggantimu    Kejutan 2

    POV Abimanyu"Tega sekali kalian," terdengar suara Safa sedang berbicara dengan orang.Aku yang baru saja keluar dari kamar mandi sangat jelas mendengar suara Safa, kami tadi bergantian ke kamar mandi setelah pulang dari rumah Mama. Meskipun sampai rumah sudah jam setengah sepuluh malam tapi aku memutuskan mandi dengan air hangat. Meskipun sudah jam sepuluh malam, tapi istriku itu tetap melakukan panggilan video dengan temannya. Sepertinya itu dengan Kaira dan juga Lili, mereka berdua memang membantuku untuk membawa Safa keluar dari rumah, sebelum akhirnya aku jemput untuk pergi ke rumah Mama. Pelan kuayunkan langkah mendekat pada istriku yang sedang duduk di depan meja riasnya. Bercermin sambil menelpon teman-temannya. Aku berdiri di sampingnya, bisa melihat layar smartphone milik Safa tapi Lili dan Kaira tidak bisa melihatku."Kalian sengaja membohongiku, kan? Jadi sebenarnya Lili itu mau beli baju beneran atau enggak sih? Atau cuma akal-akalan kamu saja, Li?" tanya sama pada te

  • Kau Campakkan Aku, Kutemukan Penggantimu    Kejutan

    POV Abimanyu"Mas, tega kamu melakukan ini padaku. Kamu yang salah, masa aku yang harus kena omelan mama," ucap Safa dengan wajah memelas. Sebenarnya aku tidak tega melakukan ini padanya, tapi ini adalah bagian dari skenario untuk memberinya kejutan. "Ya mau bagaimana lagi, Mama yang minta kamu kesana. Yang penting kita ke sana dulu saja.""Aku nggak mau pokoknya," tolak Safa. matanya mulai berembun.Antara mama dan Safa memang tidak pernah terjadi perseteruan. Hanya sekali waktu pertemuan kami sebelum menikah, dimana saat itu Mama melukai Safa dengan perkataannya. Dan swkali setelah menikah, saat Qia ngambek dan minta diantar ke rumah Omanya, lalu ke kuburan mending Mamanya. Mungkin momen itu begitu membekas di hati Safa hingga dia tidak mau juga mama kembali berkata buruk padanya. "Aku lagi hamil Mas, masa kamu tega melihat istrimu dimarahi oleh mamamu?" kali ini Safa mulai terisak.Hormon kehamilan membuatnya menjadi wanita yang mudah menangis. membuatku malah menjadi khawatir p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status