Share

bab 55

Author: Bemine
last update Last Updated: 2025-05-27 14:17:52

“Wah, ha ha ha!” gelegar tawa itu membuatku menunduk dalam-dalam. Apa lagi di depanku saat ini ada Bang Zul.

“Seriusan, beuh pokoknya kalau sama Ninik. Makanya setelah Riska ngamuk dan dia nggak mau kusentuh, aku enggak ambil pusing. Masih ada Ninik yang bisa muasin aku,” sahut Bang Fahri lagi.

Entah kemana dia bawa wibawanya itu, seorang dokter membicarakan istrinya dengan begitu gamblang.

Aku merasa seperti ditelanjangi oleh Bang Fahri. Permasalahan rumah tangga kami diumbarnya dengan begitu mudah.

“Jadi, gara-gara itu kamu nyari Ninik setelah nikahin perawan?” sahut dokter yang lain.

Hatiku mendadak ngilu. Sebenarnya tidak ingin mendengarkan jawaban yang akan dilontarkan oleh Bang Fahri, namun tidak ada yang bisa kulakukan karena di depanku Bang Zul masih menikmati makan siangnya. Pria itu sepertinya tidak terpengaruh dengan obrolan kotor yang terus diucapkan oleh Bang Fahri pada teman-temannya.

Jika boleh jujur, aku cukup kecewa karena jauh di dalam hati aku mengharapkan bant
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
S.T
pa dokter nya nengok dong
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 60

    “Aku benar, kan?” “Kamu benar-benar sudah kelewatan.” Ibu mertua menunjukku, kelakuannya sama persis dengan Bang Fahri. Tidak heran dari mana Bang Fahri mendapatkan sikap buruk dan perilaku tidak pantasnya itu. Pria yang sudah kunikahi ini ternyata tiruan sempurna dari ibunya.Aku mengusap wajah, untungnya air mata yang tadi hendak menetes mengering sendiri. Jika tidak, mereka akan melihat, lalu mengataiku lemah. “Kita sudah di sini, tidak perlu berdebat sampai tengah malam. Aku hanya berdoa dengan setulus hati, semoga kalian semua punya rasa malu meski hanya sedikit.” Ucapan itu kusertai dengan menangkupkan kedua tangan di dada, lalu memejamkan mata seperti sedang berdoa. Seperti malam-malam sebelumnya, aku masuk ke kamar disertai dengan hujatan-hujatan tanpa henti yang keluar dari bibir ibu mertua. Kali ini sedikit berbeda karena Bang Fahri juga ikut meneriaki ku.–Aku keluar dari rumah tepat saat siang hari. Seharian aku duduk di dalam kamar, menghabiskan waktu dengan mengecek

  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 59

    “Kamu benar-benar memalukan. Apa kamu tidak lihat ada berapa banyak orang di sana? Tega kamu nodai aku dengan kata-kata kotormu itu.” Bang Fahri terperangah. Wajahnya seperti orang bodoh saat ini. Sepertinya tebakanku benar bahwa dia mengira kalau aku tiba setelah dirinya. Sungguh, sebuah pemikiran yang bodoh. “Maksudmu apa?” Ninik bertanya. Suaranya yang lantang berubah pelan. “Apalagi? Bang Fahri suka goyanganmu di ranjang.” Aku mengatakannya dengan lantang. Aku bahkan tidak peduli dengan Salma yang masih di bawah umur, atau ibu mertua yang jauh lebih tua dibanding kami semua. Biar mereka tahu bagaimana kelakuan asli dari pria itu di luar sana. Tatapan mata ibu mertua berpindah-pindah, tidak tentu arah, bahkan beliau mencoba menutup mulutnya dengan tangan. Sedangkan Ninik sudah seperti buah tomat wajahnya. “Apa kamu senang setelah tahu? Kamu bangga kan karena dipuji begitu?“ ledekku lagi yang membuat Ninik semakin terpuruk.Baru saja hendak bicara, Bang Fahri menarik tanganku.

  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 58

    Aku sampai di rumah bertepatan dengan adzan Isya. Suasana lebih ramai dibanding sebelumnya, bahkan warung Kak Nah yang biasa kulewati juga terlihat sibuk. Aku mendorong motor ke garasi. Terdengar obrolan ringan dari dalam rumah yang membuatku penasaran luar biasa. Apakah Bang Fahri sedang menceritakan kejadian tadi? Tapi tidak mungkin, sebab itu hanya akan merusak harga dirinya yang tinggi. Sandal kulepas di dekat rak, aku masuk ke dalam rumah bersamaan dengan salam dan doa. Namun, tidak ada yang memberiku jawaban. “Ada yang baru pulang, nih ….” sambut Ninik. Perempuan itu duduk bersila di sofa, memamerkan betisnya yang mulus dan jenjang. Di pangkuannya ada camilan kering, salah satu makanan yang dikirimkan oleh ibu tiriku mereka curi lagi. “Laris ya jualannya?” sambung Ninik. “Dapat duit berapa?” “Apa maksudmu? Jualan apa?” Keningku berkerut. Baru saja pulang, sudah diajak ribut. Sungguh indah sekali suasana di rumah ini.“Jualan apem!” balas ibu mertua cepat. Tiba-tiba saja

  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 57

    “Jadi, Mbak Riska ini yang akan mengelola?” Aku mengangguk cepat. Seorang pria paruh baya yang sudah melewati umur enam puluh tahunnya itu bertanya seraya menunjuk santun. Dia menggunakan jempolnya untuk menegaskan kalau akulah yang sedang dimaksud.“Benar, Bapak tidak perlu khawatir. Riska sudah pengalaman dengan peternakan, dia punya peternakan di desa, ini akan jadi peternakan kedua miliknya.” Bang Zul menambahkan lagi. Pria itu tersenyum tipis. Pipinya sudah kendur, kelopak matanya juga mulai turun. Tapi, nada bicaranya sangat santun meski aku dan Bang Zul seumuran dengan anaknya. “Tidak masalah, kalau Nak Zul yang bilang, saya percaya. Tidak mungkin Nak Zul jahat sama saya.” Pria itu membalas Bang Zul. Dia menepuk lengan atas Bang Zul. “Pastinya, Bapak. Kita sudah lama bekerja sama, pabrik saya ….” Tiba-tiba saja Bang Zul melirikku. “Pabrik tempat saya kerja sangat suka dengan Bapak. Sapi-sapi kiriman dari sini kualitasnya bagus-bagus.” “Ah, bagaimana tidak bagus, Nak Zul? K

  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 56

    Aku sudah tidak tahan terlalu lama di sini. entah apa hal-hal Buruk lainnya yang akan dikatakan oleh Bang Fahri. Jika aku menunggu sedikit lagi, bisa jadi aku akan mendengar hal-hal memalukan lain yang membuatku tidak bisa mengangkat kepala untuk selamanya. “Hah, aku belum berani nambah istri. Satu saja sudah bikin pusing,” ucap dokter lain. Pengakuannya itu malah ditertawakan oleh Bang Fahri. “Kita ini dokter, perempuan mana yang nggak mau hidup sama kita, Bro? Perempuan mana juga yang mau ninggalin kita? Menikah dengan dokter itu menjamin masa depan.” “Fahri ada benarnya. Tapi, untuk nikah lagi, aku belum siap. Anak-anakku bakal marah besar!”“Untung aku belum punya anak dengan Riska. Jangan-jangan dia memang mandul?” Bang Fahri bertanya. “Tidak mungkin, sudah kalian periksa?” “Argh, biarkan sajalah. Mau dia mandul atau tidak. Sekarang, disentuh saja dia tidak mau, bagaimana dia bisa hamil?” jelas Bang Fahri. “Lagipula, semenjak aku bermalam dengan Ninik, Riska itu tidak ada ap

  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   bab 55

    “Wah, ha ha ha!” gelegar tawa itu membuatku menunduk dalam-dalam. Apa lagi di depanku saat ini ada Bang Zul. “Seriusan, beuh pokoknya kalau sama Ninik. Makanya setelah Riska ngamuk dan dia nggak mau kusentuh, aku enggak ambil pusing. Masih ada Ninik yang bisa muasin aku,” sahut Bang Fahri lagi. Entah kemana dia bawa wibawanya itu, seorang dokter membicarakan istrinya dengan begitu gamblang. Aku merasa seperti ditelanjangi oleh Bang Fahri. Permasalahan rumah tangga kami diumbarnya dengan begitu mudah. “Jadi, gara-gara itu kamu nyari Ninik setelah nikahin perawan?” sahut dokter yang lain. Hatiku mendadak ngilu. Sebenarnya tidak ingin mendengarkan jawaban yang akan dilontarkan oleh Bang Fahri, namun tidak ada yang bisa kulakukan karena di depanku Bang Zul masih menikmati makan siangnya. Pria itu sepertinya tidak terpengaruh dengan obrolan kotor yang terus diucapkan oleh Bang Fahri pada teman-temannya.Jika boleh jujur, aku cukup kecewa karena jauh di dalam hati aku mengharapkan bant

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status