BAB 16PERMINTAAN NASHA"Sekar!" panggil Bundanya. Sekar segera melepaskan pelukannya kepada Vano."Ayo, ajak Vano makan dulu!" ujar Bundanya."Iya,Bun! Ayo, Van! Teman-teman kamu tadi mana?""Sudah pulang duluan tadi! Lagi ada perlu!""Bunda masak apa tadi?" tanya Vano.Kedekatan mereka sejak SMU, membuat Vano tak sungkan lagi untuk ikut memanggil Bunda. Apalagi, sejak kecil dia sudah kehilangan Ibunya."Masak besar! Ayo, kamu makan yang banyak!""Jangan banyak-banyak!" sahut Sekar. "Biarin aja! Bunda ngizinin kok!" sahut Vano."Kalau kamu kebanyakan makan, trus gemuk, kapan punya pacarnya? Body perfect aja gak ada yang mau, apalagi kalau gemuk," ejek Sekar."Mana ada? Setiap hari makanku memang banyak dan aku rajin olahraga," sahut Vano."Sudah, jangan bertengkar terus! Ayo, makan dulu!" ujar Irma melerai keduanya."Bun, makanan sebanyak ini mau diapakan? Kan kemarin aku sudah bilang, gak usah nyiapkan makanan banyak-banyak!" ujar Sekar."Mana bisa? Namanya ngunduh mantu ya harus
BAB 17USAHA ALDI"Mana Winda?" tanya Hisyam."Winda siapa?" ujarnya tergeragap."Jangan bohong kamu! Dimana dia?" tanya Hisyam lagi. "Saya benar-benar tidak tahu!" sahut Erlangga sembari menahan rasa sakit di tangannya."Sayang ... kenapa lama sekali?" teriak Winda, lalu melangkah keluar hanya dengan melilitkan selimut."Pa—pa!" ujar Winda gugup."Ternyata, begini kelakuan kamu saat diluar?" bentak Hisyam. "Maafkan aku, Pa! Aku ....""Mau beralasan apa lagi kamu? Kamu sudah berkali-kali menghianati aku, tapi masih kumaafkan. Kali ini, aku tidak bisa memaafkan kamu lagi. Winda Amalia binti Suroso, aku jatuhkan talak satu atas kamu!" ujar Hisyam."Pa! Jangan lakukan itu! Aku mohon!" teriak Winda."Ini sudah keterlaluan. Hari ini, aku bebaskan kamu! Silahkan bersenang-senang sesuka hatimu! Agus, ayo kita pulang!" ujar Hisyam."Baik Pak!" Sambil mengeratkan lilitan selimut di tubuhnya, Winda berlari mengejar Hisyam dan bersimpuh di depannya. "Pa, aku mohon, jangan lakukan ini!" ujarn
BAB 18KETAHUAN LAGIAldi menghela nafas panjang."Sekar, tolong beri aku kesempatan lagi! Aku janji aku akan segera menikahi kamu!""Sudah aku bilang kan, aku sudah tidak berminat!" sahut Sekar."Pergi dan jangan pernah muncul lagi dihadapanku !Aku benci sama kamu!" teriak Sekar, lalu memundurkan mobilnya dan kembali melesat di jalanan.Aldi mengacak rambutnya frustasi memandang kepergian Sekar. Dengan perasaan tak menentu, dia kembali melajukan mobilnya ke kantor.Sesampainya di kantor, Aldi disambut oleh Asri, sekretarisnya yang baru."Selamat pagi, Pak!" sapa Asri."Hm!" sahut Aldi tak bersemangat.Tak mengindahkan sambutan atasannya, Asri mengikuti langkah Aldi memasuki ruangannya."Ini berkas-berkas yang harus Bapak tandatangani hari ini!" ujar Asri."Buatkan saya kopi!" ujar Aldi."Baik, Pak!"Tak lama berselang, Asri sudah kembali dengan secangkir kopi."Bapak sakit?" tanya Asri saat mendapati Aldi mengandalkan tubuhnya ke sandaran kursi sembari memejamkan mata."Kepalaku pusi
Bab 19SERANGAN JANTUNGIrma menghembuskan napas panjang. Dengan perlahan, dia menceritakan semua kejadian dari awal. Sejak mereka bercerai, uang bulanan yang mulai tersendat, kedatangan mereka ke rumah Hisyam dan Winda, kepindahan ke Surabaya, pernikahan kedua Irma, kasus perkosaan tersebut, hingga Arum depresi dan nyaris bunuh diri, juga alasan Arum merubah nama panggilan menjadi Sekar. Dan juga, rencana Arum mendekati Aldi untuk membalas dendam kepada mereka.Irma menceritakan semuanya dengan gamblang, tak ada yang ditutup-tutupi. Tanpa disadari, air matanya pun mengalir saat menceritakan semua itu. Hisyam harus tahu penderitaan putrinya. Hisyam terhenyak. Kenyataan ini, benar-benar menamparnya. Dia telah menyia-nyiakan anak kandungnya. Satu-satunya anak kandungnya. "Kamulah penyebab kehancuran Arum! Kamu yang harus bertanggung jawab atas semua yang menimpa Arum!" ujar Irma sambil membelakangi Hisyam. Hisyam meremas dadanya kuat. Aku yang menjadi penyebab kehancuran putriku sen
Bab 20KEHAMILAN NASHANasha tak bergeming. Aldi pun tak berani mengganggunya. Dia hanya berani mendekatkan tubuhnya dan memeluk Nasha dari belakang.Pagi hari,saat Aldi terbangun, dia tak mendapati Nasha di sebelahnya. Dia mendengar seseorang sedang muntah-muntah di kamar mandi.Tok tok tok …."Sha, buka pintunya! Kamu gak papa?" tanya Aldi panik."Sha!" panggil Aldi lagi.Tak lama berselang, Nasha keluar dari kamar mandi."Kamu gak papa?" tanya Aldi lembut.Nasha tak menjawab. Dengan lemas, dia terus melangkah dan kembali ke tempat tidur, lalu berbaring."Kamu sakit?" tanya Aldi lagi."Aku gak papa," sahut Nasha pendek."Habis ini kita ke rumah sakit. Kita periksa sekalian jenguk Papa," ujar Aldi. "Gak perlu! Aku gak papa!" "Aku tidak menerima penolakan!" ujar Aldi tegas. Dia segera melangkah ke lantai bawah. Nasha yang ditinggalkan seorang diri, menitikkan air mata. Tak lama berselang, Aldi sudah kembali dengan secangkir teh hangat."Minumlah! Ini akan menghangatkan perutmu!" uja
BAB 21SEKAR DICULIKAgus tersenyum."Sebaiknya Pak Aldi mengurus kantor saja, Bapak biar menjadi tanggung jawab saya dan anak buah saya," sahut Agus. Aldi tersenyum kecut."Terserah Bapak saja!" sahut Aldi."Sha, pulang yuk! Kamu kan gak boleh kecapekan!" ujar Aldi kepada Nasha."Iya, Mas. Pak Agus, kami pulang dulu!" pamit Nasha."Iya, Mbak. Silahkan!" sahut Agus.Perlahan, Nasha dan Aldi melangkah meninggalkan ruangan Hisyam."Kita mau kemana lagi?" tanya Aldi."Katanya mau pulang," sahut Nasha."Ya … mungkin kamu mau ke suatu tempat gitu, mumpung aku belum berangkat kerja.""Memangnya gak papa kamu datang terlambat?" "Gak papa, dong. Aku kan, bosnya. Bolos pun juga gak masalah.""Kalau Papa dengar, bisa diamuk kamu.""Itu kalau Papa kamu bisa bangun lagi," gumam Aldi lirih."Apa, Mas? Gak dengar," tanya Nasha."Yang penting kan, papamu gak dengar. He …," sahut Aldi. "Ayo, mau kemana kita?" tanya Aldi."Aku pengen bubur ayam di simpang lima itu," sahut nasha malu-malu."Ayo!" ja
BAB 22SEKAR DICULIK 2“Em ... oh, sudah, Bun! Sudah!” sahut Vano gugup.“Ow ya sudah. Bunda khawatir sejak kamu telepon tadi. Ponselnya Bunda hubungi gak bisa.”“Iya, Bun! Lowbath, katanya. Nanti aku sampaikan kalau Bunda menelepon,” ujar Vano menenangkan.“Ya sudah! Terima kasih, van!””Sama-sama, Bun!” *******“Halo, Sayang!” ujar Aldi kepada Nasha melalui sambungan selular.“Halo, Mas! Ada apa?” sahut Nasha.“Bagaimana keadaan kamu? Sudah baikan?” tanya Aldi.Sudah, kok, Mas! Oya, Mas! Nanti pulang kantor tolong belikan aku martabak yang di jalan Thamrin, ya!”pinta Nasha.“Aduh, Sayang! Maaf, aku gak bisa. Ini aku telepon soalnya mau ngabarin kalau hari ini aku harus berangkat ke luar kota,” ujar Aldi sedih.“Kok mendadak, sih, Mas?” tanya Nasha.“Iya, Sayang! Aku pesan kan lewat kurir online saja, ya!” tawar Aldi.“Gak usah, Mas! Nanti aku pesan sendiri saja! Oya, Mas berapa lama disana?” tanya Nasha.“Perkiraan dua sampai tiga hari, Sayang! Kalau semuanya beres, aku pasti seger
BAB 23PENYELAMATAN SEKAR"Mas, jangan begini! Aku mohon,lepaskan aku!" teriak Sekar Aldi melepaskan ciumannya dan terus berusaha memberontak. Namun, Aldi tak menggubris. Dia terus melancarkan aksinya tanpa bekas kasihan. Pakaian Sekar pun sudah terkoyak. “Mas Aldi, aku mohon! Jangan begini!” ujar Sekar sambil tergugu. Dia benar-benar merasa ketakutan.Tiba-tiba, terdengar suara seseorang berusaha mendobrak pintu ruangan tersebut. Aldi yang sudah diselimuti nafsu, tak menggubrisnya dan terus melancarkan aksinya. Tiba-tiba, seseorang meraih kerah kemeja Aldi dan melepaskan bogem mentah ke wajahnya. Aldi yang tak siap pun jatuh tersungkur. Tanpa ampun, pria tersebut terus melancarkan aksinya hingga Aldi babak belur dan tak dapat melawan.Sekar masih shock dan menangis tergugu di sudut ruangan. Pria tersebut yang mulai tersadar akan keberadaan Sekar, segera menoleh. Dia merasa prihatin melihat keadaan Sekar. Pria tersebut yang ternyata Vano, segera meraih selimut di atas dipan dan menye