Home / Romansa / Pelakor itu Adikku / Bab 113.. Kecurigaan

Share

Bab 113.. Kecurigaan

Author: Rina Novita
last update Last Updated: 2025-07-31 01:33:34

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan keras dari balik pintu kamar membuat Nadine terkesiap. Ia yang sedang tertawa sambil bersandar di dada Rafael di atas ranjang, langsung duduk tegak.

"Apa itu tadi?" tanya Rafael sambil meraih ponsel yang tadi nyaris jatuh dari tangan.

Nadine mengerutkan dahi, bangkit dari ranjang, dan mengintip dari lubang kecil di pintu. Saat melihat siapa yang berdiri di luar, wajahnya seketika pucat.

“Sialan …” bisiknya panik.

Rafael mendekat. “Kenapa? Siapa?”

Nadine menoleh cepat. “Itu … itu ibunya dr. Arhan!”

Rafael langsung panik. “Apa?! Gimana bisa—”

“Diam dulu!” Nadine menahan napasnya. “Masuk ke kamar mandi, sekarang! Jangan keluar sampai aku bilang!”

"Loh, kenapa aku harus sembunyi? Bukannya bagus kalau dia tahu hubungan kita? Jadi, gosip itu ..." tanya Rafael bingung.

"Nanti aku jelasin. Sekarang nggak ada waktu. Cepat sembunyi!" sanggah Nadine cepat

Tanpa bertanya lagi Rafael segera melesat ke kamar mandi. Nadine pun cepat-cepat menyembunyikan gelas
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
au nom de lalun
kemana kah Rafael sembunyi???
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pelakor itu Adikku   Bab 116. Memperebutkan Wanita yang Sama

    Langit sudah mulai gelap ketika Felix memarkir mobilnya di pelataran rumah keluarga Mahesa. Bangunan besar berarsitektur klasik modern itu berdiri megah di tengah taman yang luas. Lampu-lampu eksterior menyorot fasad batu putihnya, memberi kesan mewah dan kokoh. Di sepanjang jalan masuk, deretan mobil mahal berjajar rapi, menandakan siapa saja tamu undangan yang hadir malam itu.Felix turun dari mobil dengan langkah cepat. Dua pelayan langsung menghampirinya dan membungkuk hormat."Selamat malam, Tuan Felix. Silakan masuk, semuanya sudah menunggu di ruang makan," ujar salah satu pelayan sambil membukakan pintu utama.Felix mengangguk, merapikan rambutnya sekilas, lalu masuk. Ia melewati lorong panjang yang dihiasi lukisan-lukisan klasik dan foto-foto keluarga besar Mahesa. Bau bunga segar bercampur rempah-rempah dari dapur menyambutnya.Begitu membuka pintu ruang makan, ruangan besar dengan meja panjang yang penuh dengan hidangan mewah langsung menyambut matanya. Di meja itu sudah dud

  • Pelakor itu Adikku   Bab 115. Apartemen Baru

    Akhir pekan itu, unit apartemen milik Septiana tampak sibuk. Di dalam, Alma tengah mengemasi barang-barangnya ke dalam koper besar. Suara koper yang diseret dan kardus yang ditutup lakban sesekali terdengar, berpadu dengan musik instrumental lembut dari speaker kecil di meja sudut. Septiana muncul dari balik pintu dapur dengan dua gelas teh hangat di tangan. Ia menyodorkan satu gelas pada Alma. "Minum dulu, jangan buru-buru pergi. Kayak dikejar debt kolektor aja!" canda Septiana. Alma tertawa kecil, menerimanya. "Makasih, Na. Aku beneran terima kasih sudah dibiarkan menumpang di sini sekian lama." "Aduh, nggak usah formal banget. Aku udah anggap kamu saudara. Kapan pun kamu bisa tinggal di sini lagi. Lagian, aku sebenarnya belum rela kamu pindah, Ma,” katanya pelan. Alma menoleh dan tersenyum. “Aku juga berat, Na. Tapi kayaknya aku harus mulai belajar hidup sendiri lagi.” "Ya, aku ngerti. Kamu perlu ruang untuk sendiri. Dan ... kalau Felix yang carikan apartemen, aku sedikit leb

  • Pelakor itu Adikku   Bab 114. Manipulatif

    Ferika menatap Nadine tajam sebelum memutar gagang pintu kamar mandi. "Klek ..." Terkunci. Alis Ferika mengerut. “Kenapa dikunci?” nadanya curiga. “Pasti ada orang di dalam!” Nadine cepat menahan napas. Ia berdiri di depan pintu, mencoba tetap tenang. “Itu rusak, Tante. Dari tadi memang nggak bisa dibuka. Sudah kulaporkan ke penjaga kos juga, cuma belum dibetulin.” Ferika menepis tangan Nadine dan mencoba lagi. “Jangan bohong! Ini jelas dikunci dari dalam! Aku tahu bedanya pintu rusak dan pintu dikunci!” Belum sempat Nadine membalas, suara langkah cepat terdengar dari arah tangga. Seorang pria berbadan tegap dengan seragam biru tua muncul, membawa handy talky di tangan. “Permisi, permisi ...," katanya sambil menghampiri. “Ada apa ini, Bu? Tadi kami dengar keributan dari lantai bawah.” Nadine langsung menyambut pria itu, wajahnya dibuat lelah dan kesal. “Pak, maaf. Ini tamu saya memaksa masuk kamar mandi. Saya sudah bilang, pintunya rusak. Tapi beliau maksa banget, sampai tuduh

  • Pelakor itu Adikku   Bab 113.. Kecurigaan

    Tok! Tok! Tok! Suara ketukan keras dari balik pintu kamar membuat Nadine terkesiap. Ia yang sedang tertawa sambil bersandar di dada Rafael di atas ranjang, langsung duduk tegak. "Apa itu tadi?" tanya Rafael sambil meraih ponsel yang tadi nyaris jatuh dari tangan. Nadine mengerutkan dahi, bangkit dari ranjang, dan mengintip dari lubang kecil di pintu. Saat melihat siapa yang berdiri di luar, wajahnya seketika pucat. “Sialan …” bisiknya panik. Rafael mendekat. “Kenapa? Siapa?” Nadine menoleh cepat. “Itu … itu ibunya dr. Arhan!” Rafael langsung panik. “Apa?! Gimana bisa—” “Diam dulu!” Nadine menahan napasnya. “Masuk ke kamar mandi, sekarang! Jangan keluar sampai aku bilang!” "Loh, kenapa aku harus sembunyi? Bukannya bagus kalau dia tahu hubungan kita? Jadi, gosip itu ..." tanya Rafael bingung. "Nanti aku jelasin. Sekarang nggak ada waktu. Cepat sembunyi!" sanggah Nadine cepat Tanpa bertanya lagi Rafael segera melesat ke kamar mandi. Nadine pun cepat-cepat menyembunyikan gelas

  • Pelakor itu Adikku   Bab 112. Mendatangi Kost

    Setelah Alma pergi, Ferika masih terisak di ranjang observasi. Namun, saat suster keluar meninggalkan mereka, ia langsung duduk tegak dan menatap Arhan yang masih berdiri di dekat pintu dengan wajah kusut."Han," ucapnya pelan. "Kamu jangan diam aja. Kejar Alma. Bujuk dia supaya mau pulang. Katakan kamu nyesel, katakan kamu nggak akan ulangi semuanya."Arhan menghela napas panjang, lelah. "Bu, sekarang bukan waktunya. Alma nggak akan percaya, bukan dengan kondisi sekarang. Saya harus bereskan satu hal dulu."Ferika mengernyit. "Maksud kamu Nadine?"Arhan mengangguk. Ia menatap ibunya lekat-lekat. "Saya harus menyelesaikannya sendiri. Pelan-pelan, tanpa Alma tahu. Kalau Nadine tidak hamil, saya yakin Alma bisa dipulihkan hatinya."Ferika mengernyit. “Kamu serius?”“Dia masih cinta sama aku, Bu. Aku tahu itu dari cara dia lihat aku tadi. Tapi dia terlalu kecewa. Terlalu marah. Dan masalahnya ya … Nadine.” Arhan menyandarkan punggung di dinding, mendesah frustasi. “Aku nggak akan ceraika

  • Pelakor itu Adikku   Bab 111. Tipu Daya

    Suster datang tergesa saat mendengar teriakan Alma. Dengan sigap, ia mendekati Ferika yang terbaring di sofa ruang tunggu. Alma mundur sedikit, memberi ruang. “Bantu saya angkat beliau ke ruang observasi,” ucap suster itu pada dua petugas lain yang kebetulan lewat. Alma tetap tenang. Wajahnya datar, nyaris tanpa ekspresi. Tatapannya tertuju pada Ferika yang masih terbaring, dengan satu tangan memegangi dada. Tapi Alma tahu. Ia tidak tertipu. Sebelum tubuh Ferika limbung tadi, ia sempat melihat lirikan cepat dari mata wanita paruh baya itu. Bukan lirikan panik, tapi lirikan licik—seperti seseorang yang sedang memainkan peran dengan sangat sadar. Alma hanya menghela napas pendek. Drama. Setelah Ferika dibaringkan di ranjang observasi, Alma berdiri di samping suster yang sedang memeriksa tekanan darah dan denyut jantungnya. Mata Ferika terpejam, napasnya diatur-atur agar terdengar berat. Tapi Alma tak tertipu. Tak lama kemudian, pintu ruang observasi terbuka dengan kasar. “Bu?!” A

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status