Beranda / Romansa / Pelakor itu Adikku / Bab 193. Bukan Perusahaan Sembarangan

Share

Bab 193. Bukan Perusahaan Sembarangan

Penulis: Rina Novita
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-16 22:03:49

“Dok, mari saya antar ke ruangan khusus dulu sebelum presentasi dimulai.” Riko menghampiri Alma dengan sopan. Ia sedikit menunduk, lalu memberi isyarat agar Alma mengikutinya melewati lorong panjang gedung pertemuan itu.

Alma masih bisa merasakan sisa degup jantungnya setelah berpapasan dengan Hilmawan dan Vico tadi. Namun ia tetap melangkah tegak, meski sorot matanya tampak dingin.

Riko membuka pintu ganda besar berlapis kaca buram, lalu menoleh sambil berkata pelan, “Ruangan ini dulu dipakai Pak Aditya setiap kali beliau berkunjung. Semua rapat penting, termasuk negosiasi besar, sering dilakukan di sini. Saya harap Bu Dokter merasa nyaman.”

Alma melangkah masuk. Seketika napasnya tercekat. Ruangan itu luas, dindingnya dilapisi panel kayu jati, lampu gantung kristal menggantung elegan, dan sebuah meja panjang berlapis kaca hitam berdiri di tengah dengan kursi-kursi kulit berjejer rapi. Di sudut, terdapat rak besar berisi buku-buku tebal tentang ekonomi, properti, dan kedokteran.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Nancy
pa reaksi Pak Vico jika tahu Dr Alma punya perusahaan besar. yang bantu Pak Vico masuk tender sebagai membalas budi Leonard
goodnovel comment avatar
Siti Nurjanah
kalo suatu hari identitas nya terbuka di publik pada melongo kali ya orang" yg dulu meremhkannya seru deh ......
goodnovel comment avatar
Yuli Faith
ada untungnya kan ststusnya dirahasiakan.....biar tahu siapa saja orang"yg g baik....dia mmg klop kalau dipsgin sm felix
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pelakor itu Adikku   Bab 198. Siapa Pria Itu

    Pagi-pagi sekali Felix sudah menepikan mobil di depan rumah Alma. Dari dalam, Felix turun dengan wajah segar meski matanya sedikit sembab. Semalaman ia hampir tidak tidur, bayangan tentang pria asing yang masuk ke rumah Alma terus mengusik pikirannya. Tanpa sarapan, ia langsung menjemput. Ia ingin memastikan Alma baik-baik saja, sekaligus menegaskan bahwa mulai hari ini, dirinya tak akan lagi membiarkan Alma sendirian. Bel rumah berbunyi. Tak lama, seorang pelayan membuka pintu.“Pak Felix? Wah, pagi sekali …” ucapnya terkejut. Felix hanya tersenyum tipis. “Alma ada di rumah?” Pelayan itu mengangguk, lalu mempersilakan Felix masuk. Di ruang tamu, aroma kayu jati dan wangi bunga segar dari vas besar memenuhi udara. Felix duduk di sofa panjang, menyandarkan tubuh sambil melirik jam di pergelangan tangan. Baru pukul setengah tujuh. Untuk ukuran jam segini, kedatangannya memang terlalu pagi. Tapi ia tidak peduli. Di lantai atas, Alma baru saja keluar kamar mandi. Tubuhnya masih dibal

  • Pelakor itu Adikku   Bab 197. Pria Misterius

    Clara tersenyum lebar sambil meraih tangan Maharani. “Rani, ayo kita pulang, ya. Felix dan Dokter Alma yang akan mengantarmu sekarang.” Suaranya lembut, manis, seolah berusaha menenangkan hati Maharani yang sejak tadi terlihat gusar. Maharani mengangguk kecil. Wajahnya mencoba tersenyum, tapi matanya tak bisa menyembunyikan kekecewaan. Pandangannya sekilas melirik William yang berdiri di ambang pintu. “Om William, Aku pulang dulu,” katanya lirih. William mengangguk singkat. “Hati-hati di jalan.” Tanpa banyak kata lagi, Maharani mulai mendorong roda kursi sendiri, lalu Felix dengan sigap membantu mendorongnya menuju teras. Alma berjalan di belakang mereka setelah lebih dulu berpamitan pada William. Lampu-lampu taman rumah William menyinari langkah mereka, menimbulkan bayangan panjang di tanah. Maharani duduk di kursi depan mobil, tepat di sebelah sopir. Begitu pintu tertutup, ia langsung melirik kaca spion dengan tatapan kesal. Matanya menangkap pemandangan yang membuat dadanya se

  • Pelakor itu Adikku   Bab 196. Kamu Memang Layak

    Ruangan itu masih hening. Semua mata terpaku pada Vico yang berdiri dengan wajah memerah, napasnya naik turun. Ucapan lantangnya baru saja merusak suasana obrolan yang seharusnya penuh kehangatan. Alma tetap duduk tegak, kedua tangannya tenang di pangkuan. Senyumnya tipis, nyaris tak terbaca, seolah tak terpengaruh oleh tudingan yang baru saja diarahkan kepadanya. Felix menoleh pada Alma dengan kening berkerut. Bisnis apa yang sedang dijalankan Alma? Namun ia tidak mungkin menanyakannya sekarang. Perlahan ia berdiri, bicara dengan suara tenang tapi tegas. “Paman Vico, saya rasa Alma tidak melakukan sesuatu yang salah. Memiliki bisnis di luar bukan berarti beliau tidak serius mengurus rumah sakit dan pasiennya. Justru sebaliknya, itu menunjukkan kemampuan manajerial dan pengalaman yang lebih luas.” Vico mendengus, bibirnya mencebik. “Ah, kamu selalu membelanya, Felix. Tapi coba pikir, rumah sakit itu bukan mainan. Kita bicara tentang warisan keluarga, reputasi besar yang dibangun p

  • Pelakor itu Adikku   Bab 195. Semakin Terusik

    Makan malam belum dimulai. Para tamu masih bercakap-cakap ringan, menunggu tuan rumah yang paling dihormati muncul. Felix terlihat sibuk memastikan semua orang nyaman, sementara Alma duduk tenang di kursinya, menjaga senyum tipis agar tidak tampak kaku. Dalam hati, ia masih merasakan sedang diawasi oleh Hilmawan dan Vico dari ujung meja. Tak lama kemudian, terdengar suara bariton dari arah dalam rumah.“Maafkan sudah menunggu.” Semua kepala sontak menoleh. William Mahesa, sosok yang selama ini dihormati seluruh keluarga, melangkah masuk dengan tenang. Aura wibawanya membuat suasana seketika berubah hening. Di belakangnya, Clara mendorong kursi roda yang di atasnya duduk seorang gadis, yaitu Maharani. Gadis itu tampak lebih segar, meski tubuhnya masih terlihat lemah. Alma menelan ludah saat matanya menangkap Clara begitu telaten mengatur posisi selimut Maharani, memastikan kaki gadis itu tidak kedinginan. Tatapan lembut Clara pada Maharani bagai seorang ibu yang penuh kasih. Sekila

  • Pelakor itu Adikku   Bab 194. Makan Malam yang Tegang

    Pak Adnan kembali melangkah masuk ke ruangan khusus tempat Alma masih duduk sendirian. Suara pintu berderit membuat Alma menoleh. Ekspresi pria beruban itu tampak serius, namun tetap penuh hormat seperti biasanya. “Dokter Alma,” ucapnya sambil menunduk sedikit. “Baru saja saya mendapat kabar. Salah satu pemilik perusahaan besar, Pak Hilmawan, ingin bertemu langsung dengan pemilik perusahaan ini. Apakah Ibu bersedia menemuinya?” Alma terperanjat. Nama itu kembali menyeruak, sama seperti beberapa jam lalu ketika ia berpapasan di lorong. Hatinya langsung diliputi tanda tanya. Apa maksud Hilmawan meminta bertemu dengannya? Alisnya mengernyit, namun ia tetap menjaga nada suaranya tetap tenang. “Untuk apa Pak Hilmawan ingin bertemu saya, Pak Adnan?” Adnan menarik napas pendek sebelum menjawab. “Saya dengar, Pak Hilmawan ini punya kebiasaan mendekati orang-orang berpengaruh demi melancarkan bisnisnya. Beliau sering mengundang para pejabat makan malam di rumahnya. Tidak jarang, hubungan p

  • Pelakor itu Adikku   Bab 193. Bukan Perusahaan Sembarangan

    “Dok, mari saya antar ke ruangan khusus dulu sebelum presentasi dimulai.” Riko menghampiri Alma dengan sopan. Ia sedikit menunduk, lalu memberi isyarat agar Alma mengikutinya melewati lorong panjang gedung pertemuan itu. Alma masih bisa merasakan sisa degup jantungnya setelah berpapasan dengan Hilmawan dan Vico tadi. Namun ia tetap melangkah tegak, meski sorot matanya tampak dingin. Riko membuka pintu ganda besar berlapis kaca buram, lalu menoleh sambil berkata pelan, “Ruangan ini dulu dipakai Pak Aditya setiap kali beliau berkunjung. Semua rapat penting, termasuk negosiasi besar, sering dilakukan di sini. Saya harap Bu Dokter merasa nyaman.” Alma melangkah masuk. Seketika napasnya tercekat. Ruangan itu luas, dindingnya dilapisi panel kayu jati, lampu gantung kristal menggantung elegan, dan sebuah meja panjang berlapis kaca hitam berdiri di tengah dengan kursi-kursi kulit berjejer rapi. Di sudut, terdapat rak besar berisi buku-buku tebal tentang ekonomi, properti, dan kedokteran.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status