Beranda / Romansa / Pelakor itu Adikku / Bab 59. Bertemu Pria asing

Share

Bab 59. Bertemu Pria asing

Penulis: Rina Novita
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-04 22:41:56

"Ini dia, Dokter Alma Azzahra. Seorang spesialis bedah saraf dari RS Annisa sekaligus pemegang saham Permata Group yang baru bergabung," ujar Pak Sukma kepada sekelompok pria dan wanita setengah baya dengan penampilan mewah. "Dan ini, Dokter Felix , juga salah satu dokter senior ahli bedah saraf andalan kami di RS Annisa."

Riuh suara musik lembut berpadu dengan percakapan elegan mengisi penthouse Hotel GrandRose malam itu. Alma berjalan berdampingan dengan Felix dan Pak Sukma, menyusuri ruangan dengan anggun dalam balutan gaun navy yang dipilihkan oleh Septiana. Kepercayaan dirinya terpancar, terlebih karena di sisi kirinya berdiri Felix, dan di sisi kanannya, Pak Sukma yang terus mengenalkan Alma dengan penuh kebanggaan.

Para tamu menyambut dengan senyuman dan jabat tangan hangat. Alma membungkuk sopan dan menjawab pertanyaan ringan dari para tamu. Felix dengan tenang mendampingi, sesekali melontarkan komentar cerdas yang membuat para tamu tersenyum dan tertawa.

Sampai akhirnya, mere
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pelakor itu Adikku   Bab 81. Rencana Gagal

    “Jadi ... Prof. Mahendra sudah menjelaskan sebagian besar hal teknisnya?” tanya Leonard dengan nada tenang namun dalam, khas suara pria yang terdengar dominan sebagai seorang pimpinan. Dari lobby tadi ia dan Alma menuju ruang praktek, lalu berbincang di sana. Alma mengangguk, mencoba bersikap profesional meski dalam hatinya ia merasa tak sepenuhnya tenang. “Ya, beliau menjelaskannya dengan cukup rinci saat rapat tadi. Seharusnya kamu tidak perlu repot-repot datang langsung ke RS Annisa sore ini, Pak Leonard.” Pria itu tersenyum tipis, wajahnya memancarkan ketampanan yang tidak dibuat-buat. Sikapnya sopan, bahasanya terjaga. Tapi entah kenapa, Alma bisa merasakan getaran berbeda dalam tiap kata dan sorot mata Leonard. “Tidak repot, kok. Lagipula aku memang ingin menyampaikannya langsung padamu. Rasanya ... lebih memuaskan kalau bisa menyampaikan niat kerja sama ini tanpa perantara. Terutama karena kamu yang akan jadi kunci proyek ini,” ujarnya sambil menatap Alma intens namun tida

  • Pelakor itu Adikku   Bab 80. Masih Suami Istri

    “Diam deh! Jangan mulai!” bisik Arhan tajam, menahan nada bentakannya agar tak menarik perhatian sekitar. Tatapannya tajam pada Ernest, yang jelas sedang menikmati momen menyindirnya. Hanya Ernest yang tau semua masalah yang Arhan hadapi saat ini. Sejak awal hanya teman satu kampusnya itu yang tau hubungannya dengan Nadine dan tau bahwa Alma adalah istri Arhan. Ernest tertawa pelan, seperti biasa tak gentar. “Santai, Bro. Aku cuma tanya, itu tadi di lobby—” “Udah," sanggah Arhan geram, matanya masih tertuju pada punggung Alma yang menjauh bersama pria lain. Pria yang baru muncul, tapi dengan mudah akrab dengan Alma. Leonard, ucapnya dalam hati dengan getir. Tanpa berkata apa-apa lagi, ia melangkah cepat keluar dari lobby menuju café di samping rumah sakit. Ernest menyusul, duduk di kursi seberang dengan santai. Ia geleng-geleng kepala melihat wajah Arhan penuh bara. “Dari pada kamu naik darah terus, mending mikir deh jalan keluarnya. Nggak bisa terus-terusan begini, Han,” kata Er

  • Pelakor itu Adikku   Bab 79. Diskusi Para Senior

    Alma terduduk lemas di kursinya. Telapak tangannya menekan pelipis, napasnya berat dan panjang. Sejak tadi ia mencoba tetap tenang menghadapi ledakan emosi Arhan yang membabi buta, tapi tetap saja tubuhnya terasa gemetar setelah semua itu. Jika saja Felix tak datang tepat waktu, ia tak yakin bisa tetap sekuat tadi. “Alma!” suara Septiana membuat Alma menoleh kaget. Perempuan itu masuk terburu-buru, wajahnya dipenuhi kekhawatiran. “Aku baru dengar dari perawat di depan. Arhan tadi marah-marah di sini?” tanya Septiana sambil memeluk Alma sekilas. Alma mengangguk pelan. “Aku baik-baik saja. Cuma ... ya, kamu tahu sendiri gimana emosinya Arhan.” Felix berdiri tak jauh dari meja Alma. “Untung aku datang,” katanya sambil melipat tangan di dada. “Aku nggak akan biarin dia mempermalukanmu di tempat kerja seperti ini.” “Kalau bukan karena kamu, mungkin aku udah balas dia dengan nada tinggi juga,” ucap Alma jujur. “Terima kasih, Felix.” Septiana melirik mereka bergantian, lalu menyeringai

  • Pelakor itu Adikku   Bab 78. Dipindahkan ke Bangsal Kelas Tiga

    “Apa ini soal tadi di bangsal kelas?” tanya Arhan cepat, sesaat setelah perawat muda itu mengatakan Prof. Mahendra memanggilnya. Perawat tersebut mengangguk. “Sepertinya iya, Dok. Saya dengar beliau sudah tahu kejadian barusan.” Arhan menghembuskan napas panjang. “Masalah datang terus tanpa henti,” gumamnya pelan, lebih ke dirinya sendiri. Kepalanya sedikit menunduk, lalu mendongak lagi dengan rahang mengeras. “Siapa yang bikin jadwal baru itu? Kenapa tiba-tiba aku dipindahkan ke bangsal kelas 3 tanpa pemberitahuan?” Nada suaranya meninggi. “Saya nggak tahu detailnya, Dok. Tapi dari yang saya dengar di ruang perawat, perombakan itu dari Dokter Alma. Ada sistem baru katanya.” Arhan mengernyit. “Alma?” “Ya. Katanya beliau mau ada pemerataan tugas dokter. Semua dapat giliran, termasuk dokter spesialis senior.” Dada Arhan mendadak terasa panas. Seolah ada bara yang ditumpuk di dalamnya. Ia mengepalkan tangannya. “Dia sengaja … Pasti dia sengaja mau permalukan aku!” “Dok, maaf, say

  • Pelakor itu Adikku   Bab 77. Dipermalukan di Depan Pasien

    Nadine berdiri terpaku. Ucapan Arhan barusan benar-benar mengguncang batinnya. “Memangnya apa yang akan Mas lakukan? Mas tega?” Nadine berseru lirih. “Ini darah daging Mas sendiri …” Arhan menyeringai tipis. Dalam hatinya ia masih ragu kalau itu anaknya. Tapi, anak siapapun itu, jika semua orang tahu kehamilan Nadine, pasti dirinya akan kena tuduh, karena rumor kedekatannya dengan Nadine telah menyebar. Jadi, sebenarnya dia memang tidak peduli itu anak siapa. "Kalau kamu masih maksa pertahankan bayi itu, kamu sendiri yang akan rugi. Lihat dirimu sekarang, Nadine. Sudah jadi bahan gunjingan satu rumah sakit. Sekarang hamil di luar nikah. Mau nambah malu lagi?” Nadine menunduk. Ia memasang wajah sesedih mungkin. Berharap Arhan akan menaruh iba padanya. “Aku ... aku nggak tahu harus bagaimana, Mas ....” “Pokoknya gugurkan. Aku nggak akan ikut bertanggung jawab!” tegas Arhan. Suaranya seperti vonis yang tak bisa diganggu gugat. Dengan tangan mengepal di samping tubuhnya, Nadine akh

  • Pelakor itu Adikku   Bab 76. Nadine dan Laporan Pasien

    "Kak Alma ... tolong aku ... Aku nggak tahu harus gimana ..." Alma masih berdiri di balik meja kerjanya, ekspresinya tetap tenang seperti biasa. Namun, pandangannya menajam saat melihat Nadine berdiri di ambang pintu dengan wajah kacau, rambut sedikit berantakan, dan mata sembab seolah baru saja menangis lama. "Masuklah kalau mau bicara," ucap Alma datar, lalu kembali duduk dan membuka map yang tadi sempat ia tutup. Nadine masuk perlahan, lalu duduk di kursi seberang meja Alma. Wajahnya sedih, matanya berkaca-kaca. "Aku ... aku akan disidang sama badan pengawas rumah sakit, Kak. Aku takut ... Semua laporan itu, aku ... aku nggak tahu harus jawab apa. Pasien, perawat ... semuanya kayak nyalahin aku." Alma menatap Nadine lama. Ia tidak langsung menjawab. Hening beberapa detik, hingga akhirnya Alma berkata pelan tapi tajam, "Lalu apa yang kamu harapkan dariku?" "Aku minta tolong, Kak. Tolong bantu aku. Kakak kan punya pengaruh sekarang. Punya reputasi. Orang-orang akan dengar apa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status