Home / Romansa / Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan / Bab 299 Jangan Berharap Orang Lain Membawa Payung Saat Hujan

Share

Bab 299 Jangan Berharap Orang Lain Membawa Payung Saat Hujan

Author: Jovita Tantono
Beberapa detik saling menatap, udara seakan memercikkan api yang tak terlihat.

Akhirnya, Leo lebih dulu mengalihkan pandangan. Ia bangkit, merapikan ujung jasnya, wajahnya tampak tenang, tetapi di balik itu tersembunyi kilatan tajam, "Bir sudah diminum, kata pun sudah cukup. Selamat malam, Pak Ken."

Begitu pintu tertutup, bayangan pria itu hilang sepenuhnya dari pandangan. Senyum di wajah Ken perlahan lenyap.

Ia melangkah ke depan jendela, mengeluarkan ponsel dan menekan satu nomor, "Selidiki jaringan relasi Leo di kota ini… ya, secepatnya."

Pada saat yang sama, Leo kembali ke kamarnya. Ia segera menekan nomor Edric, "Besok pagi jam tujuh, aku mau semua detail tentang Winarta Corp ada di mejaku… terutama daftar klien yang berhubungan dengan Direktur Hans."

Setelah menutup telepon, ia berdiri di depan jendela. Dari sana, cahaya lampu kamar Ken tampak jelas.

Dua pria itu berhadap-hadapan dari kejauhan, tanpa suara, namun ombak besar bergolak di bawah permukaan.

Pukul tujuh pagi, Adeline
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 301 Sosok Wanita Licik di Dunia Bisnis

    Tatapan Leo memunculkan kilatan minat yang samar, bercampur dengan permainan yang penuh rasa ingin tahu.Edric yang biasanya tenang pun tampak lebih bersemangat dari biasanya, bahkan bicaranya mulai lebih lepas. “Masalahnya, Nyonya sekarang paling tidak suka dengan sifat mengontrolmu. Kalau saja kamu bisa menunjukkan sisi yang lebih terbuka dan lapang dada, mungkin saja…”Leo mengangkat pandangan, tatapannya menusuk. “Jadi? Apa saran spesifikmu?”Edric menyilangkan tangan di dada, tersenyum kecil. “Aku dengar besok Nyonya akan ke lokasi proyek Winarta untuk melihat contoh unit. Di sana ada sebuah taman udara yang cukup romantis…”“Intinya.” tanya Leo dengan tegas dan semangat.“Kamu bisa atur pertemuan seolah-olah kebetulan. Tapi ingat, jangan sampai kelihatan cemburu. Sebaliknya, tunjukkan kalau kamu mendukung pekerjaannya, bahkan kalau bisa berikan saran profesional. Biarkan dia melihat sisi dewasamu, yang tidak hanya penuh kendali, tapi juga bisa jadi pasangan yang setara…” jelas Ed

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 300 Tertangkap Kamera

    Skala proyek pembangunan milik Winarta jauh lebih besar dari bayangan awal. Belasan menara derek berputar di udara, para pekerja hilir mudik, sementara deru mesin bergemuruh tiada henti.Hans, sang direktur, mengenakan helm keselamatan dan menyambut mereka dengan senyum ramah. “Pak Ken, Asisten Adeline, silakan lewat sini. Kami sudah menyiapkan perlengkapan keselamatan.”Adeline mengenakan helm, lalu mengikuti di belakang Ken, mencatat setiap penjelasan Direktur Hans dengan teliti, termasuk detail permasalahan yang ia temukan sepanjang jalur inspeksi.Permukaan jalan di area proyek tidak rata, dipenuhi baja dan beton. Meski sudah berhati-hati, Adeline tetap beberapa kali hampir terjatuh.“Hati-hati!” Ken refleks menahan lengannya ketika ia kembali hampir tergelincir di sebuah lereng.Adeline segera menstabilkan diri, lalu halus menarik tangannya kembali. “Terima kasih.”Ia tidak menyadari bahwa di balik sebuah ekskavator, seseorang diam-diam menekan tombol kamera.Inspeksi berlangsung

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 299 Jangan Berharap Orang Lain Membawa Payung Saat Hujan

    Beberapa detik saling menatap, udara seakan memercikkan api yang tak terlihat.Akhirnya, Leo lebih dulu mengalihkan pandangan. Ia bangkit, merapikan ujung jasnya, wajahnya tampak tenang, tetapi di balik itu tersembunyi kilatan tajam, "Bir sudah diminum, kata pun sudah cukup. Selamat malam, Pak Ken."Begitu pintu tertutup, bayangan pria itu hilang sepenuhnya dari pandangan. Senyum di wajah Ken perlahan lenyap.Ia melangkah ke depan jendela, mengeluarkan ponsel dan menekan satu nomor, "Selidiki jaringan relasi Leo di kota ini… ya, secepatnya."Pada saat yang sama, Leo kembali ke kamarnya. Ia segera menekan nomor Edric, "Besok pagi jam tujuh, aku mau semua detail tentang Winarta Corp ada di mejaku… terutama daftar klien yang berhubungan dengan Direktur Hans."Setelah menutup telepon, ia berdiri di depan jendela. Dari sana, cahaya lampu kamar Ken tampak jelas.Dua pria itu berhadap-hadapan dari kejauhan, tanpa suara, namun ombak besar bergolak di bawah permukaan.Pukul tujuh pagi, Adeline

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 298 Mengobrol dengan Sang Rival

    Adeline tersenyum miring. “Kalau aku memang ingin memakai gelar ‘Nyonya Brown’, sejak awal aku tidak akan memilih bercerai darimu.”Kata-kata itu menusuk dada Leo seperti sebilah pisau.Senyum di wajahnya lenyap. “Kau sebegitu bencinya dikaitkan denganku?”“Aku bukan benci...” Adeline mendadak terhenti, lalu mengusap pelipisnya dengan gusar. “Sudahlah, percuma bicara denganmu. Intinya, mulai besok, tolong jangan ikut campur dalam pekerjaanku lagi.”Leo terdiam sejenak, lalu tiba-tiba bangkit merapikan wadah makanan. “Baiklah.”Begitu mudah?Adeline menatapnya penuh curiga.“Tapi ada satu syarat.” Tentu saja Leo masih punya kelanjutan. “Di sini berbeda dengan Kota Jakata, kau harus selalu waspada. Kalau ada apa-apa, hubungi aku segera.”Akhirnya Adeline hanya bisa mengangguk.Senyum tulus pertama malam itu muncul di wajah Leo.Ia membereskan semuanya dengan cekatan, dan ketika sampai di pintu, ia berbalik. “Aku sudah janjian minum dengan Ken. Kau mau ikut?”“Apa?” Adeline hampir menjatu

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 297 Menemani Makan Malam

    Lampu koridor hotel redup kekuningan, Adeline berdiri di depan pintu kamar, jemarinya meremas kartu akses.Di belakangnya terdengar langkah kaki yang sangat familiar.Itu Leo!Akhirnya dia tetap mengikutinya. Adeline merasa begitu lelah. Tanpa menoleh, ia segera menempelkan kartu akses dan hendak masuk. Tepat saat itu, suara Leo terdengar dari belakang. “Aku tinggal di kamar 2807, tepat di seberangmu. Kalau ada perlu, jangan sungkan...”Brak!Jawaban Adeline hanyalah suara pintu yang dibanting keras.Namun, meski terhalang pintu, ia masih bisa mendengar sisa ucapannya. “Tadi kau hampir tidak makan apa-apa. Aku sudah pesan makanan dari layanan kamar, sebentar lagi akan dikirim.”Adeline tak menggubris. Ia menendang lepas sepatu hak tingginya, meletakkan tas di sofa, lalu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan wajah.Air hangat mengalir, membasuh sisa alas bedak terakhir di kulitnya, ketika bel pintu berbunyi.“Selamat malam, layanan kamar,” suara pelayan hotel terdengar dari luar.Adel

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 296 Menyatakan Hak Kepemilikan

    Leo melangkah maju dengan tatapan penuh keterkejutan dari orang-orang di sekelilingnya, berjalan lurus mendekat.“Pak Ken, Pak Hans, kebetulan sekali,” ucap Leo, kalimatnya terdengar sama sekali tak tahu malu.“Memang kebetulan.” Nada suara Ken juga sarat makna.“Asisten Adeline, kita bertemu lagi,” tatapan Leo jatuh padanya.Adeline benar-benar ingin meninju wajahnya. Kebetulan apanya! Dia bisa sampai mengikuti ke tempat ini? Perasaan sesak dan tertekan langsung membuatnya nyaris tak bisa bernapas.Namun sekarang ia tidak bisa mengatakan apa pun, hanya menggumam pelan, “Hmm.”“Pak Leo belum sempat makan, kan? Kalau begitu, mari bergabung,” Direktur Hans, yang memang lihai membaca situasi, langsung mengundang. Baginya, Ken adalah tumpuan besar yang harus dirangkul, sementara Leo adalah pilar yang lebih besar lagi, jelas harus dijaga erat.“Apakah tidak mengganggu?” Leo seolah merasa sungkan, bahkan menoleh ke arah Ken. “Pak Ken tidak keberatan, kan?”Benar-benar licik!Sudah mengambil

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status