Share

22. Rencana Dakwah

Hari terus berlalu dan benar apa yang aku inginkan tersampaikan. Kuucapkan syukur pada Tuhan, tahlilan untuk kematian Halimah tidak dilakukan oleh Yahya, suamiku. Selama tujuh hari rumahku selalu didatangi saudara dari keluarga suami. Mereka banyak mengeluhkan ketiadaan tahlil, bahkan ada yang mengumpat pada kehancuran usahaku.

Aku hanya mendengar saja tanpa ingin berkomentar apapun jua. Yahya pun tidak memedulikan semua ucapan saudaranya sendiri. Dia hanya bungkam sejak pemakaman putrinya itu. Bila kuajak bicara hanya menjawab sepatah dua patah kata itupun tanpa menatapku.

"Arini, aku akan mengurus paspor. Ada dakwah ke negara tetangga," ungkap Yahya sambil menatapku.

"Berapa lama?" tanyaku.

"Bisa dua bulan, karena jarak dan lokasi yang begitu pedalaman," jawab Yahya.

Aku diam, memikirkan waktu yang cukup lama ditinggal oleh suamiku. Biasanya jika dia sedang menyebarkan agama penjualanku meningkat drastis dari hari biasa. Namun, sepi sering melandaku kala malam hari. Dilema aku
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status