Share

21. Makam

Semua proses memandikan jenasah akhirnya selesai, semua pelayat ikut mengantar jenasah Halimah. Hanya aku yang tidak ikut mengantar, sedangkan Zahra merengek ingin ikut. Dengan segala pertimbangan dan sedikit perdebatan, putri kecilku pun ikut serta.

"Zahra nanti di sana jangan resek lho!" pesanku.

"Siap, Umi!" balas Zahra.

Setelah semua siap, kereta jenasah mulai dipanggul oleh empat orang dewasa. Aku menatap kepergian kereta tersebut. Keadaan kembali sepi, aku segera membersihkan semua barang perlengkapan memandikan jenasah.

Semua larut dalam kesedihan, aku masih bungkam tanpa banyak kata. Para sodara ipar pun juga datang. Mereka saling berbisik menyalahkan aku. Ada yang mengatakan jika aku tidak becus merawat anak tiri hingga gadis itu menemui ajalnya. Aku hanya diam, cukup mendengar saja.

"Arini, bukankah usaha ayam bakar si Yahya sudah mulai dikenal masyarakat. Mengapa Halimah sampai tidak tertolong? Dimana empatimu?" ucap kakak iparku.

"Maaf, Mbak. Semua sudah digariskan. Halim
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status