Share

Aris Kesal Karena Sarah Mengadu

Author: Ayuraa
last update Last Updated: 2024-12-16 17:28:24

Setelah mengantarkan teh untuk Aris, Sarah kembali keluar dari kamarnya.

"Sore-sore gini udah rapih aja, mau keluar sama Aris ya?" tanya Pak Bambang.

Sarah menggeleng dengan cepat, "enggak kok, Pak. Ibu dimana?"

"Ibu ada di kamar, baru selesai mandi."

"Wah kebetulan dong ibu sudah mandi. Sarah mau ajak ibu keluar jalan-jalan, Bapak mau ikut gak?"

"Enggak, Nak. Bapak di rumah aja. Pergilah sama ibu mu saja, hati-hati di jalan ya!"

"Siap, Pak! Kalo gitu, Sarah ke kamar ibu ya."

Setelah mendapatkan anggukan dari bapak mertuanya, Sarah pun segera melangkahkan kakinya menuju ke kamar Bu Susi.

"Bu.. Ibu.. sudah selesai belum Bu?" tanya Sarah sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar mertuanya.

"Sudah Sarah, ada apa?" tanya Bu Susi yang membukakan pintu.

"Bu, kita jalan-jalan ke mall yuk! Belanja, Sarah bayarin deh! Suntuk kan di rumah terus?" ajak Sarah dengan wajahnya yang terlihat begitu bahagia.

"Seriusan Sarah?" tanya Bu Susi memastikan.

Sarah mengangguk, "ya serius dong, Bu. Masa Sarah bercanda, Ibu mau kan?"

"Tentu mau dong Sarah, mau banget!" ujar Bu Susi bersemangat.

"Yaudah ayo Bu, berangkat. Sarah udah pesan taksi, kayaknya udah sampe di depan."

"Sebentar ya, Ibu ambil tas Ibu dulu di kamar!"

"Oke!"

Bu Susi sangat bersemangat menerima ajakan dari menantunya. Ia segera mengambil tas nya, kemudian menggandeng tangan Sarah dengan wajahnya yang sumringah.

Sarah merasa senang saat melihat ibu mertuanya yang terlihat sangat antusias pergi bersamanya.

Memang sudah lama mereka tidak pergi shopping dan menyenangkan diri mereka.

"Pak, Ibu dan Sarah pergi dulu ya! Ibu mau shopping, Bapak jaga rumah ya!" ujar Bu Susi sambil tersenyum lebar.

"Iya Bu. Hati-hati di jalan."

"Iya Pak. Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam."

**

Setelah lima belas menit Sarah dan Bu Susi meninggalkan rumah, Aris turun dari kamar nya dan mencari keberadaan Sarah.

"Pak, liat Sarah gak?" tanyanya.

"Loh emangnya Sarah gak bilang ke kamu, kalo dia mau pergi sama ibu?" Bukannya menjawab pertanyaan putranya, Pak Bambang justru balik bertanya.

Aris menggeleng, "jadi, dia pergi sama ibu? Kemana?"

"Katanya sih mau shopping. Baru aja mereka pergi, ya sekitar sepuluh atau lima belas menit yang lalu lah."

"Mmmm.. yaudah deh kalau gitu."

"Emangnya kenapa? Kok tumben cari istrimu?" Saking Aris tidak pernah mencari Sarah sebelumnya, sekalinya ia mencari Sarah, sampai membuat ayahnya pun merasa heran.

"Aku kurang enak badan, Pak. Kayaknya sih masuk angin, jadi niatnya mau minta kerokan dan di pijitin sama Sarah."

"Kamu ini Ris.. Ris.. kalo ada butuhnya aja baru cari istrimu! Gimana soal cucu Bapak dan ibu? Udah di proses belum?"

Pak Bambang bertanya seperti itu, karena ia tahu dari Bu Susi jika anak dan menantunya itu belum pernah melakukan ibadah suami istri sama sekali.

Mendengar pertanyaan Pak Bambang, muka Aris agak memerah karena merasa malu. "Kok Bapak nanya begitu? Sarah ngomong apa aja sama Bapak?"

"Sarah gak ngomong apa-apa ke Bapak. Tapi ibu mu yang bilang, kalo kalian itu belum pernah melakukan malam pertama. Apa itu benar?"

Melihat Aris yang hanya diam, Pak Bambang kembali berbicara.

"Pantes aja udah satu tahun menikah, Sarah belum juga hamil. Ternyata masalahnya ada di kamu, Ris. Lagian kenapa sih kamu kok gak mau menunaikan kewajiban kamu seutuhnya sebagai seorang suami? Emangnya kamu gak ingin menyenangkan diri kamu sendiri dan menyenangkan perasaan Sarah?"

"Sebagai seorang suami dan istri, kalian itu sama-sama membutuhkan kebutuhan biologis kalian. Kalian sudah sah, sudah halal melakukan apapun bersama. Lalu, kenapa kamu masih menunda-nunda? Apa alasannya? Ibu dan Bapak sudah mau nimang cucu loh!"

"Aku belum siap dan belum bisa melakukan hal itu kepada Sarah. Jadi udah ya Pak, aku minta tolong sama Bapak, jangan pernah bahas dan tanya soal ini lagi. Aku udah cukup pusing dengan pertanyaan-pertanyaan Sarah, jadi Bapak jangan menambah beban pikiran aku lagi," ucap Aris kemudian pergi meninggalkan bapaknya.

"Kamu ini aneh banget sih Ris.. Ris.. padahal itu ibadah paling enak loh, tapi kamu malah gak mau! Udah kayak orang gak normal aja kamu ini!"

Aris mendengar ucapan bapaknya, namun ia tidak peduli dengan tanggapan itu.

Mau Sarah ataupun orang tuanya beranggapan bahwa dirinya itu seperti bukan laki-laki normal pada umumnya, Aris sama sekali tidak ambil pusing dan tidak memikirkan hal itu.

"Kenapa sih gak Sarah, gak ibu dan bapak, mereka selalu aja memaksa aku untuk melakukan hal-hal yang tidak ingin aku lakukan?!"

"Lagian Sarah juga, ngapain sih harus ngadu segala ke ibu! Jadi istri kok gak bisa jaga rahasia banget!"

Aris menggerutu, tidak terima karena Sarah mengadukannya kepada ibunya mengenai persoalan pribadi mereka

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kau Rebut Suamiku, KuNikahi Mantan Suamimu   Sarah Salah Paham

    "Bu, lagi ngapain sih di depan pintu kamar Aris dan Sinta? Ibu lagi nguping mereka?!" Pak Bambang tiba-tiba saja mengejutkan Bu Susi yang sedari tadi sedang asik mendengarkan pertengkaran anak sam menantunya dari kamar tersebut. "Aduh, Pak, ngagetin Ibu aja deh!" ucap Bu Susi sembari mengelus-elus dadanya. "Lagian Ibu ini kurang kerjaan banget sih berdiri di sini! Katanya mau siap-siap untuk masak makan malam? Dari tadi Bapak pikir udah lagi sibuk di dapur, taunya malah kepo sama urusan anak dan menantunya. Gak baik loh, Bu, menguping pembicaraan orang lain. Telinga Ibu bisa di tusuk sama besi panas di akhirat nanti!" Mata Bu Susi langsung terbelalak saat mendengar ucapan suaminya, "astaghfirullahal'adzim, Pak! Kok Bapak tega sih nyumpahin Ibu begitu!" "Loh, Bapak itu ngingetin Ibu, bukan nyumpahin. Udah ayo cepat masak ah! Jangan nguping-nguping lagi!" Pak Bambang menarik lengan Bu Susi untuk menjauh dari kamar putranya. Pak Bambang mengambil air dari dispenser, kemudian meminum

  • Kau Rebut Suamiku, KuNikahi Mantan Suamimu   Aris Dan Sinta Ribut

    Cklek.. Aris membuka pintu kamar, saat itu juga, Sinta langsung menatapnya dengan tatapan sinis dan setajam silet. "Dari mana aja kamu, Mas? Baru ingat, kalo punya istri lain selain Sarah?!" sindirnya. Aris berjalan mendekat dan duduk di atas tempat tidur. "Kamu ini kenapa sensi terus sih? Dari siang, aku kamu marahin terus. Apa kamu gak capek hari ini marah-marah mulu?" tanya Aris dengan lembut. "Ya gimana aku gak marah sama kamu? Kamu itu sadar gak sih, kalo itu bikin aku kesal dan cemburu?!" ucap Sinta dengan wajah yang cemberut. "Apalagi tadi, kamu cuma diam aja saat ibu memarahi aku!" sambungnya. "Iya-iya aku minta maaf, Sayang. Soalnya aku bingung harus gimana, di tambah lagi aku juga kesel karena kamu naro garam banyak di jus yang aku minum, tenggorokan aku sampe sakit loh!" "Salah kamu sendiri lah, itu kan jus yang seharusnya di minum sama Sarah! Kenapa kamu mau-mau aja tuker minuman kamu sama minuman punya Sarah?! Karena itu, rencana aku jadi gagal deh!" omel Sinta.

  • Kau Rebut Suamiku, KuNikahi Mantan Suamimu   Aris Sudah Benar-Benar Mencintai Sarah?!

    "Kamar ini adalah milikku, hak aku, aku yang lebih dulu menempatinya. Jadi aku gak akan mau memberikannya kepada Sinta. Ingat janji kamu ke aku, bahwa kamu akan bersikap adil kepada aku dan istri barumu itu!" lanjutnya. Mendengar semua ucapan Sarah, Aris manggut-manggut. Pria itu mengelus-elus tangan Sarah, menenangkan nya supaya Sarah tidak marah. "Iya-iya, aku gak akan memaksa kamu kok. Kalau memang kamu gak mau kasih kamar ini buat Sinta, yaudah gak papa. Nanti biar aku bicara sama dia. Aku gak mau kalo kamu sampe mikir bahwa aku gak sayang sama kamu karena aku lebih mementingkan keinginan dia daripada menjaga perasaan kamu," ujar Aris sembari tersenyum. "Bagus deh kalau begitu," ucap Sarah. "Yaudah gih sekarang kamu temuin Sinta, bilang ke dia kalo aku gak mau menuruti keinginannya!" "Gampang lah, bisa nanti. Lagian kamu gak kangen sama aku, apa?" "Bukan nya gak kangen, Mas. Cuma kalo kamu di sini terus dan ngebiarin Sinta sendirian di kamar, kan aku jadi gak enak s

  • Kau Rebut Suamiku, KuNikahi Mantan Suamimu   Sinta Ingin Bertukar Kamar Denganku?

    Bu Susi dan Pak Bambang geleng-geleng kepala melihat ulah Sinta yang baru setengah hari resmi menjadi menantu mereka."Lihat tuh, Ris! Istri baru kamu, belum genap sehari tinggal di rumah ini, sdah bikin masalah aja dengan Sarah!" ujar Bu Susi."Lagian Ibu sih, ngapain coba banding-bandingkan Sinta dengan Sarah terus? Jadi Sinta merasa iri dan kesel deh sama Sarah. Coba aja kalo sikap Ibu itu adil kepada mereka berdua, Sinta pasti gak ada kepikiran buat ngisengin Sarah, Bu," sahut Aris."Kamu ini, istri gak benar masih aja di bela! Lagian kan Ibu itu cuma ngasih tau Sinta dan bicara apa adanya. Emang dianya aja yang punya hati busuk, iri dan dengki terhadap Sarah!""Benar kata Aris, Bu. Sebaiknya Ibu juga harus bisa menjaga perasaan Sinta, jangan selalu memojokkan dia dan membanding-bandingkan nya dengan Sarah. Bagaimanapun Sinta juga kan menantu Ibu, mereka berdua sama-sama istri sah nya Aris, jadi Ibu harus menyayangi mereka dan jangan membandingkan satu sama lain. Dengan begitu, me

  • Kau Rebut Suamiku, KuNikahi Mantan Suamimu   1-0

    "Kenapa?" tanya Aris. "Mas, kayaknya lebih pekat punya kamu. Gimana kalo kita tukeran? Soalnya aku pengen punya kamu!" ucap Sarah dengan nada bicara yang manja. "Masa sih? Emangnya Sinta bikinnya gak sama?" tanya Aris. Sinta menggelengkan kepalanya, memberi isyarat agar suaminya itu tidak mau menukar gelasnya dengan gelas milik Sarah. "Sama aja kok, Mas," jawab Sinta. "Gak ada yang beda, jadi kamu gak perlu menukar minuman kamu dengan minuman Mas Aris, Sarah!" sambungnya Sinta. "Tuh, kata Sinta, minuman kita sama. Dia pasti bikinnya barengan sekalian, mana mungkin bikin satu persatu?" "Tapi tetep aja, Mas. Jus punya kamu pasti rasanya lebih enak, karena Sinta bikinnya penuh cinta. Kita tukeran ya! Masa sih soal minuman aja kamu gak mau ngalah sama aku? Katanya, kamu sayang sama aku?" cecar Sarah. Ia sengaja membuat madunya cemburu dan kepanasan. "Udahlah, Ris. Kalo memang jusnya sama aja, apa salahnya kamu menuruti permintaan Sarah? Kan rasanya juga gak akan berbeda, yang pent

  • Kau Rebut Suamiku, KuNikahi Mantan Suamimu   Sinta Ingin Membalas Sarah?

    "Lihat Sarah, dia baru pulang kerja. Sekarang cepat bikinkan minuman untuk Sarah, sekalian untuk Ibu, Bapak dan Aris juga. Kalo kamu mau, buat juga untuk kamu." "Bu, jangan begitu dong," tegur Pak Bambang. "Kenapasih, Pak? Bikin minum doang kan hanya pekerjaan yang mudah, Sinta tentu gak merasa keberatan dong. Biasanya juga Sarah selalu bikin kan minuman untuk kita, gak apa-apa." "Iya, Pak, gak papa kok. Ibu dan Bapak mau di buatkan minuman apa?" tanya Sinta. "Saya mau teh pake perasan lemon, jangan terlalu manis, dan jangan terlalu asam. Jadi, rasa gula dan perasan air lemon nya harus seimbang ya!" pinta Bu Susi. "Iya, Bu." "Kalo Bapak kopi aja, jangan terlalu pait ya, Sinta." "Baik, Pak." "Sarah, cepat pesan kamu mau di buatkan minuman apa sama adik madumu itu?" "Jus mangga aja. Kamu juga mau jus mangga kan, Mas?" ucap Sarah sembari menoleh ke arah Aris. Sinta menatap Aris, memberikan isyarat agar suaminya itu tidak mengiyakan ucapan Sarah. "Iya sudah cepat buatkan jus ma

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status