Share

Bab 3. Presdir Baru

Penulis: Irana
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-19 13:30:19

Kenapa dia bisa melakukan hal sebodoh itu?

Apa yang membuatnya begitu ceroboh?

Pertanyaan itu terus berputar di kepala Alea ketika gadis itu di perjalanan pulang. Apalagi setelah pemilik klub yang menyewakan gigolo itu mengatakan bahwa semalam, pria yang seharusnya menemani Alea justru pergi ke kamar yang salah dan melayani tamu lain. Pemilik klub bahkan sudah mengembalikan uang Alea tanpa banyak penjelasan.

"Jadi, siapa pria itu?" gumam Alea, berusaha mengingat sosok pria yang tidur dengannya tadi malam. Wajahnya samar-samar terbayang dalam benaknya, "Tapi dia sangat tampan… dan hot juga," ucapnya pelan, merasakan debaran aneh di dada.

Alea menggelengkan kepala cepat. "Dasar kamu sudah gila, Alea! Bukannya khawatir apakah dia benar-benar tidur denganmu atau tidak, kamu malah sibuk memikirkan ketampanannya," gerutunya, sambil memukul pelan kepalanya sendiri.

Beberapa menit kemudian, Alea sampai di depan rumahnya, diantar tukang ojeg. Namun, alangkah terkejutnya dia saat matanya menangkap sosok Martin berdiri di depan pintu rumahnya, membawa setangkai mawar ungu—bunga kesukaannya.

"Kamu ngapain ke sini?" tanyanya dingin, menatap pria itu dengan sorot mata tajam penuh kebencian. 

"Aku ke sini mau ketemu kamu, Sayang. Aku akan jelasin kejadian semalam," ucap Martin dengan kedua mata yang memohon pada Alea. "Tapi, kenapa kamu masih pakai pakaian yang semalam? Kamu nginep di mana?" tanya Martin seraya melihat ke arah Alea dari atas sampai ke bawah.

"Bukan urusanmu!" sahut Alea garang. Baju yang dikenakan wanita itu sama seperti yang dipakainya semalam. "Pergi dari sini!" usir Alea pada mantan kekasihnya ini tanpa banyak basa-basi. 

"Tapi Sayang—"

"Jangan panggil aku sayang lagi. Aku muak Martin." Alea terlihat emosi pada Martin. Setelah kejadian semalam yang meruntuhkan kepercayaan serta cintanya pada pria ini dan sahabatnya, Linda.

Martin tidak menyerah, sampai Alea mau mendengarkannya. Dia memegang pergelangan tangan Alea dan menahan wanita yang akan membuka pintu rumah itu. "Aku khilaf, Sayang. Sungguh! Aku tidak bermaksud mengkhianati kamu."

  "Khilaf? Kalau khilaf kenapa kamu sampai keenakan gitu sama dia hah? Atau kamu mau bilang kalau dia godain kamu? Itu alasan yang basi, Martin." Wanita itu menepis tangan Martin dengan kasar. "Perselingkuhan itu akan terjadi kalau keduanya sama-sama mau. Dan kalian begitu. Kalian sama-sama mau."

Dia kembali melanjutkan untuk membuka pintu rumahnya dengan kunci.

Martin terdiam, usai mendengar kata-kata Alea. Mengartikan bahwa kata-kata Alea memang benar. Martin keenakan berhubungan dengan Linda.

"Tapi aku cintanya sama kamu, Lea."

"Bullshit, Martin. Kita udah putus dan aku harap, aku tidak akan pernah bertemu lagi dengan kamu. Meskipun bertemu, anggaplah kita tidak saling kenal. Jangan melihat apalagi menyapa. Karena aku jijik sama kamu!"

Rasa kecewa Alea yang besar, membuat dia tidak bisa menerima pengkhianatan yang besar dari kekasih dan sahabatnya. Dia juga merasa bodoh, karena tidak menyadari hubungan mereka sebelumnya. Bodohnya lagi, kenapa dia harus bercerita banyak pada Linda tentang kekasihnya? Padahal sahabat adalah maut—dan dia tidak tahu.

"Alea, aku mohon ..." pinta Martin yang sama sekali tidak mendapatkan respon lagi dari Alea. Sebab, wanita itu memilih masuk ke dalam rumahnya yang sederhana dan menutup pintunya dengan cepat.

Sedangkan Martin masih ada di depan pintu rumahnya dan memegang bunga itu. "Aku akan tunggu kamu di sini sampai kamu mau bicara sama aku, Lea."

Alea berdecak malas, dia tidak menanggapi Martin dan lebih memilih melangkah pergi ke kamarnya. Dia harus segera berganti pakaian dan mulai bekerja di perusahaan tempatnya dimutasi, hari ini.

Setelah mandi kilat, memakai pakaian dan make up tipis di wajahnya, Alea melangkah keluar dari rumahnya. Sudah dia duga, Martin tidak akan benar-benar menunggunya, dan hanya tersisa seonggok bunga, juga secarik kertas di sana. 

"Aku akan jelaskan semuanya sayang. Please forgive me. Sampai bertemu nanti malam."

Alea berdecih setelah melihat yang tertulis di atas kertas tersebut. "Bullshit!"

Dia pun membuang bunga beserta catatan murahan itu ke tong sampah. "Bahkan demi dia aku rela dimutasi ke sini! Tapi, aku justru menemukannya berselingkuh... benar-benar menjijikkan!"

Ya, semua yang dialami Alea sungguh ironis. Dia rela dimutasi jauh dari kota asalnya, demi Martin. Namun, karena sudah terlanjut menandatangani kontrak, Alea pun tidak punya pilihan selain untuk tetap bekerja.

Menggunakan ojek, Alea tiba di perusahaannya yang baru. 

"Halo semua."

Alea menyapa semua orang, tapi mereka malah menatapnya dengan bingung. Namun, tidak dengan seorang pria paruh baya yang memakai kacamata bulat. Dia menghampiri Alea dengan senyuman hangat dibibirnya.

"Pak Gunawan?"

"Bu Alea. Selamat datang!" ucap pria bernama Gunawan itu menyapa Alea dengan sopan.

"Panggil saja saya Alea, Pak."

"Meskipun kamu lebih muda dari saya, tapi kamu adalah ketua tim desain yang baru dan harus saya hormati," jelas pak Gunawan yang sontak saja membuat semua orang yang berada diruangan itu terkejut mendengarnya.

 Alea memperkenalkan dirinya dengan baik, dia tersenyum manis. Alea mendapatkan sambutan yang baik dari semua orang. Beberapa dari mereka kagum pada Alea yang usianya masih muda, tapi sudah dipercaya menjadi ketua tim desain.

"Pak Gunawan .... pak Presdir yang baru sudah datang!" Seorang pria berseru dan membuat semua orang yang ada di sana terkejut mendengarnya.

"Pak presdir yang baru?" gumam Alea bingung. Dia juga baru di sini, tapi apa maksudnya kalau pak presdir yang baru sudah datang?

Setelah mendengar percakapan beberapa karyawan, akhirnya Alea mengerti kalau ada CEO baru yang dipercaya untuk mengelola perusahaan ini dan baru pindah dari Amerika.

Kini semua karyawan berkumpul di depan pintu masuk untuk menyambutnya. Termasuk Alea, sebagai ketua tim yang baru.

Seorang pria bertubuh tinggi dan berwajah tampan terlihat keluar dari mobil mewah yang diikuti oleh dua orang pria berpakaian rapi yang di belakangnya. Semua orang menundukkan kepala mereka saat melihat kedatangannya.

"Selamat datang Pak."

Alea terpaku, saat atensinya tertuju pada Presdir baru itu. Kedua matanya tidak berkedip. "Di-dia kan ..."

Presdir baru itu juga menghentikan langkahnya saat melihat Alea.

Irana

TBC

| 42
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Agus Jr.
cerita yg menarik kk
goodnovel comment avatar
Mutaharotin Rotin
suka ceritanya ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Kau Selingkuhi Aku, Kugapai Pamanmu   Bab 188. Arkan Cemburu

    Ghea menoleh perlahan. Matanya masih berkabut, tapi ada sorot ragu yang mengintip di baliknya. Undangan itu bukan sekadar ajakan, ia tahu. Gala dinner yang Martin sebut bukan cuma perjamuan bisnis — melainkan panggung sosial tempat gengsi dan sejarah bergesekan.“Kamu serius?” ucapnya pelan. “Di acara sebesar itu?”Martin mengangguk. “Aku butuh seseorang yang bisa kupercaya berdiri di sampingku. Bukan sebagai pasangan. Tapi sebagai... seseorang yang nggak akan menjatuhkan aku di depan orang-orang penting.”Ghea mengangkat alisnya. “Kamu yakin aku nggak akan menjatuhkan kamu?”“Satu-satunya orang yang bisa menghancurkan aku... ya kamu.” Martin tersenyum miris. “Tapi kamu juga orang yang bisa bikin aku kelihatan lebih manusiawi.”Ghea menunduk. Hatinya berputar-putar, membandingkan luka pagi ini dengan tawaran malam ini. Satu sisi ingin menjauh, sisi lain penasaran , apa maksud tersembunyi di balik ajakan itu?“Aku pikir-pikir dulu, Kak."Martin hanya mengangguk. “Aku akan kirim undanga

  • Kau Selingkuhi Aku, Kugapai Pamanmu   Bab 187. Ditolak Lagi

    Keesokan harinya… luka yang belum sembuh makin terasa perih. Pagi yang tenang berubah jadi awan kelabu begitu Ghea melangkah ke rumah Arkan. Ia membawa kotak bekal yang tadi malam ia siapkan dengan hati-hati, ayam teriyaki buatan sendiri, salad segar, dan brownies coklat favorit Arkan. Semuanya ditata cantik, diberi pita kecil di atas tutupnya.Tapi begitu sampai, suasana tidak seperti biasanya.Di ruang tamu, Ibunya Arkan, Mona, sedang menyiram tanaman saat melihat Ghea masuk. Tatapannya biasa saja, tapi bibirnya tampak mengatup lebih ketat dari biasanya.“Pagi, Tante,” sapa Ghea dengan senyum kecil.“Pagi,” jawab Mona datar. Tatapannya sempat melirik kotak bekal di tangan Ghea. “Bawa apa itu?”“Buat Mas Arkan… aku masak tadi malam,” jawab Ghea.Mona hanya mendengus pelan dan berjalan melewatinya. Ghea merasa ada sesuatu yang tidak beres, tapi ia mencoba tak ambil hati. Ia melangkah ke dapur dan meletakkan kotak itu di atas meja.Tak lama kemudian, Lula muncul. Lula menggodanya, tapi

  • Kau Selingkuhi Aku, Kugapai Pamanmu   Bab 186. Masih Cinta

    Ghea membeku di tempat. Kata-kata Martin barusan menamparnya pelan tapi telak. “Orang yang aku cintai”? Ia hampir tak percaya mendengar itu keluar dari mulut Martin. Setelah semua luka, setelah perceraian, setelah ia mencoba mati-matian melupakan dan merajut kisah baru bersama Arkan. Pria itu masih mengucapkan kata cinta?Ia menunduk, menatap tangan yang gemetar, mencoba menstabilkan napas yang mulai tak teratur. Suasana di food court kini kembali tenang, tapi dunia dalam hatinya justru ribut.“Sudah, Kak...” ucap Ghea pelan. “Jangan bilang hal-hal yang bikin aku makin muak!"Martin maju satu langkah, tapi tak menyentuhnya. Ia masih tahu batas. “Aku tahu ini egois. Tapi aku nggak bisa bohong, Ghe. Kamu satu-satunya wanita yang pernah aku cintai dengan cara yang paling dalam. Bahkan lebih dari saat aku mencintai Alea. Dan aku salah, karena dulu terlalu bodoh." Ghea mengatupkan bibirnya kuat-kuat. Ia tidak ingin menangis. Tidak di hadapan Martin. Tidak hari ini.“Aku udah memulai hidup

  • Kau Selingkuhi Aku, Kugapai Pamanmu   Bab 185. Kamu Harus Bahagia

    “Cukup!”Sebuah suara berat dan penuh wibawa membuat semua mata di food court itu sontak menoleh. Termasuk Ghea, yang terkejut melihat siapa pemilik suara itu.Martin.Mantan suaminya berdiri tak jauh dari meja tempat Ghea duduk. Matanya tajam mengarah ke Lula, ekspresi wajahnya datar tapi menyimpan amarah. Di sampingnya, dua pria berjas hitam tampak ikut berhenti, terlihat seperti rekan bisnis Martin yang sedang menemani.Martin melangkah cepat menghampiri meja Ghea dan Lula. Ia mengabaikan tatapan penasaran orang-orang di sekitar, mengabaikan para pelayan yang mencoba menenangkan suasana. Fokusnya hanya satu: Ghea.Lula mengedipkan mata, tertegun beberapa detik. Pria tinggi dan gagah itu berdiri tepat di hadapannya, dan aura dinginnya terasa menekan.“Siapa kamu?” tanya Lula agak ketus, meski suara gadis itu sedikit bergetar.“Bukan urusanmu siapa aku,” Martin menjawab dingin. “Tapi yang jelas, hanya orang bodoh yang akan bersikap tidak sopan pada wanita yang lebih tua darinya!"Lul

  • Kau Selingkuhi Aku, Kugapai Pamanmu   Bab 184. Drama

    Acara jalan-jalan ke resort terpaksa harus dibatalkan, karena Juno memilki masalah di kantornya. Alea mencoba mengerti masalah suaminya dan ia berdoa agar suaminya cepat menyelesaikan masalah itu.Kedua ibu muda saat ini tengah bersama ditempat baby spa, mereka membawa baby mereka untuk jalan-jalan di hari libur. Sekalian spa baby. Aldrich dan Michael terlihat menikmati baby spa di sana. Setelahnya, kedua bayi itu diajak ibu mereka ke sebuah restoran yang ada di dekat kantor Juno."Suamiku sangat sibuk, dia selalu lembur sekarang. Tapi Al, apa benar suamiku lembur? Atau jangan-jangan dia selingkuh dariku!"Giska heboh sendiri dan overthinking. Terkadang ia selalu overthinking berlebihan dan hanya Alea juga Adrian yang bisa menenangkan wanita ini."Tenang saja. Dia sudah bucin sama kamu, Giska. Dikasih sepuluh wanita saja dia tidak akan tergoda. Jangan ovt ...karena suamiku juga sekarang suka lembur. Mereka memang sibuk bekerja. Okeh?" ucap Alea yang berpikiran lebih tenang dari Giska,

  • Kau Selingkuhi Aku, Kugapai Pamanmu   Bab 183. Perjuangan Ghea

    Hari Minggu mereka berlanjut dengan penuh keceriaan. Setelah menonton film romantis, Alea dan Juno mengajak Aldrich jalan-jalan sore ke taman kecil di sekitar komplek. Cuaca begitu bersahabat, langit cerah, angin sejuk, dan aroma bunga kamboja dari taman tetangga ikut menyempurnakan suasana.Aldrich digendong Juno sambil sesekali berceloteh kecil, mencoba mengoceh dengan bahasa bayinya yang belum bisa dimengerti siapa pun kecuali mungkin oleh Alea. Ia tertawa saat Juno menggelitik perutnya, lalu menatap ibunya dengan mata bundar yang bening dan polos.“Anak kita kelihatan bahagia ya, Mas,” gumam Alea sambil mengusap kepala Aldrich.“Banget. Dia punya ibu secantik kamu, mana mungkin nggak bahagia. Dia gak boleh sedih." Alea tersipu, lalu memukul pelan dada Juno. “Gombal terus.”Mereka duduk di bangku taman, menikmati langit sore yang berwarna jingga. Sesekali pasangan lain lewat sambil membawa anak juga. Beberapa menyapa, beberapa hanya tersenyum.“Mas,” kata Alea pelan, “Hari-hari ka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status