Kenapa dia bisa melakukan hal sebodoh itu?
Apa yang membuatnya begitu ceroboh?
Pertanyaan itu terus berputar di kepala Alea ketika gadis itu di perjalanan pulang. Apalagi setelah pemilik klub yang menyewakan gigolo itu mengatakan bahwa semalam, pria yang seharusnya menemani Alea justru pergi ke kamar yang salah dan melayani tamu lain. Pemilik klub bahkan sudah mengembalikan uang Alea tanpa banyak penjelasan.
"Jadi, siapa pria itu?" gumam Alea, berusaha mengingat sosok pria yang tidur dengannya tadi malam. Wajahnya samar-samar terbayang dalam benaknya, "Tapi dia sangat tampan… dan hot juga," ucapnya pelan, merasakan debaran aneh di dada. Alea menggelengkan kepala cepat. "Dasar kamu sudah gila, Alea! Bukannya khawatir apakah dia benar-benar tidur denganmu atau tidak, kamu malah sibuk memikirkan ketampanannya," gerutunya, sambil memukul pelan kepalanya sendiri. Beberapa menit kemudian, Alea sampai di depan rumahnya, diantar tukang ojeg. Namun, alangkah terkejutnya dia saat matanya menangkap sosok Martin berdiri di depan pintu rumahnya, membawa setangkai mawar ungu—bunga kesukaannya. "Kamu ngapain ke sini?" tanyanya dingin, menatap pria itu dengan sorot mata tajam penuh kebencian. "Aku ke sini mau ketemu kamu, Sayang. Aku akan jelasin kejadian semalam," ucap Martin dengan kedua mata yang memohon pada Alea. "Tapi, kenapa kamu masih pakai pakaian yang semalam? Kamu nginep di mana?" tanya Martin seraya melihat ke arah Alea dari atas sampai ke bawah."Bukan urusanmu!" sahut Alea garang. Baju yang dikenakan wanita itu sama seperti yang dipakainya semalam. "Pergi dari sini!" usir Alea pada mantan kekasihnya ini tanpa banyak basa-basi.
"Tapi Sayang—" "Jangan panggil aku sayang lagi. Aku muak Martin." Alea terlihat emosi pada Martin. Setelah kejadian semalam yang meruntuhkan kepercayaan serta cintanya pada pria ini dan sahabatnya, Linda. Martin tidak menyerah, sampai Alea mau mendengarkannya. Dia memegang pergelangan tangan Alea dan menahan wanita yang akan membuka pintu rumah itu. "Aku khilaf, Sayang. Sungguh! Aku tidak bermaksud mengkhianati kamu." "Khilaf? Kalau khilaf kenapa kamu sampai keenakan gitu sama dia hah? Atau kamu mau bilang kalau dia godain kamu? Itu alasan yang basi, Martin." Wanita itu menepis tangan Martin dengan kasar. "Perselingkuhan itu akan terjadi kalau keduanya sama-sama mau. Dan kalian begitu. Kalian sama-sama mau." Dia kembali melanjutkan untuk membuka pintu rumahnya dengan kunci. Martin terdiam, usai mendengar kata-kata Alea. Mengartikan bahwa kata-kata Alea memang benar. Martin keenakan berhubungan dengan Linda. "Tapi aku cintanya sama kamu, Lea." "Bullshit, Martin. Kita udah putus dan aku harap, aku tidak akan pernah bertemu lagi dengan kamu. Meskipun bertemu, anggaplah kita tidak saling kenal. Jangan melihat apalagi menyapa. Karena aku jijik sama kamu!" Rasa kecewa Alea yang besar, membuat dia tidak bisa menerima pengkhianatan yang besar dari kekasih dan sahabatnya. Dia juga merasa bodoh, karena tidak menyadari hubungan mereka sebelumnya. Bodohnya lagi, kenapa dia harus bercerita banyak pada Linda tentang kekasihnya? Padahal sahabat adalah maut—dan dia tidak tahu. "Alea, aku mohon ..." pinta Martin yang sama sekali tidak mendapatkan respon lagi dari Alea. Sebab, wanita itu memilih masuk ke dalam rumahnya yang sederhana dan menutup pintunya dengan cepat. Sedangkan Martin masih ada di depan pintu rumahnya dan memegang bunga itu. "Aku akan tunggu kamu di sini sampai kamu mau bicara sama aku, Lea." Alea berdecak malas, dia tidak menanggapi Martin dan lebih memilih melangkah pergi ke kamarnya. Dia harus segera berganti pakaian dan mulai bekerja di perusahaan tempatnya dimutasi, hari ini. Setelah mandi kilat, memakai pakaian dan make up tipis di wajahnya, Alea melangkah keluar dari rumahnya. Sudah dia duga, Martin tidak akan benar-benar menunggunya, dan hanya tersisa seonggok bunga, juga secarik kertas di sana."Aku akan jelaskan semuanya sayang. Please forgive me. Sampai bertemu nanti malam."
Alea berdecih setelah melihat yang tertulis di atas kertas tersebut. "Bullshit!" Dia pun membuang bunga beserta catatan murahan itu ke tong sampah. "Bahkan demi dia aku rela dimutasi ke sini! Tapi, aku justru menemukannya berselingkuh... benar-benar menjijikkan!"Ya, semua yang dialami Alea sungguh ironis. Dia rela dimutasi jauh dari kota asalnya, demi Martin. Namun, karena sudah terlanjut menandatangani kontrak, Alea pun tidak punya pilihan selain untuk tetap bekerja.
Menggunakan ojek, Alea tiba di perusahaannya yang baru."Halo semua."
Alea menyapa semua orang, tapi mereka malah menatapnya dengan bingung. Namun, tidak dengan seorang pria paruh baya yang memakai kacamata bulat. Dia menghampiri Alea dengan senyuman hangat dibibirnya. "Pak Gunawan?" "Bu Alea. Selamat datang!" ucap pria bernama Gunawan itu menyapa Alea dengan sopan. "Panggil saja saya Alea, Pak." "Meskipun kamu lebih muda dari saya, tapi kamu adalah ketua tim desain yang baru dan harus saya hormati," jelas pak Gunawan yang sontak saja membuat semua orang yang berada diruangan itu terkejut mendengarnya. Alea memperkenalkan dirinya dengan baik, dia tersenyum manis. Alea mendapatkan sambutan yang baik dari semua orang. Beberapa dari mereka kagum pada Alea yang usianya masih muda, tapi sudah dipercaya menjadi ketua tim desain. "Pak Gunawan .... pak Presdir yang baru sudah datang!" Seorang pria berseru dan membuat semua orang yang ada di sana terkejut mendengarnya. "Pak presdir yang baru?" gumam Alea bingung. Dia juga baru di sini, tapi apa maksudnya kalau pak presdir yang baru sudah datang? Setelah mendengar percakapan beberapa karyawan, akhirnya Alea mengerti kalau ada CEO baru yang dipercaya untuk mengelola perusahaan ini dan baru pindah dari Amerika. Kini semua karyawan berkumpul di depan pintu masuk untuk menyambutnya. Termasuk Alea, sebagai ketua tim yang baru. Seorang pria bertubuh tinggi dan berwajah tampan terlihat keluar dari mobil mewah yang diikuti oleh dua orang pria berpakaian rapi yang di belakangnya. Semua orang menundukkan kepala mereka saat melihat kedatangannya. "Selamat datang Pak." Alea terpaku, saat atensinya tertuju pada Presdir baru itu. Kedua matanya tidak berkedip. "Di-dia kan ..." Presdir baru itu juga menghentikan langkahnya saat melihat Alea.TBC
Setelah menikmati waktu libur yang kurang dari sehari itu. Juno dan Alea kembali bekerja seperti biasanya. Tentu saja dalam hal pekerjaan, mereka sangat profesional. Tidak mencampurkan antara urusan pribadi dan pekerjaan.Sebagai ketua tim yang kompeten, Alea juga menunjukkan kemampuannya. Bukan hanya sekedar nama 'calon istri Juno'. Tapi Alea benar-benar memiliki kemampuan itu.Hari ini Alea ada rapat bersama dengan anggota timnya. Mereka rapat diluar kantor, karena salah satu anggota yang mengusulkannya. Alea setuju-setuju saja, sekalian mencari suasana baru."Sayang. Kamu makan siang di mana? Aku ke ruanganmu, kamu nggak ada?" Itulah isi pesan dari Juno yang baru saja dibaca oleh Alea.Baru saja Alea akan mengetikkan pesan balasan, tapi seseorang sudah membekapnya dari belakang. Alea pun kehilangan kesadarannya. Orang misterius itu memasukkan Alea ke dalam koper."Bu Alea kemana ya? Kenapa dia lama sekali di toilet?" tanya Shana bingung. Dia belum melihat Alea dari tadi."Iya juga
Martin menghampiri istrinya yang sedang duduk di atas ranjang dan memeluknya, seolah lelaki itu memang peduli dan menyayanginya. Begitu membaca pesan dari Ghea, ia langsung pergi ke kapal pesiar ini."Maaf aku baru datang, Sayang."Nada bicara Martin begitu lembut pada istrinya, tidak seperti biasanya yang selalu ketus dan sinis. Bahkan Ghea bisa merasakan kebencian lelaki itu karena pernikahan mereka yang terpaksa ini."Dari mana saja kamu, Martin? Kenapa kamu baru datang?" Rosaline menatap cucu laki-lakinya dengan tajam dan nada bicaranya juga terdengar tegas. Cucu laki-lakinya ini memang selalu membuat ulah, bahkan sampai membuat murka Juno."Aku ada urusan pekerjaan, Oma.""Jangan bohong. Urusan pekerjaan apa yang membuatmu sampai menghilang semalaman? Perasaan ... Wakil manager keuangan tidak sesibuk itu?" sindir Rosaline pada cucunya itu. Kedua tangannya menyilang di dada."Aku benar-benar sibuk, Oma." "Kalaupun benar kamu sibuk. Kamu jangan sampai mengabaikan istrimu, dong. Di
Memang pada dasarnya orang kaya. Mudah sekali Juno membeli kapal pesiar seperti membeli permen saja. Alea sampai geleng-geleng kepala dan memarahi kekasihnya itu."Kenapa sih uncle harus buang-buang uang begitu? Sayang uangnya dipake beli kapal pesiar! Ya ampun. Apa uncle kira kapal pesiar harganya cuma seribuan?"Mendengar Alea mengomel, bukannya merasa terganggu. Tapi Juno malah senyum-senyum dan setia mendengarkannya."Uncle. Kenapa uncle malah senyum-senyum kayak gitu? Om dengerin aku gak sih? Aku tuh lagi—"CupSeketika Alea bungkam, kala bibir Juno mengecup bibirnya. "Uncle!""Kamu menggemaskan kalau lagi marah dan ngomel-ngomel. Suara kamu merdu banget, sampe aku pengen cium kamu," ucap Juno gemas sambil mengusap bibir merah Alea yang alami.Hati Alea tersentuh mendengar gombalan lelaki itu. Pipinya memerah dan ia memalingkan wajah dari Juno. "Aku ngantuk. Mau tidur.""Oke, calon istriku.""Hem.""Jawab dulu sayang." Pinta Juno."Jangan macam-macam deh, Uncle."Juno tersenyum m
"Aku ingin kamu memakai cincin ini."Suasana yang tadinya sedang romantis, malah menjadi aneh karena kata-kata Juno yang ambigu. Rosaline sampai menepuk jidatnya sendiri, karena malu dengan kelakuan Juno. Sedangkan Alea, keningnya langsung berkerut bingung."Bibi, putramu benar-benar ..." James menahan tawa dan geleng-geleng kepala melihat Juno seperti itu."Dia memang mirip ayahnya. Sama sekali tidak romantis. Astaga. Seharusnya dulu saat aku mengandungnya, aku minta dia mirip aku saja, bukan mirip mendiang suamiku," gerutu Rosaline sambil berkacak pinggang. Teringat mantan suaminya juga yang dingin dan kaku seperti Juno.Adrian juga merasa malu, ia sudah mengajarkan trik dan teori romantis pada Juno. Tapi rupanya Juno tidak mengaplikasikan semua itu. Tidak ada gunanya menonton drama romantis."Juno! Lakukan yang benar, Nak! Ingat yang sudah Mama ajarkan! Anak bodoh!" teriak Rosaline yang seketika membuat Juno tersadar dari lamunannya sendiri.Lelaki dewasa itu mendadak ngeblank saat
Gadis cantik yang memakai piyama tidur dan cantiknya natural itu, terlihat terpana melihat apa yang ada dihadapannya saat ini. Lampu dikapal pesiar itu menyala dengan indah, berkelap-kelip. Lampu itu bertuliskan. "Happy Birthday My Golden Night."Belum sempat ia sadar dari keterkejutannya, ia dibuat semakin terkejut, kala orang-orang yang dikenal dengannya, muncul sambil tersenyum ke arahnya. Mereka ada di lantai dua kapal pesiar itu."3 ... 2 ... 1 ... Happy Birthday Alea!" Ghea, Giska, Adrian, Juno, Maya, James, bahkan Rosaline ada di sana untuk hadir di acara ulang tahun Alea ini.Tepat saat jam 12 malam, mereka mengucapkan selamat ulang tahun pada Alea. Ditambah, Juno membawa kue ulang tahun dan berjalan ke arah kekasihnya itu. Mereka semua, kompak memakai piyama tidur sama seperti Alea."Kalian ..." Mata Alea berbinar-binar, ia terharu melihat kejutan yang disiapkan untuknya. Ternyata, Giska juga terlibat dalam semua ini dan gadis itu yang menghubunginya, hingga ia datang kemari.
"Kalau ngomong tuh yang serius, miss cerewet!"Miss cerewet adalah nama panggilan alias julukan khusus dari Adrian untuk Giska. Nama itu yang menurutnya lebih sopan dari kata 'sinting'"Aku gak pernah gak serius pak kulkas."Gadis itu malah mengedipkan sebelah matanya dengan genit pada Adrian.Jelas saja hal itu membuat Adrian menggeleng-gelengkan kepalanya. "Siapa yang mau jadian sama kamu? Kenapa kamu bicara seperti itu sama bu Alea?" tanya Adrian sambil memojokkan Giska di tembok.Giska malah senyum-senyum dipojokkan dan ditatap tajam seperti itu oleh Adrian. Tidak ada takut-takutnya sama sekali."Gadis ini. Kenapa dia gak ada takut-takutnya lagi sama aku? Malah kayak nantangin," kata Adrian dalam hatinya."Hey, kenapa malah diem aja? Jawab saya," titah Adrian tegas."Hehe, maaf. Aku salfok lihat pak Kulkas yamg ganteng. Jadi nggak denger deh tadi ngomong apa," celetuk Giska sambil nyengir."Kamu ... ngapain ngomong jadian segala sama bu Alea? Memang siapa yang mau jadian sama kamu?