Share

Bab 2. Anu oleh gigolo

Author: Irana
last update Huling Na-update: 2025-03-19 13:29:43

"Kamu masih virgin?" Seketika rasa panas, gairah dan nafsu yang semula membuncah itu langsung hilang dalam sekejap.

Sebelumnya, Juno berpikir sikap Alea yang agresif, seperti orang yang sudah pro melakukan hubungan intim. Tetapi, yang dia temui justru hal sebaliknya. Sadar dirinya bisa jadi menodai seorang gadis suci, apalagi kondisi gadis itu mabuk berat, Juno langsung mengurungkan niatnya.

"Ayo Om. Sentuh aku lagi." Alea yang kehilangan sensasi dari sentuhan itu protes. "Om, ayo...."

"Saya tidak bisa melanjutkannya." Pria itu berkata sambil mengambil pakaiannya yang tergeletak di lantai. Dia memakai pakaiannya kembali dan mulai mengancingkan kemejanya satu persatu.

Alea menatap Juno dengan sorot mata penuh kebingungan. Nafasnya masih memburu, dadanya naik turun dengan cepat, namun kini ada sedikit ketakutan di sana. Dia tidak mengerti mengapa pria itu tiba-tiba berhenti, padahal tadi Juno terlihat begitu menginginkannya.

"Kenapa, Om? Aku mau ini. Aku sudah siap," suara Alea terdengar sedikit bergetar, namun masih dipenuhi keinginan.

Juno menghela napas berat, menatap gadis itu yang masih terbaring di bawahnya. Cahaya lampu kamar menerangi kulitnya yang berkilauan oleh keringat, membuatnya terlihat begitu menggoda. Tapi bukan itu masalahnya. Bukan tentang godaan atau keinginan yang sempat membakar dirinya. Ini tentang kesalahan yang hampir saja ia lakukan.

"Kamu tidak mengerti. Saya tidak bisa," kata Juno lirih, tangannya masih sibuk mengancingkan kemejanya. Dia tidak berani menatap gadis itu terlalu lama, takut keinginannya kembali menguasai akal sehatnya.

Alea bangkit, mendekati Juno yang sudah hampir selesai berpakaian. Dengan mata berbinar, dia memeluk pria itu dari belakang dengan manja, menempelkan tubuhnya yang masih polos pada punggungnya yang hangat. "Kenapa tidak? Aku ingin Om. Aku ingin merasakan semuanya bersamamu."

Juno memejamkan mata, mencoba menenangkan diri. Dia tahu, jika dia tidak segera pergi dari sini, dia mungkin akan kehilangan kendali lagi. Dengan lembut, dia melepaskan pelukan Alea dan menatap gadis itu dalam-dalam.

"Kamu harus menyerahkan milikmu yang berharga pada seseorang yang berhak mendapatkannya," katanya sebelum berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan Alea yang masih terpaku dengan kekecewaan di matanya.

"Om! Tunggu, jangan pergi, Om." Alea berteriak dan mencoba mencegah agar Juno tidak pergi.

"Kamu masih kecil. Masa depanmu masih panjang."

"Bodo amat! Aku sudah bayar dimuka untuk Om. Itu gajiku sebulan! Om harus tetap di sini dan menemaniku," ucap Alea dalam keadaan setengah sadar karena pengaruh alkohol.

"Apa?" Pria itu terlihat bingung dengan apa yang dikatakan oleh Alea. Apa maksudnya dia sudah bayar dimuka?

"Om harus tetap di sini. Atau aku akan rugi. Seenggaknya Om harus hibur aku. Malam ini pacar aku selingkuh Om. Dia selingkuh sama sahabatku. Apa Om tega ninggalin aku sendirian?"

Juno menghela napas, menatap gadis mabuk di depannya dengan perasaan campur aduk. "Dengar, bocah. Saya nggak bisa tetap di sini."

Alea tertawa miris. "Aku bayar mahal buat ini, dan Om nggak boleh pergi sebelum aku bilang boleh!"

Juno semakin bingung. "Kamu bayar untuk apa?"

"Apa lagi? Buat ditemani, lah. Aku cuma pengen ngobrol, Om. Aku nggak mau sendirian." Suaranya melemah, nyaris seperti bisikan.

Juno mengusap wajahnya dengan frustasi. Dia hanya datang untuk sekadar bekerja, bukan terjebak dalam drama seorang gadis mabuk yang patah hati. Tapi tatapan mata Alea begitu menyedihkan, penuh luka yang dalam.

"Om..." Alea menarik napas, lalu mendongak menatapnya. "Kalau Om pergi, aku bakal benar-benar sendirian."

Juno terdiam sejenak sebelum akhirnya mengambil keputusan. Dengan gerakan tenang, ia merogoh saku jasnya, mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan ribu.

"Saya cuma punya uang tunai segini. Semoga ini cukup untuk mengganti kerugianmu."

Ia meletakkan uang itu di atas ranjang, lalu tanpa menunggu respons, melangkah pergi, meninggalkan Alea seorang diri. Ia harus tetap tegas—tidak boleh membiarkan dirinya terjerumus dalam kesalahan fatal.

Begitu keluar dari kamar, suara seseorang menyapanya dengan nada penuh godaan yang membuatnya terkejut.

"Juno! Ngapain lo di sini, hah?"

Seorang pria berdiri di dekatnya, menatapnya dengan ekspresi geli. Sedangkan Juno, terlihat cuek pada pria ini. Dia merasa risih.

"Lo booking cewek?" lanjutnya, terkekeh. "Gila, gue nggak nyangka. Akhirnya pohon tua ribuan tahun berbuah juga, ya?"

"Seorang Juno William ... datang ke tempat ini dan booking cewek?" katanya tidak percaya. Sebab dia tahu kalau Juno adalah orang yang tidak akan mungkin datang kemari. Apalagi berdekatan dengan wanita. Sikap dingin, wajah datarnya, membuat wanita yang berusaha untuk mendekat padanya menjadi ketakutan. Padahal wajahnya sangat tampan.

"Cewek lo mana Jun?"

Pria itu mengedipkan sebelah mata, sementara Juno hanya menghela napas, berusaha mengabaikannya. Juno melangkah pergi dari sana dengan cuek, tanpa bicara sepatah kata pun.

"Woy! Juno, tunggu gua."

Dia hendak menyusul Juno, tapi sayangnya salah seorang temannya menahan pria itu dan mengajaknya pergi ke tempat lain. Di sisi lain, Juno sudah berada di dalam mobilnya.

"Anak zaman sekarang. Memang benar-benar nakal. Patah hati langsung pergi ke klub malam. Untung saja aku tidak melanjutkannya, kalau tidak ... aku akan sangat menyesal sudah memerawani seorang gadis," gerutu Juno yang merasa bahwa keputusannya itu sudah tepat dengan meninggalkan Alea di dalam kamar itu dan menghentikan apa yang akan dia lakukan sebelumnya.

Pagi harinya, Alea terbangun di atas tempat tidur dalam keadaan kacau. Kepalanya terasa berat, bahkan untuk membuka mata pun ia kesulitan. "Ya ampun... Aku di mana?" gumamnya lirih sambil memegang kepalanya yang berdenyut nyeri. Dia melirik ke sekeliling dan menyadari bahwa tempat itu asing baginya.

"Ini bukan kamarku... Lalu, ini di mana?" bisiknya dengan ragu.

Tiba-tiba, dia merasakan hawa dingin menusuk kulitnya. Saat melihat ke bawah, jantungnya berdegup kencang.

"Ah! Astaga! Apa yang terjadi? Kenapa aku seperti ini?" serunya panik, menyadari bahwa dirinya tidak berpakaian. "A-aku kenapa?"

Wanita itu meremat rambut panjangnya dengan frustasi. Terlebih lagi saat dia melihat beberapa tanda kemerahan ditubuhnya itu. Sialnya, dia belum ingat kejadian semalam.

"Alea tenang ... coba kamu ingat-ingat apa yang terjadi semalam. Coba ingat!" ujar Alea pada dirinya sendiri, berusaha untuk menekan rasa panik di hatinya dan mengingat apa yang terjadi semalam.

Perlahan-lahan muncul ingatan di kepalanya. "Pertama-tama ... aku melihat Martin dan Linda bersama. Aku sakit hati, aku pergi ke klub malam dan ..."

Alea menjeda kalimatnya di sana saat dia menyadari, sesuatu fatal yang mungkin sudah dia lakukan.

"ASTAGA! SEMALAM AKU DIANUIN SAMA GIGOLO!" jerit Alea panik.

TBC

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
Prihatini Setiawati
aku baru baca novel ini salam knl
goodnovel comment avatar
Mutaharotin Rotin
......... aduuh alea lupa ya
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Kau Selingkuhi Aku, Kugapai Pamanmu   Bab 186. Masih Cinta

    Ghea membeku di tempat. Kata-kata Martin barusan menamparnya pelan tapi telak. “Orang yang aku cintai”? Ia hampir tak percaya mendengar itu keluar dari mulut Martin. Setelah semua luka, setelah perceraian, setelah ia mencoba mati-matian melupakan dan merajut kisah baru bersama Arkan. Pria itu masih mengucapkan kata cinta?Ia menunduk, menatap tangan yang gemetar, mencoba menstabilkan napas yang mulai tak teratur. Suasana di food court kini kembali tenang, tapi dunia dalam hatinya justru ribut.“Sudah, Kak...” ucap Ghea pelan. “Jangan bilang hal-hal yang bikin aku makin muak!"Martin maju satu langkah, tapi tak menyentuhnya. Ia masih tahu batas. “Aku tahu ini egois. Tapi aku nggak bisa bohong, Ghe. Kamu satu-satunya wanita yang pernah aku cintai dengan cara yang paling dalam. Bahkan lebih dari saat aku mencintai Alea. Dan aku salah, karena dulu terlalu bodoh." Ghea mengatupkan bibirnya kuat-kuat. Ia tidak ingin menangis. Tidak di hadapan Martin. Tidak hari ini.“Aku udah memulai hidup

  • Kau Selingkuhi Aku, Kugapai Pamanmu   Bab 185. Kamu Harus Bahagia

    “Cukup!”Sebuah suara berat dan penuh wibawa membuat semua mata di food court itu sontak menoleh. Termasuk Ghea, yang terkejut melihat siapa pemilik suara itu.Martin.Mantan suaminya berdiri tak jauh dari meja tempat Ghea duduk. Matanya tajam mengarah ke Lula, ekspresi wajahnya datar tapi menyimpan amarah. Di sampingnya, dua pria berjas hitam tampak ikut berhenti, terlihat seperti rekan bisnis Martin yang sedang menemani.Martin melangkah cepat menghampiri meja Ghea dan Lula. Ia mengabaikan tatapan penasaran orang-orang di sekitar, mengabaikan para pelayan yang mencoba menenangkan suasana. Fokusnya hanya satu: Ghea.Lula mengedipkan mata, tertegun beberapa detik. Pria tinggi dan gagah itu berdiri tepat di hadapannya, dan aura dinginnya terasa menekan.“Siapa kamu?” tanya Lula agak ketus, meski suara gadis itu sedikit bergetar.“Bukan urusanmu siapa aku,” Martin menjawab dingin. “Tapi yang jelas, hanya orang bodoh yang akan bersikap tidak sopan pada wanita yang lebih tua darinya!"Lul

  • Kau Selingkuhi Aku, Kugapai Pamanmu   Bab 184. Drama

    Acara jalan-jalan ke resort terpaksa harus dibatalkan, karena Juno memilki masalah di kantornya. Alea mencoba mengerti masalah suaminya dan ia berdoa agar suaminya cepat menyelesaikan masalah itu.Kedua ibu muda saat ini tengah bersama ditempat baby spa, mereka membawa baby mereka untuk jalan-jalan di hari libur. Sekalian spa baby. Aldrich dan Michael terlihat menikmati baby spa di sana. Setelahnya, kedua bayi itu diajak ibu mereka ke sebuah restoran yang ada di dekat kantor Juno."Suamiku sangat sibuk, dia selalu lembur sekarang. Tapi Al, apa benar suamiku lembur? Atau jangan-jangan dia selingkuh dariku!"Giska heboh sendiri dan overthinking. Terkadang ia selalu overthinking berlebihan dan hanya Alea juga Adrian yang bisa menenangkan wanita ini."Tenang saja. Dia sudah bucin sama kamu, Giska. Dikasih sepuluh wanita saja dia tidak akan tergoda. Jangan ovt ...karena suamiku juga sekarang suka lembur. Mereka memang sibuk bekerja. Okeh?" ucap Alea yang berpikiran lebih tenang dari Giska,

  • Kau Selingkuhi Aku, Kugapai Pamanmu   Bab 183. Perjuangan Ghea

    Hari Minggu mereka berlanjut dengan penuh keceriaan. Setelah menonton film romantis, Alea dan Juno mengajak Aldrich jalan-jalan sore ke taman kecil di sekitar komplek. Cuaca begitu bersahabat, langit cerah, angin sejuk, dan aroma bunga kamboja dari taman tetangga ikut menyempurnakan suasana.Aldrich digendong Juno sambil sesekali berceloteh kecil, mencoba mengoceh dengan bahasa bayinya yang belum bisa dimengerti siapa pun kecuali mungkin oleh Alea. Ia tertawa saat Juno menggelitik perutnya, lalu menatap ibunya dengan mata bundar yang bening dan polos.“Anak kita kelihatan bahagia ya, Mas,” gumam Alea sambil mengusap kepala Aldrich.“Banget. Dia punya ibu secantik kamu, mana mungkin nggak bahagia. Dia gak boleh sedih." Alea tersipu, lalu memukul pelan dada Juno. “Gombal terus.”Mereka duduk di bangku taman, menikmati langit sore yang berwarna jingga. Sesekali pasangan lain lewat sambil membawa anak juga. Beberapa menyapa, beberapa hanya tersenyum.“Mas,” kata Alea pelan, “Hari-hari ka

  • Kau Selingkuhi Aku, Kugapai Pamanmu   Bab 182. Setelah Malam Panas

    Beberapa jam kemudian.Alea terbaring dengan tubuh lelah, namun senyuman manis tak henti-hentinya menghiasi wajahnya. Rambutnya berantakan, wajahnya sedikit kemerahan. Ia menoleh pelan ke arah Juno yang juga terbaring di sampingnya, masih memeluk tubuhnya dengan erat, seolah tak ingin melepaskannya sedetik pun.Juno menyibak beberapa helai rambut Alea yang menutupi wajahnya, lalu mengecup lembut kening sang istri.“Terima kasih untuk malam ini, Sayang,” bisiknya lirih. “Kamu tahu? Aku benar-benar merasa seperti pria paling beruntung di dunia.”Alea menatap suaminya dengan mata berbinar. “Terima kasih juga, Mas… udah mau... menerima aku kembali, dan… mencintaiku tanpa syarat.”Mereka kembali saling berpelukan dalam keheningan malam yang hangat.***Keesokan paginya, sinar matahari menerobos tirai jendela kamar mereka. Juno sudah lebih dulu bangun. Ia mengenakan celana training dan kaus oblong, lalu dengan cekatan masuk ke dapur dan mulai memasak. Tangannya lincah menyiapkan roti pangga

  • Kau Selingkuhi Aku, Kugapai Pamanmu   Bab 181. Turn On (21+)

    "Mas, kenapa diam aja? Mau nggak?" tanya Alea kepada suaminya yang berdiri mematung di ambang pintu kamar. Menyaksikan dirinya dalam penampilan yang menantang. Bisa ia pastikan kalau suaminya itu tergoda.Juno masih berdiri di sana dengan kedua mata tak berkedip, ia terpana melihat istrinya yang sangat-sangat cantik. Lingerie berwarna hitam, yang menunjukkan lekuk tubuhnya, sangat kontras dengan kulitnya yang putih bersih. Rambutnya yang berwarna kecoklatan, membuat Juno selalu tergila-gila.Setelah lahiran, wajah dan penampilan Alea, tidak seperti ibu-ibu lain yang mungkin kesulitan mengurus diri. Melainkan seperti anak muda yang terlahir kembali. Cantiknya berkali-kali lipat, terutama di mata Juno.'Shit. Melihatnya seperti ini saja, aku sudah tegang. Matilah aku' Juno mengumpat dalam hati. Bagian bawahnya menegang, hanya dengan melihat istrinya."Mas. Sini?" Goda Alea seraya mengedipkan sebelah matanya dan tersenyum nakal.Benar, wanita ini menggodanya. Jelas dari gerak-geriknya it

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status