"Kamu masih virgin?" Seketika rasa panas, gairah dan nafsu yang semula membuncah itu langsung hilang dalam sekejap.
Sebelumnya, Juno berpikir sikap Alea yang agresif, seperti orang yang sudah pro melakukan hubungan intim. Tetapi, yang dia temui justru hal sebaliknya. Sadar dirinya bisa jadi menodai seorang gadis suci, apalagi kondisi gadis itu mabuk berat, Juno langsung mengurungkan niatnya. "Ayo Om. Sentuh aku lagi." Alea yang kehilangan sensasi dari sentuhan itu protes. "Om, ayo...." "Saya tidak bisa melanjutkannya." Pria itu berkata sambil mengambil pakaiannya yang tergeletak di lantai. Dia memakai pakaiannya kembali dan mulai mengancingkan kemejanya satu persatu. Alea menatap Juno dengan sorot mata penuh kebingungan. Nafasnya masih memburu, dadanya naik turun dengan cepat, namun kini ada sedikit ketakutan di sana. Dia tidak mengerti mengapa pria itu tiba-tiba berhenti, padahal tadi Juno terlihat begitu menginginkannya. "Kenapa, Om? Aku mau ini. Aku sudah siap," suara Alea terdengar sedikit bergetar, namun masih dipenuhi keinginan. Juno menghela napas berat, menatap gadis itu yang masih terbaring di bawahnya. Cahaya lampu kamar menerangi kulitnya yang berkilauan oleh keringat, membuatnya terlihat begitu menggoda. Tapi bukan itu masalahnya. Bukan tentang godaan atau keinginan yang sempat membakar dirinya. Ini tentang kesalahan yang hampir saja ia lakukan. "Kamu tidak mengerti. Saya tidak bisa," kata Juno lirih, tangannya masih sibuk mengancingkan kemejanya. Dia tidak berani menatap gadis itu terlalu lama, takut keinginannya kembali menguasai akal sehatnya. Alea bangkit, mendekati Juno yang sudah hampir selesai berpakaian. Dengan mata berbinar, dia memeluk pria itu dari belakang dengan manja, menempelkan tubuhnya yang masih polos pada punggungnya yang hangat. "Kenapa tidak? Aku ingin Om. Aku ingin merasakan semuanya bersamamu." Juno memejamkan mata, mencoba menenangkan diri. Dia tahu, jika dia tidak segera pergi dari sini, dia mungkin akan kehilangan kendali lagi. Dengan lembut, dia melepaskan pelukan Alea dan menatap gadis itu dalam-dalam. "Kamu harus menyerahkan milikmu yang berharga pada seseorang yang berhak mendapatkannya," katanya sebelum berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan Alea yang masih terpaku dengan kekecewaan di matanya. "Om! Tunggu, jangan pergi, Om." Alea berteriak dan mencoba mencegah agar Juno tidak pergi. "Kamu masih kecil. Masa depanmu masih panjang." "Bodo amat! Aku sudah bayar dimuka untuk Om. Itu gajiku sebulan! Om harus tetap di sini dan menemaniku," ucap Alea dalam keadaan setengah sadar karena pengaruh alkohol. "Apa?" Pria itu terlihat bingung dengan apa yang dikatakan oleh Alea. Apa maksudnya dia sudah bayar dimuka? "Om harus tetap di sini. Atau aku akan rugi. Seenggaknya Om harus hibur aku. Malam ini pacar aku selingkuh Om. Dia selingkuh sama sahabatku. Apa Om tega ninggalin aku sendirian?" Juno menghela napas, menatap gadis mabuk di depannya dengan perasaan campur aduk. "Dengar, bocah. Saya nggak bisa tetap di sini." Alea tertawa miris. "Aku bayar mahal buat ini, dan Om nggak boleh pergi sebelum aku bilang boleh!" Juno semakin bingung. "Kamu bayar untuk apa?" "Apa lagi? Buat ditemani, lah. Aku cuma pengen ngobrol, Om. Aku nggak mau sendirian." Suaranya melemah, nyaris seperti bisikan. Juno mengusap wajahnya dengan frustasi. Dia hanya datang untuk sekadar bekerja, bukan terjebak dalam drama seorang gadis mabuk yang patah hati. Tapi tatapan mata Alea begitu menyedihkan, penuh luka yang dalam. "Om..." Alea menarik napas, lalu mendongak menatapnya. "Kalau Om pergi, aku bakal benar-benar sendirian." Juno terdiam sejenak sebelum akhirnya mengambil keputusan. Dengan gerakan tenang, ia merogoh saku jasnya, mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan ribu. "Saya cuma punya uang tunai segini. Semoga ini cukup untuk mengganti kerugianmu." Ia meletakkan uang itu di atas ranjang, lalu tanpa menunggu respons, melangkah pergi, meninggalkan Alea seorang diri. Ia harus tetap tegas—tidak boleh membiarkan dirinya terjerumus dalam kesalahan fatal. Begitu keluar dari kamar, suara seseorang menyapanya dengan nada penuh godaan yang membuatnya terkejut. "Juno! Ngapain lo di sini, hah?" Seorang pria berdiri di dekatnya, menatapnya dengan ekspresi geli. Sedangkan Juno, terlihat cuek pada pria ini. Dia merasa risih. "Lo booking cewek?" lanjutnya, terkekeh. "Gila, gue nggak nyangka. Akhirnya pohon tua ribuan tahun berbuah juga, ya?" "Seorang Juno William ... datang ke tempat ini dan booking cewek?" katanya tidak percaya. Sebab dia tahu kalau Juno adalah orang yang tidak akan mungkin datang kemari. Apalagi berdekatan dengan wanita. Sikap dingin, wajah datarnya, membuat wanita yang berusaha untuk mendekat padanya menjadi ketakutan. Padahal wajahnya sangat tampan. "Cewek lo mana Jun?" Pria itu mengedipkan sebelah mata, sementara Juno hanya menghela napas, berusaha mengabaikannya. Juno melangkah pergi dari sana dengan cuek, tanpa bicara sepatah kata pun. "Woy! Juno, tunggu gua." Dia hendak menyusul Juno, tapi sayangnya salah seorang temannya menahan pria itu dan mengajaknya pergi ke tempat lain. Di sisi lain, Juno sudah berada di dalam mobilnya. "Anak zaman sekarang. Memang benar-benar nakal. Patah hati langsung pergi ke klub malam. Untung saja aku tidak melanjutkannya, kalau tidak ... aku akan sangat menyesal sudah memerawani seorang gadis," gerutu Juno yang merasa bahwa keputusannya itu sudah tepat dengan meninggalkan Alea di dalam kamar itu dan menghentikan apa yang akan dia lakukan sebelumnya. Pagi harinya, Alea terbangun di atas tempat tidur dalam keadaan kacau. Kepalanya terasa berat, bahkan untuk membuka mata pun ia kesulitan. "Ya ampun... Aku di mana?" gumamnya lirih sambil memegang kepalanya yang berdenyut nyeri. Dia melirik ke sekeliling dan menyadari bahwa tempat itu asing baginya. "Ini bukan kamarku... Lalu, ini di mana?" bisiknya dengan ragu. Tiba-tiba, dia merasakan hawa dingin menusuk kulitnya. Saat melihat ke bawah, jantungnya berdegup kencang. "Ah! Astaga! Apa yang terjadi? Kenapa aku seperti ini?" serunya panik, menyadari bahwa dirinya tidak berpakaian. "A-aku kenapa?" Wanita itu meremat rambut panjangnya dengan frustasi. Terlebih lagi saat dia melihat beberapa tanda kemerahan ditubuhnya itu. Sialnya, dia belum ingat kejadian semalam. "Alea tenang ... coba kamu ingat-ingat apa yang terjadi semalam. Coba ingat!" ujar Alea pada dirinya sendiri, berusaha untuk menekan rasa panik di hatinya dan mengingat apa yang terjadi semalam. Perlahan-lahan muncul ingatan di kepalanya. "Pertama-tama ... aku melihat Martin dan Linda bersama. Aku sakit hati, aku pergi ke klub malam dan ..." Alea menjeda kalimatnya di sana saat dia menyadari, sesuatu fatal yang mungkin sudah dia lakukan. "ASTAGA! SEMALAM AKU DIANUIN SAMA GIGOLO!" jerit Alea panik. TBCSesampainya di rumah sakit, Alea langsung dilarikan ke ruang UGD. Denyut nadinya lemah dan wajahnya sangat pucat seperti kehabisan darah. Disisi lain, Juno meninggalkan semua pekerjaannya untuk menemani Alea di sana. Adrian yang menghandel pekerjaannya sementara waktu. "Maaf Pak, anda tidak boleh masuk!" ujar seorang perawat yang menghadang Juno dan memintanya tidak masuk ke ruang UGD. "Tapi—""Kami akan menangani pasien. Bapak tenang saja dan tunggu di sini," ucap perawat itu dengan sabar.Namun, Juno menatapnya tajam dan membantah perkataannya. "Aku harus masuk ke dalam dan kamu tidak bisa melarangku!"Juno menerobos masuk ke dalam ruang UGD. Ia melihat Alea sedang diperiksa dokter dan dipasangi selang oksigen di mulut dan hidungnya. Pernapasan Alea terganggu setelah hampir satu jam berada di dalam koper. Melihat Alea tak sadarkan diri seperti itu, hati Juno teras nyeri. Namun, hatinya merasa marah karena ada yang berani berbuat seperti ini pada kekasihnya. "Denyut nadinya lemah
Setelah menikmati waktu libur yang kurang dari sehari itu. Juno dan Alea kembali bekerja seperti biasanya. Tentu saja dalam hal pekerjaan, mereka sangat profesional. Tidak mencampurkan antara urusan pribadi dan pekerjaan.Sebagai ketua tim yang kompeten, Alea juga menunjukkan kemampuannya. Bukan hanya sekedar nama 'calon istri Juno'. Tapi Alea benar-benar memiliki kemampuan itu.Hari ini Alea ada rapat bersama dengan anggota timnya. Mereka rapat diluar kantor, karena salah satu anggota yang mengusulkannya. Alea setuju-setuju saja, sekalian mencari suasana baru."Sayang. Kamu makan siang di mana? Aku ke ruanganmu, kamu nggak ada?" Itulah isi pesan dari Juno yang baru saja dibaca oleh Alea.Baru saja Alea akan mengetikkan pesan balasan, tapi seseorang sudah membekapnya dari belakang. Alea pun kehilangan kesadarannya. Orang misterius itu memasukkan Alea ke dalam koper."Bu Alea kemana ya? Kenapa dia lama sekali di toilet?" tanya Shana bingung. Dia belum melihat Alea dari tadi."Iya juga
Martin menghampiri istrinya yang sedang duduk di atas ranjang dan memeluknya, seolah lelaki itu memang peduli dan menyayanginya. Begitu membaca pesan dari Ghea, ia langsung pergi ke kapal pesiar ini."Maaf aku baru datang, Sayang."Nada bicara Martin begitu lembut pada istrinya, tidak seperti biasanya yang selalu ketus dan sinis. Bahkan Ghea bisa merasakan kebencian lelaki itu karena pernikahan mereka yang terpaksa ini."Dari mana saja kamu, Martin? Kenapa kamu baru datang?" Rosaline menatap cucu laki-lakinya dengan tajam dan nada bicaranya juga terdengar tegas. Cucu laki-lakinya ini memang selalu membuat ulah, bahkan sampai membuat murka Juno."Aku ada urusan pekerjaan, Oma.""Jangan bohong. Urusan pekerjaan apa yang membuatmu sampai menghilang semalaman? Perasaan ... Wakil manager keuangan tidak sesibuk itu?" sindir Rosaline pada cucunya itu. Kedua tangannya menyilang di dada."Aku benar-benar sibuk, Oma." "Kalaupun benar kamu sibuk. Kamu jangan sampai mengabaikan istrimu, dong. Di
Memang pada dasarnya orang kaya. Mudah sekali Juno membeli kapal pesiar seperti membeli permen saja. Alea sampai geleng-geleng kepala dan memarahi kekasihnya itu."Kenapa sih uncle harus buang-buang uang begitu? Sayang uangnya dipake beli kapal pesiar! Ya ampun. Apa uncle kira kapal pesiar harganya cuma seribuan?"Mendengar Alea mengomel, bukannya merasa terganggu. Tapi Juno malah senyum-senyum dan setia mendengarkannya."Uncle. Kenapa uncle malah senyum-senyum kayak gitu? Om dengerin aku gak sih? Aku tuh lagi—"CupSeketika Alea bungkam, kala bibir Juno mengecup bibirnya. "Uncle!""Kamu menggemaskan kalau lagi marah dan ngomel-ngomel. Suara kamu merdu banget, sampe aku pengen cium kamu," ucap Juno gemas sambil mengusap bibir merah Alea yang alami.Hati Alea tersentuh mendengar gombalan lelaki itu. Pipinya memerah dan ia memalingkan wajah dari Juno. "Aku ngantuk. Mau tidur.""Oke, calon istriku.""Hem.""Jawab dulu sayang." Pinta Juno."Jangan macam-macam deh, Uncle."Juno tersenyum m
"Aku ingin kamu memakai cincin ini."Suasana yang tadinya sedang romantis, malah menjadi aneh karena kata-kata Juno yang ambigu. Rosaline sampai menepuk jidatnya sendiri, karena malu dengan kelakuan Juno. Sedangkan Alea, keningnya langsung berkerut bingung."Bibi, putramu benar-benar ..." James menahan tawa dan geleng-geleng kepala melihat Juno seperti itu."Dia memang mirip ayahnya. Sama sekali tidak romantis. Astaga. Seharusnya dulu saat aku mengandungnya, aku minta dia mirip aku saja, bukan mirip mendiang suamiku," gerutu Rosaline sambil berkacak pinggang. Teringat mantan suaminya juga yang dingin dan kaku seperti Juno.Adrian juga merasa malu, ia sudah mengajarkan trik dan teori romantis pada Juno. Tapi rupanya Juno tidak mengaplikasikan semua itu. Tidak ada gunanya menonton drama romantis."Juno! Lakukan yang benar, Nak! Ingat yang sudah Mama ajarkan! Anak bodoh!" teriak Rosaline yang seketika membuat Juno tersadar dari lamunannya sendiri.Lelaki dewasa itu mendadak ngeblank saat
Gadis cantik yang memakai piyama tidur dan cantiknya natural itu, terlihat terpana melihat apa yang ada dihadapannya saat ini. Lampu dikapal pesiar itu menyala dengan indah, berkelap-kelip. Lampu itu bertuliskan. "Happy Birthday My Golden Night."Belum sempat ia sadar dari keterkejutannya, ia dibuat semakin terkejut, kala orang-orang yang dikenal dengannya, muncul sambil tersenyum ke arahnya. Mereka ada di lantai dua kapal pesiar itu."3 ... 2 ... 1 ... Happy Birthday Alea!" Ghea, Giska, Adrian, Juno, Maya, James, bahkan Rosaline ada di sana untuk hadir di acara ulang tahun Alea ini.Tepat saat jam 12 malam, mereka mengucapkan selamat ulang tahun pada Alea. Ditambah, Juno membawa kue ulang tahun dan berjalan ke arah kekasihnya itu. Mereka semua, kompak memakai piyama tidur sama seperti Alea."Kalian ..." Mata Alea berbinar-binar, ia terharu melihat kejutan yang disiapkan untuknya. Ternyata, Giska juga terlibat dalam semua ini dan gadis itu yang menghubunginya, hingga ia datang kemari.