Share

HANYA SEMENTARA

Penulis: Hyuna Joy
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-13 11:13:46

“Anu, Yah, tadi Safa kebelet jadi lari ke kamar mandi sini karena di kamar mandi Safa ada Azril.” Ia menjawab ragu seraya dalam hatinya meminta maaf karena berbohong.

Marlan memicingkan matanya heran. Sedikit masuk akal apa yang dikatakan putrinya, tetapi pandangannya tak lepas dari isi ruangan yang terlihat berantakan.

“Lalu kamarnya kenapa-”

Belum selesai bicara, Bi Inah sudah memotong kalimatnya terlebih dahulu. Ia tahu jika tuannya menaruh curiga, tetapi sebisa mungkin ia harus membereskannya.

“Ah, iya maaf, Tuan. Ini kesalahan saya karena tadi pagi lupa menutup jendela kamar jadi tikus masuk dan menimbulkan kerusuhan. Nanti akan saya rapikan, Tuan.” Bi Inah pun terpaksa berbohong untuk membatu nona mudanya yang sedang gugup sekarang.

Marlan menghela napas. “Hmm, lain kali jangan teledor, ya, Bi. Setelah ini tolong dibereskan lagi dan Safa segera kembali ke kamarmu.”

Safa masih mematung dan mengangguk dengan terpaksa. Padahal, ia baru berniat untuk tidur di sini, tetapi sudah tertangkap basah oleh ayah dan tidak mungkin melanggarnya.

Setelah kepergian ayah pun, Safa masih terdiam. Ia belum siap satu kamar dengan Azril dan ingin menjauh dari hadapannya. Namun, keyakinan Bi Inah berhasil meruntuhkan hatinya hingga ia melangkah menuju kamar dengan malas.

Pintu terbuka dan terlihat Azril sudah berganti pakaian yang berdiri tepat di hadapan. Keduanya terpaku, terutama Azril melihat wajah Safa yang agak sembab. “Safa, kamu habis menangis?”

“Bukan urusanmu!” Safa membalas jutek dan melalui Azril begitu saja.

Ia segera mengambil pakaian di lemari dan bergegas menuju kamar mandi. Hatinya masih berdecak kesal jika berhadapan dengan Azril. Wanita itu mengguyur tubuhnya agar lebih tenang dan segar.

Setelah selesai, Safa keluar dengan pakaian tidurnya. Hatinya meragu saat hendak menaiki ranjang. Ia pun mengambil bantal serta selimut dan berjalan menjauhi Azril.

“Kamu mau ke mana?” Azril mengernyit saat Safa menghindarinya.

Safa pura-pura tidak mendengar dan langsung menjatuhkan tubuhnya di atas sofa. Ia malas berdebat karena tubuhnya sudah terlalu lelah. Hati dan pikirannya butuh istirahat yang cukup sebelum kembali menjalani kenyataan yang lebih berat.

Sedangkan Azril yang memerhatikan langkah Safa sangat tidak tega. Ia tahu jika Safa belum siap dan pasti tidak akan mau tidur satu ranjang dengannya.

“Safa, bangunlah! Pindah ke atas, biar aku yang tidur di sini,” kata Azril yang sudah berdiri didekatnya. Namun, Safa tak langsung merespon dan Azril tidak mungkin membiarkan wanitanya tertidur di atas sofa yang sempit. “Hmm, aku tahu, kau mau aku pindahkan dengan cara digendong ala princes, ‘kan? Baiklah!”

Belum juga mendekat, Safa sudah meninju wajah Azril dengan keras. Ia tidak tuli dan mendengar ucapan Azril hingga Safa lebih dulu sadar sebelum Azril menyentuh tubuhnya.

“Tidak usah mengambil kesempatan,” tegas Safa marah, lalu bangkit dan pindah ke atas ranjangnya.

“Aduh, pukulannya mantep juga.” Azril memegangi hidungnya yang terasa nyeri, tetapi ia tidak marah dan justru terkekeh melihat wajah Safa yang semakin cantik saat marah.

Seketika Azril pun membaringkan tubuhnya di atas sofa. Sempit memang, tetapi tidak apa. Secara perlahan, ia pasti bisa membuat hati Safa luluh. Tidak ada yang tidak mungkin karena Allah yang membulak-balikkan hati manusia.

Waktu pun cepat berlalu, suara panggilan menggema di telinga membuat Safa terusik dan bangun dari tidurnya. Seperti biasa, ia langsung bergegas ke dalam kamar mandi untuk mengambil wudu.

Saat mengambil mukena, pandangannya menangkap sofa yang sudah kosong. Tidak ada Azril di sana bahkan bantal dan selimut sudah terlipat rapi. Entah di mana keberadaannya, Safa tidak peduli.

Usai menunaikan kewajiban, Safa membereskan kamar, lalu membersihkan diri dan berganti pakaian dengan rapi. Kemudian bercermin untuk merapikan hijabnya yang sedikit meleyot dan seketika pintu kamar terbuka membuatnya refleks menoleh.

“Ma-af, aku pikir kamu belum bangun,” ujar Azril sedikit terkejut, terlebih melihat Safa yang sudah rapi. “Kamu mau pergi?”

Safa tak terlalu peduli dan fokus dengan dirinya yang sedang bercermin. Setelah rapi, ia bangkit dan mengambil tas selempangnya di dalam lemari.

“Safa.” Azril kembali bersuara karena tak mendapat jawaban darinya.

“Haruskah aku memberitahumu, Ril?” Safa membalas penuh penekanan tanpa menoleh ke arahnya. Ia sibuk memasukkan barang-barang ke dalam tasnya.

“Aku berhak tahu, Fa, karena aku yang bertanggungjawab padamu sekarang.” Azril tak lepas pandangan dari Safa, memandang wanita itu dengan tulus.

“Tapi, maaf, ini urusanku,” tegas Safa melirik Azril dan melenggang pergi begitu saja.

Namun, seketika Safa tertegun saat tangannya dicekal oleh Azril. Ia berontak meminta dilepaskan dan pria itu justru semakin mengeratkan cekalannya. Safa kesal dan murka hingga berteriak keras.

“Lepaskan, Azril!” Safa meringis dan meronta meminta dilepaskan.

“Ingat, Fa, kamu istriku sekarang dan kamu tidak bisa pergi seenaknya tanpa izin seorang suami,” ujar Azril berbicara lembut pada Safa dan matanya menatap lekat wajah Safa yang berdiri di hadapan.

Safa meneguk saliva. Muak rasanya mendengar ucapan Azril yang seolah menganggap pernikahan itu nyata. Egois sekali pria itu yang tidak memikirkan perasaan Safa sekarang. Ia pun menggeleng hingga buliran bening keluar dari sudut matanya.

“Istri? Suami? Ingat, Ril, pernikahan ini hanya sementara dan aku tidak menganggap pernikahan ini nyata. Aku pastikan kita akan segera berpisah.” Safa terus menggerakkan lengannya agar bisa leas dari cekalan Azril.

Tidak peduli betapa rasa sakitnya daripada mengingat rasa sakit hati yang semakin melebar. Melihat dan berhadapan dengan Azril justru membuat Safa semakin tidak suka dengannya. Jangankan sekadar menatap, ia selalu murka saat mendengar namanya.

“Jangan berharap itu terjadi, Safa! Sadar, pernikahan bukanlah sebuah permainan yang bisa kamu pertaruhkan seenaknya.” Azril tidak ingin kalah, ia membalas dan menyadarkan Safa mengenai ucapannya yang salah.

Air mata Safa terus menetes. Dadanya pun sudah menyeruak sesak dan baru sehari hidup bersama, Azril sudah terlalu banyak mengatur hidupnya.

“Kamu lupa? Kamu itu cuma pengantin pengganti. Kamu jangan egois, seharusnya yang menjadi suamiku itu Mas Faqih bukan kamu!” bentak Safa kesal dan kembali menyentakkan lengannya keras. Ia tidak terima dengan perlakuan Azril yang kasar dengan amarah yang menggelora di dadanya.

Hening. Dada Azril berdenyut nyeri. Apa yang diucapkan Safa benar adanya, ia memang pengantin pengganti, menggantikan kekasih Safa yang tidak hadir dan bisa dikatakan hanya menjadi suami sementara.

Ia sadar akan hal itu, tetapi apa salahnya jika dirinya mengingatkan tentang kewajiban seorang suami dan semua yang terjadi pun sudah tertulis dalam buku nikah yang sah.

“Kenapa diam? Baru sadar?” Safa kembali bersuara sembari menghapus air matanya dengan ujung hijab. Emosinya pun menggebu dan ingin sekali meninju wajah Azril sepuasnya.

“Aku hanya ingin tahu kamu mau pergi ke mana, Fa?” Azril menyerah. Safa cukup keras kepala dan tidak ingin melihat dia semakin beban karena kehadirannya.

Safa menghela napas, cekalannya pun mengendur dan tatapannya begitu sinis ke arah pria yang berdiri di hadapan.

“Aku mau mencari Mas Faqih!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kaulah Jodohku   PELABUHAN TERAKHIR

    Safa tersenyum senang melihat tingkah Zahra yang semakin hari semakin pintar. Terlihat dia sudah sangat aktif dan mudah diberitahu. Kini, ia sedang membantu dirinya yang menyiram tanaman.“Nda, duduk saja,” kata Ara.“Memangnya Zahra bisa?” tanya Safa tersenyum.Zahra mengangguk, lalu mengambil selang air dari tangan sang bunda dan menyiraminya ke tanaman. Seketika Safa terharu dengan sikap dewasa Zahra.“Ma syaa Allah, pintarnya anak Bunda. Ya sudah sekarang kita mandi, yuk.” Mengingat waktu sudah sore dan Zahra harus sudah rapi sebelum abinya datang.Zahra pun mengangguk dan berlari kencang. Sedangkan Safa menggeleng, lalu mengejarnya perlahan. Ia tak sanggup lagi untuk berlari seperti Zahra.“Jangan main air, Nak,” ujar Safa saat melihat putrinya sudah berada di kamar mandi. Dia sudah bisa mandi sendiri sehin

  • Kaulah Jodohku   CEMBURUNYA SEORANG AYAH

    Selesai acara, wajah sumringah dan bahagia terpancar dalam diri Safa. Ia memang selalu senang seakan mendapat amunisi dalam tubuhnya.“Fin, bagaimana kesan pertamamu?” tanya Safa melihat wajah Finna yang murung.Finna menggeleng, tak bisa berkata lagi. Apa yang didengar cukup meresap dalam hati dan seolah tertampar membawa dirinya untuk menjadi lebih baik.“Terima kasih, Saf, sudah mengajakku ke sini,” ujar Finna sendu.“Semua atas izin Allah, Fin,” kata Safa. Ia senang jika Finna pun senang, penantian dan perubahannya tak sia-sia berarti.Mereka pun pulang dan Safa kembali mengantarkan Finna ke rumah. Setelah itu langsung bergegas karena Azril sudah menunggunya di rumah.“Mba mampir dulu ke dalam, istirahat, kita makan,” kata Safa menawarkan.“Nggak usah, Mba, saya langsung pulang saja,” balas Vio. Ia tidak enak dan ingin langsung istirahat di rumah saja.“Masuk dulu saja, Mba, jarang-jarang Safa menawarkan.”Suara itu muncul dari ambang pintu siapa lagi jika bukan Azril. Safa pun la

  • Kaulah Jodohku   DRAMA SETIAP HARI

    Pagi hari, Azril merengek pada Safa karena dirinya yang terabaikan. Biasanya baju dan perlengkapan sudah berada di atas kasur, tetapi kini tidak ada.“Sayang, bajuku mana?”“Iya, Mas, sebentar.” Safa menggeleng karena Zahra pun tidak ingin ditinggal.Drama setiap pagi memang selalu begitu. Anak dan suami memperdebatkan perhatiannya, Zahra pun selalu bisa mengambil simpati Safa yang membuat Azril cemburu.“Anak Bunda sudah cantik, ma syaa Allah.” Safa mengecup rambut Zahra yang wangi, lalu memberikan bedak yang sudah tertutup sebagai mainannya.Sedangkan Safa bangkit untuk mengambil baju sang suami dan Zahra langsung menangis mengejarnya.“Zahra, sini, Nak.” Azril memanggilnya, tetapi tidak digubris oleh Zahra.Anak itu justru menarik baju ibunya dan Azril pun mendekat untuk menggendongnya. Namun, bukannya anteng, anak itu malah mengamuk.“Anak salehah ko ambekan sih. Bentar, Sayang, bundanya lagi ambil baju dulu buat Abi,” kata Azril memberitahu.Zahra tetap menangis dan Safa yang sud

  • Kaulah Jodohku   WAKTU YANG TEPAT

    Mau tidak mau, Safa hanya pasrah dan menurut. Demi kebahagiaan suami tercinta, ia menyuapi Azril yang makan dengan lahap.Bayi besar yang manjanya melebihi Zahra, selalu merasa iri jika waktunya habis sama Zahra. Namun, Safa paham dan mengerti selagi permintaan Azril masih wajar.“Kamu sudah tahu kabar dari Ning Balqis belum?” tanya Azril.Safa menggeleng. memangnya ada kabar apa. Ia tidak mendapat kabar apa pun darinya. Mengingat sibuknya Safa sebagai ibu rumah tangga yang menyambi menulis.“Beliau akan mengadakan tasyakuran empat bulan dan aku diberitahu sama Amih tadi pagi. Kita diminta untuk pulang, acaranya minggu depan.”“Ma syaa Allah, Alhamdulillah. Penantian Mba Aqis, Mas. Aku malah nggak tahu karena jarang komunikasi juga sama Mba Aqis.” Safa ikut senang dan haru mendengarnya.Memiliki kesibukan menjadi seorang is

  • Kaulah Jodohku   PANDANGAN PERTAMA

    Keesokan harinya, Safa dan Azril sudah melakukan aktivitas seperti biasa. Beruntungnya sekarang hari libur sehingga ada waktu untuk beristirahat setelah perjalanan kemarin.“Sayang, maksud dari Radit semalam itu siapa memang?” tanya Azril penasaran.Ia belum sempat bertanya karena rasa lelah yang menyerang dan Safa pun tidak bercerita lebih lanjut karena tertidur.“Oh, sepertinya Radit menyukai Finna, Mas.”Azril mengernyit bingung, dari mana dia mengetahui sahabat Safa. Padahal, Safa tidak pernah bercerita dan tampaknya Faqih sendiri tidak mengetahui banyak tentang pertemanan Safa.Namun, belum juga bertanya, Safa sudah lebih dulu memberitahu. Ia mengatakan jika Radit pernah bertemu dengan Finna saat mengantarkan undangan untuk Ayah ke rumah.“Oh, jadi ceritanya cinta pandangan pertama,” kata Azril menyimpulkan.“Hmm, mungkin, tetapi nggak ada salahnya kita bantu jodohkan mereka, Mas. Lagipula kayanya Radit pria yang baik.” Safa menerka. Selama mengenal, tidak ada tingkah yang membua

  • Kaulah Jodohku   MENEMPUH HIDUP BARU

    Hari berputar begitu cepat, kini Safa dan Azril sedang bersiap untuk menghadiri pernikahan para mantannya. Marlan juga sudah terlihat lebih segar dari hari kemarin dan Safa bersyukur semua bisa berkumpul dalam keadaan sehat.“Sudah rapi belum, Mas?” tanya Safa berdiri di hadapan Azril.“Sudah cantik, Sayang.” Bibir Azril merekah dan mencubit pipinya gemas. Tak lama, wajahnya mendekat maju, lalu mengecup keningnya sedikit lama.“Safa, ayo!”Safa mengerjap dan mendorong tubuh Azril menjauh. Suaminya itu terkadang tidak tahu tempat. Seketika wajahnya kikuk, melihat ke arah Ayah. Safa malu dan wajahnya bersemu merah.“Ayah sudah siap?”Sebenarnya tanpa ditanya, Safa sudah bisa melihat jika Ayah sudah rapi. Namun, karena kegugupannya sehingga pikirannya tak terkontrol lagi.Sedangkan Azril menahan senyum seakan tak bersalah dan Marlan justru ikut tersenyum membuat Safa semakin malu.“Ayo kita berangkat.” Safa membuyarkan rasa canggung yang ada. Tidak ingin kedua pria itu terus meledeknya k

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status