共有

KEHILANGAN

作者: Hyuna Joy
last update 最終更新日: 2023-02-22 11:37:06

“Kalo tidak salah Tuan Muda pernah menyebutnya Safa. Iya Nona Safa.”

Safa semakin lemas dan ingin meruntuhkan tubuhnya begitu saja. Nama itu merupakan dirinya sendiri, tetapi mengapa Faqih tidak hadir di hari pernikahan.

“Lalu, apa Bapak tahu di mana keberadaan Faqih sekarang?” Safa terisak nyeri dalam dadanya. Ia semakin penasaran dan ingin mengetahui lebih jauh.

“Maaf, Non, saya tidak tahu karena saya pun baru bekerja di sini,” kata pria paruh baya tersebut. “Kalo boleh tahu Nona ini siapa?”

Safa tidak tahan lagi hingga ia pergi tanpa menjawab pertanyaannya. Entah apa yang terjadi pada kekasihnya sekarang. Ia berlari sekuat tenaga dengan tangis yang terus mengalir di pipi.

“Argh, Mas Faqih. Di mana kamu, Mas?” lirih Safa berhenti di tepi jalan. Ia tidak peduli dengan para kendaraan yang memerhatikannya.

Pikiran Safa berjalan melalang buana. Rasanya tidak mungkin jika Faqih berbohong. Jika dia menikah bersama wanita lain, mengapa tidak ada satu pun yang tahu di mana keberadaannya.

Safa semakin penasaran hingga kembali menghubungi Faqih. Berulang kali dilakukan tetap tidak ada jawaban. Ia geram dan memilih pergi dari tempatnya.

Faqih belum lama bersamanya sehingga Safa belum banyak tahu. Satu tahun mengenal, pria itu langsung mengajak Safa serius dan kini ia bingung sendiri ke mana lagi harus mencari.

Sama halnya dengan Azril yang kehilangan Safa. Wanita itu tidak ada di kamar bahkan di seluruh ruangan rumah yang tersedia. Azril menyerah dan menghampiri pembantu rumahnya yang baru saja hadir.

“Bi, Safa tidak ada di kamar. Apa Bibi tahu Safa pergi ke mana?” tanya Azril dengan wajah panik.

Bi Inah pun menggaruk kepalanya, bingung harus menjawab apa. “Anu, Mas .... Neng Safa tadi bilang pergi ke rumah temannya.”

Azril mengernyit, memikirkan rumah teman mana yang dimaksud. Pasalnya, ia dan Safa pernah menimba pendidikan yang sama sehingga hapal betul siapa teman-teman Safa. Namun, entah jika teman yang lain.

“Dari kapan, Bi?” Azril kembali bertanya, lalu menuangkan minum ke dalam gelasnya.

“Sejak pagi, Mas. Setelah Mas dan Tuan pergi.”

Pria itu menghela napas, sepertinya ia tahu ke mana Safa pergi. Dia memang sangat nekat bahkan ucapan untuk memberi kabar pun tidak didengar olehnya. Saat itu pula, Azril merogoh ponsel dan menghubungi Safa, ingin mengetahui keberadaannya yang entah di mana.

“Safa, ayo dong angkat,” kata Azril cemas karena tidak mendapat jawaban. Ia pun tak bisa diam yang akhirnya meninggalkan ruangan untuk mencari Safa.

Namun, baru saja hendak membuka pintu, wanita yang Azril tunggu pun sudah muncul di hadapan. Ia sedikit terkejut dengan kedatangannya, terlebih keadaan wajahnya begitu lesu dan tampak sedih.

“Safa, kamu dari mana?”

Bukannya menjawab, Safa malah melengos dan tidak memedulikan Azril. Hati dan pikirannya sangat lelah sehingga ia tidak ingin berbicara. Saat itu pula, Safa melewati Azril dan berjalan menuju kamarnya dengan cepat.

“Safa!” Azril pun mengikuti langkahnya di belakang. “Fa, jawab aku! Kamu dari mana?” Ia berhasil mencekal lengan Safa dan memberhentikan langkahnya.

Safa meringis yang menyentakkan lengannya dengan kasar. “Kenapa sih kamu kepo banget?”

“Wajar, Fa, aku suamimu.” Raut wajah Azril tidak bisa dibohongi, ia sangat khawatir dengan kondisi Safa.

Seketika suasana menjadi hening. Azril masih menatap lekat wajah Safa, matanya sedikit sayu dan terlihat kesedihan yang amat dalam. Entah apa yang terjadi pada wanitanya.

“Safa, apa kamu habis mencari Faqih?” Azril menebak walau hatinya amat sakit. Tidak ada yang rela melihat wanitanya masih memikirkan pria lain.

“Tolong lepas, Ril, lebih baik kamu keluar. Aku lelah, pengin istirahat,” ujar Safa lemah. Rasanya tidak perlu menjawab jika tebakan pria itu saja sudah benar. Seharusnya dia sadar diri, tidak perlu banyak bertanya.

Azril masih menahan lengan Safa. “Aku tidak akan lepas sebelum kamu jawab pertanyaan aku, Fa!”

Menghadapi Safa yang egois bukan hal yang mudah. Ia memang harus telaten dan penuh sabar untuk bisa meluluhkan hatinya. Jika dibalas dengan kasar, justru Safa akan semakin berontak.

“Iya aku habis mencari Mas Faqih. Puas kamu!” bentak Safa yang menggema di telinga Azril.

Saat itu pula secara perlahan cekalan Azril mengendur dan terlepas dengan sendirinya. Ia pria lembut seakan dadanya bagai ditusuk belati mendengar fakta yang menyesakkan. Namun, ia tahan dan tetap tersenyum di hadapan Safa.

“Kenapa kamu tidak mengabariku? Padahal, aku bisa antar kamu, Fa,” tutur Azril lemah.

“Tidak perlu, aku bisa sendiri. Tolong tinggalin aku sendiri, Ril!” pinta Safa yang membalikkan tubuhnya. Air mata sudah menetes satu persatu dan tidak ingin semakin berdosa harus menangis di hadapan pria yang sudah menjadi suaminya.

Sakit, tentu, tetapi Azril tidak bisa membantah. Ia tahu perasaan Safa yang akhirnya memilih mengalah dan pergi dari hadapannya. Mungkin semua yang terjadi merupakan akibat dari kesalahan masa lalunya pada Safa. Ia memang pantas mendapat perlakuan kasar dari Safa.

Kemudian, ia turun dan terlihat Bi Inah sedang menata makanan di meja. Azril pun memastikan lagi wajahnya agar tidak ada air mata yang tersisa.

“Loh Mas Azril tidak jadi makan?” Bi Inah melihat tuan mudanya yang sepertinya hendak pergi.

“Tolong dibungkus saja, Bi, soalnya saya harus kembali ke kantor sekarang,” ujar Azril sembari melirik jam tangan yang memang sudah melewati jam izinnya.

“Baik, Mas, Bibi siapkan sebentar, ya.”

Azril mengangguk dan menunggu Bi Inah menyiapkan bekalnya. Padahal, kepulangan Azril ke rumah ingin makan siang bersama Safa, tetapi semua di luar dugaan. Safa tidak ada dan saat kembali, dia datang dalam keadaan marah.

“Ini, Mas, makanannya.” Bi Inah memberikan pesanan yang Azril pinta.

“Terima kasih, Bi. Oh iya, Bi, nanti tolong ajak Safa untuk makan, ya. Mungkin sekarang dia belum mau. Pokonya jangan sampai dia tidak makan, ya, Bi.” Azril tidak bisa membiarkan Safa terus bersedih dalam kamarnya.

Bi Inah pun mengangguk seraya tersenyum. “Siap, Mas. Mas tenang saja.”

Saat itu pula Azril pergi dan Bi Inah masih memandangi punggung tuan mudanya. Begitu sabar pria muda itu menghadapi Safa hingga tercetus doa dalam hati. Berharap nona mudanya bisa sadar dan melihat jika Azril merupakan pria yang amat penyayang.

Safa sendiri masih betah di kamar. Ia tidak ingin apa pun selain mendapat kabar tentang sang kekasih. Ponselnya tak lepas dari genggaman barangkali ada kerabatnya yang memberitahu.

Langit pun sudah berubah gelap, Safa masih terbaring di atas ranjang seolah hati dan pikirannya sangat lelah memikirkan Faqih. Seketika, ia terusik dan mengerjap karena rasa tidak nyaman dalam tubuhnya.

“Uhuk, uhuk.” Rasa tenggorokan amat kering dan gatal.

Safa berusaha bangkit, lalu melirik ke arah jam yang ternyata sudah tengah malam. Ia tidak sadar rasa sedihnya membuat terlelap seharian. Tangan mungilnya mulai meraba nakas dan ternyata tidak ada air minum. Safa hendak turun, tiba-tiba denyutan di kepalanya begitu kuat. Belum lagi rasa melilit di perut yang amat hebat.

“Argh, Bi, Bi Inah,” teriak Safa menahan sakit. Tidak ada yang menyahut, Safa pun terpaksa berjalan ke arah pintu.

Namun, saat membuka pintu tubuhnya tidak seimbang membuat Safa meringis yang memegangi kepalanya.

“To-long ... A-ayah.” Suara Safa lemah dan tidak ada seorang pun yang menjawabnya. Bahkan, Azril saja tidak terlihat di kamarnya sekarang. Safa pun terus berjalan hingga akhirnya terjatuh.

“Astagfirullah, Safa!”

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Kaulah Jodohku   PELABUHAN TERAKHIR

    Safa tersenyum senang melihat tingkah Zahra yang semakin hari semakin pintar. Terlihat dia sudah sangat aktif dan mudah diberitahu. Kini, ia sedang membantu dirinya yang menyiram tanaman.“Nda, duduk saja,” kata Ara.“Memangnya Zahra bisa?” tanya Safa tersenyum.Zahra mengangguk, lalu mengambil selang air dari tangan sang bunda dan menyiraminya ke tanaman. Seketika Safa terharu dengan sikap dewasa Zahra.“Ma syaa Allah, pintarnya anak Bunda. Ya sudah sekarang kita mandi, yuk.” Mengingat waktu sudah sore dan Zahra harus sudah rapi sebelum abinya datang.Zahra pun mengangguk dan berlari kencang. Sedangkan Safa menggeleng, lalu mengejarnya perlahan. Ia tak sanggup lagi untuk berlari seperti Zahra.“Jangan main air, Nak,” ujar Safa saat melihat putrinya sudah berada di kamar mandi. Dia sudah bisa mandi sendiri sehin

  • Kaulah Jodohku   CEMBURUNYA SEORANG AYAH

    Selesai acara, wajah sumringah dan bahagia terpancar dalam diri Safa. Ia memang selalu senang seakan mendapat amunisi dalam tubuhnya.“Fin, bagaimana kesan pertamamu?” tanya Safa melihat wajah Finna yang murung.Finna menggeleng, tak bisa berkata lagi. Apa yang didengar cukup meresap dalam hati dan seolah tertampar membawa dirinya untuk menjadi lebih baik.“Terima kasih, Saf, sudah mengajakku ke sini,” ujar Finna sendu.“Semua atas izin Allah, Fin,” kata Safa. Ia senang jika Finna pun senang, penantian dan perubahannya tak sia-sia berarti.Mereka pun pulang dan Safa kembali mengantarkan Finna ke rumah. Setelah itu langsung bergegas karena Azril sudah menunggunya di rumah.“Mba mampir dulu ke dalam, istirahat, kita makan,” kata Safa menawarkan.“Nggak usah, Mba, saya langsung pulang saja,” balas Vio. Ia tidak enak dan ingin langsung istirahat di rumah saja.“Masuk dulu saja, Mba, jarang-jarang Safa menawarkan.”Suara itu muncul dari ambang pintu siapa lagi jika bukan Azril. Safa pun la

  • Kaulah Jodohku   DRAMA SETIAP HARI

    Pagi hari, Azril merengek pada Safa karena dirinya yang terabaikan. Biasanya baju dan perlengkapan sudah berada di atas kasur, tetapi kini tidak ada.“Sayang, bajuku mana?”“Iya, Mas, sebentar.” Safa menggeleng karena Zahra pun tidak ingin ditinggal.Drama setiap pagi memang selalu begitu. Anak dan suami memperdebatkan perhatiannya, Zahra pun selalu bisa mengambil simpati Safa yang membuat Azril cemburu.“Anak Bunda sudah cantik, ma syaa Allah.” Safa mengecup rambut Zahra yang wangi, lalu memberikan bedak yang sudah tertutup sebagai mainannya.Sedangkan Safa bangkit untuk mengambil baju sang suami dan Zahra langsung menangis mengejarnya.“Zahra, sini, Nak.” Azril memanggilnya, tetapi tidak digubris oleh Zahra.Anak itu justru menarik baju ibunya dan Azril pun mendekat untuk menggendongnya. Namun, bukannya anteng, anak itu malah mengamuk.“Anak salehah ko ambekan sih. Bentar, Sayang, bundanya lagi ambil baju dulu buat Abi,” kata Azril memberitahu.Zahra tetap menangis dan Safa yang sud

  • Kaulah Jodohku   WAKTU YANG TEPAT

    Mau tidak mau, Safa hanya pasrah dan menurut. Demi kebahagiaan suami tercinta, ia menyuapi Azril yang makan dengan lahap.Bayi besar yang manjanya melebihi Zahra, selalu merasa iri jika waktunya habis sama Zahra. Namun, Safa paham dan mengerti selagi permintaan Azril masih wajar.“Kamu sudah tahu kabar dari Ning Balqis belum?” tanya Azril.Safa menggeleng. memangnya ada kabar apa. Ia tidak mendapat kabar apa pun darinya. Mengingat sibuknya Safa sebagai ibu rumah tangga yang menyambi menulis.“Beliau akan mengadakan tasyakuran empat bulan dan aku diberitahu sama Amih tadi pagi. Kita diminta untuk pulang, acaranya minggu depan.”“Ma syaa Allah, Alhamdulillah. Penantian Mba Aqis, Mas. Aku malah nggak tahu karena jarang komunikasi juga sama Mba Aqis.” Safa ikut senang dan haru mendengarnya.Memiliki kesibukan menjadi seorang is

  • Kaulah Jodohku   PANDANGAN PERTAMA

    Keesokan harinya, Safa dan Azril sudah melakukan aktivitas seperti biasa. Beruntungnya sekarang hari libur sehingga ada waktu untuk beristirahat setelah perjalanan kemarin.“Sayang, maksud dari Radit semalam itu siapa memang?” tanya Azril penasaran.Ia belum sempat bertanya karena rasa lelah yang menyerang dan Safa pun tidak bercerita lebih lanjut karena tertidur.“Oh, sepertinya Radit menyukai Finna, Mas.”Azril mengernyit bingung, dari mana dia mengetahui sahabat Safa. Padahal, Safa tidak pernah bercerita dan tampaknya Faqih sendiri tidak mengetahui banyak tentang pertemanan Safa.Namun, belum juga bertanya, Safa sudah lebih dulu memberitahu. Ia mengatakan jika Radit pernah bertemu dengan Finna saat mengantarkan undangan untuk Ayah ke rumah.“Oh, jadi ceritanya cinta pandangan pertama,” kata Azril menyimpulkan.“Hmm, mungkin, tetapi nggak ada salahnya kita bantu jodohkan mereka, Mas. Lagipula kayanya Radit pria yang baik.” Safa menerka. Selama mengenal, tidak ada tingkah yang membua

  • Kaulah Jodohku   MENEMPUH HIDUP BARU

    Hari berputar begitu cepat, kini Safa dan Azril sedang bersiap untuk menghadiri pernikahan para mantannya. Marlan juga sudah terlihat lebih segar dari hari kemarin dan Safa bersyukur semua bisa berkumpul dalam keadaan sehat.“Sudah rapi belum, Mas?” tanya Safa berdiri di hadapan Azril.“Sudah cantik, Sayang.” Bibir Azril merekah dan mencubit pipinya gemas. Tak lama, wajahnya mendekat maju, lalu mengecup keningnya sedikit lama.“Safa, ayo!”Safa mengerjap dan mendorong tubuh Azril menjauh. Suaminya itu terkadang tidak tahu tempat. Seketika wajahnya kikuk, melihat ke arah Ayah. Safa malu dan wajahnya bersemu merah.“Ayah sudah siap?”Sebenarnya tanpa ditanya, Safa sudah bisa melihat jika Ayah sudah rapi. Namun, karena kegugupannya sehingga pikirannya tak terkontrol lagi.Sedangkan Azril menahan senyum seakan tak bersalah dan Marlan justru ikut tersenyum membuat Safa semakin malu.“Ayo kita berangkat.” Safa membuyarkan rasa canggung yang ada. Tidak ingin kedua pria itu terus meledeknya k

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status