Share

7. Rasa Khawatir

.

.

.

Byur!!!

Suara keras terdengar setelah Mawar, wanita yang dipanggulnya itu dijatuhkan ke dalam bak mandi yang telah terisi dengan air hangat di rumah itu.

“Awww! Jayden!” Mawar kembali berteriak ketika tubuhnya itu telah mendarat didalam bak air dan seluruh pakaiannya menjadi basah kuyup.

Sedikit melirik ke arah wanita yang sudah nampak kotor itu, Jayden kemudian terlihat menyambar sebuah sepaket botol sabun dan melemparkannya tepat didekat kaki Mawar supaya wanita itu dapat meraihnya dengan mudah.

“Wanita brengsek. Bersihkan badanmu yang bau itu.” Setelah berkata demikian, Jayden kemudian pergi dari sana diikuti oleh si robot buat kecil yang sepertinya sangat takut pada sosoknya. Sedangkan Mawar, masih saja terus mengumpat didalam bak mandi yang masih bisa didengar oleh Jayden yang saat ini terlihat sedang membongkar barang bawaan wanita itu yang sempat dibawanya kabur tadi.

Sekilas, Jayden melihat beberapa perlengkapan make-up disana, barang kewanitaan, dan juga sebuah ponsel! Sekejap, Jayden merasa penasaran apa saja yang telah dilakukan oleh wanita itu selama dirinya beberapa jam kabur darinya sehingga ia kemudian mengutak-atik ponsel itu dan menemukan bahwa tidak ada aktifitas apapun disana.

“Dasar bodoh.” Gumam Jayden kemudian karena mendapati bahwa wanita itu rupanya tidak segera menghubungi seseorang untuk menolongnya, bahkan menghubungi calon suaminya saja tidak. Menggelengkan kepalanya, Jayden sedikit ingat tentang kebodohan hakiki wanita itu di masa lalu.

Cih! Jangankan mengerjakan tugas! Menali sepatu kets-nya sendiri saja, wanita itu tidak bisa! Entah apa yang ada di dalam otak kosong wanita itu selain kata-kata kasar, rasanya tidak ada!

Setelah selesai dengan pemikirannya, Jayden kemudian mengambil barang itu hanya untuk memastikan bahwa wanita brengseknya tidak akan melakukan sesuatu yang macam-macam diluar pengetahuannya nantinya. Hanya untuk berjaga-jaga siapa tahu selama berada dekat dengannya otak wanita itu menjadi sedikit lebih pintar!

Berlalu dari tempatnya duduk, Jayden kemudian berhenti untuk mengamati tas kosong wanita itu. Disana, ia sama sekali tidak melihat pakaian atau semacamnya sehingga ia kemudian terlihat membuka ruang penyimpanan pakaian dan mengambil salah satu kemeja berwarna putih miliknya. Dan juga sebuah boxer, tentu saja. Setelah meletakkan pakaian itu begitu saja, ia kemudian pergi ke lantai satu untuk membaca laporan-laporan yang tadi baru didapatkannya dan setelah itu ia berencana untuk mengutak-atik program yang sedang dikerjakannya.

.

.

.

Beberapa waktu telah berlalu, Jayden kali ini yang telah selesai dengan tugasnya, merasa sedikit penasaran dengan suara dari lantai atas yang tiba-tiba berhenti. Sekilas, kedua matanya mengamati tangga berwarna putih itu seakan-akan dirinya sedang menunggu kehadiran seseorang yang mungkin akan turun dari sana. Dan benar saja, tidak beberapa detik kemudian sesosok wanita berambut panjang yang begitu sexy dengan sebagian besar kulit putihnya yang terpampang, nampak sedang berdiri di ujung tangga itu dengan mengangkat satu kakinya yang telah diperban.

Sekejap, Jayden sempat terlena dengan kecantikan surgawai yang ada dihadapannya itu. Tetapi ia kemudian lekas-lekas menggelengkan kepalanya mencoba untuk mengembalikan fokusnya kembali. Tentu saja, pada titik ini, dirinya tidak boleh jatuh lagi pada pesona iblis wanita itu. Atau kalau tidak, dirinya hanyalah akan di-injak-injak dan dijadikan budak cinta yang akan selalu dipermainkannya. Mengingat semua penderitaannya karena cintanya di masa lalu, Jayden kemudian mengeraskan hatinya kembali. Ia memastikan untuk tidak akan pernah jatuh cinta lagi dengan wanita busuk yang ada disana.

“Jay-“ Wanita itu terdengar hendak memanggil namanya, namun sepertinya ia tidak melanjutkannya karena melihat Jayden yang seakan tidak begitu peduli dengan kehadirannya di atas.

Beberapa waktu menunggu, wanita itu tampaknya tidak melangkahkan kakinya untuk turun dari tangga yang ada disana melainkan memilih kembali ke kamarnya yang tentu saja membuat Jayden mengerutkan alisnya! Cih! Wanita itu sepertinya sedang berusaha merajuk padanya!

Meskipun berusaha untuk tidak ke kamar itu, tetapi entah mengapa hati Jayden sedikit tergelitik. Mungkin saja, selama bersama wanita itu, ia biasa mendengar umpatan-umpatan kasar. Tetapi sekarang, sepertinya suasana rumah yang dua hari ini ramai seketika menjadi sangat sunyi yang membuat hati Jayden merasa sedikit tidak nyaman. Untuk itu, setelah mempertimbangkannya beberapa saat, ia kemudian ikut naik ke lantai atas dan mendapati tubuh wanita itu telah meringkuk di atas kasurnya yang seperti seorang anak kecil yang kedinginan.

Berdiri disamping pintu, Jayden terdiam beberapa waktu untuk memastikan situasi yang ada dihadapannya. Beberapa kali, dirinya berniat mengurungkan niatnya karena dalam pikirannya ia sangat ingin melihat wanita iblis itu menderita sejadi-jadinya. Tetapi hati kecilnya seakan memaksanya untuk berjalan lebih dekat ke arah sana.

Semakin mendekat, Jayden kemudian melihat paras cantik itu tengah tertutupi dengan separuh rambutnya yang sepertinya masih sedikit agak basah. Ah, sudahlah, Jayden merasa ia tidak perlu berlama-lama disana sehingga ia kemudian mencoba melangkahkan kaki jenjangnya untuk keluar dari sana. Namun, sebelum dirinya benar-benar berlalu, samar-samar ia mendengar suara nafas wanita itu yang terdengar tidak beraturan.

Melebarkan pandangannya, Jayden seperti tersentak dari tempatnya berdiri, lalu ia bergegas berbalik dan meletakkan satu punggung tangannya ke atas dahi wanita itu. Panas! Satu kata itu, entah mengapa membuat hati Jayden begitu teremas seakan sebuah rasa sakit melanda seluruh tubuhnya. Ia sangat tidak terima apabila wanita itu sampai sakit, meskipun pada awalnya hal itulah yang sangat diinginkannya.

Menahan emosinya, Jayden mencoba menenangkan kemarahannya sendiri yang tanpa alasan itu dan kemudian melihat luka bekas sobekan pecahan kaca yang ada dikaki Mawar. Perlahan, ia kemudian membuka perban yang ada disana dan mendapati bahwa luka itu telah memerah yang membuat dirinya semakin naik darah.

“Shit!!!” Jayden yang mengetahui bahwa luka itu telah terinfeksi merasa begitu tersulut hingga ia memukul kasur disampingnya dengan kedua tangannya yang mengepal.

Mengetahui kondisi berbahaya itu, Jayden yang sudah terbiasa mengobati luka kemudian mengambil kotak obat miliknya dan bergegas untuk memeriksa luka itu sekali lagi. Dengan teliti ia memberikan obat antiseptic dan mengamati luka itu dengan lebih dekat. Oh! Brengsek! Umpatnya setelah mengetahui bahwa di dalam telapak kaki wanita itu masih ada sedikit pecahan kaca yang menelusup ke dagingnya!

Jayden yang saat ini sedang sangat kesal kemudian mengambil sebuah pinset medis kecil dan dengan hati-hati mengambil pecahan kaca itu yang membuat Mawar sedikit menjerit di alam bawah sadarnya. Bodoh! Wanita itu benar-benar sangat bodoh! Batin Jayden di dalam hatinya setelah mengambil suntikan antibiotic yang telah disiapkannya. Setelah memberi wanita itu sebuah suntikan dan membalut luka itu kembali, Jayden merasa sedikit lebih lega karena paling tidak infeksi itu telah tertangani dengan benar.

Berlalu dari sana, Jayden kemudian berdiri kembali untuk mengambil obat pereda nyeri dan penurun panas lalu menggerusnya menjadi bubuk-bubuk kecil yang ditambahkannya dengan sedikit air. Sepertinya, Jayden harus mencoba memberikan obat itu kepada wanita yang saat ini tengah sedikit mengingau itu.

Bergegas, Jayden mendudukkan tubuh wanita itu, membuka mulutnya dengan paksa dan menyuapkan sesendok obat padanya. Seakan terganggu akan rasa pahit yang baru ditelannya, sekilas, wanita itu sempat sedikit terbangun untuk meneguk air minum dari gelas yang telah ditempelkan ke mulutnya lalu ia tertidur kembali.

Menghela nafasnya panjang, Jayden kemudian melihat ke tubuh wanita itu yang telah tereskpos sebagian dan menutupnya dengan selimut tipis supaya wanita itu tidak kedinginan. Menemani wanita itu, Jayden kemudian membaringkan juga tubuh miliknya disana sembari memeluk Mawar dilengan kekar miliknya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status