Share

Bab 2 Perjanjian Pernikahan Kontrak

Devi mengecek ponselnya dengan gelisah, ia berdiri tidak nyaman di tepi jalan menunggu Lisa menjemputnya. Setelah Lisa menghubunginya bahwa semuanya baik-baik saja dan pernikahan kontrak itu akan segera dilakukan, Devi langsung menghubungi Sesa untuk mengatakan kabar itu dan Sesa pun senang dengan hasilnya dan menyemangati Devi.

Kini sudah dua hari sejak hari itu dan pernikahan kontrak itu akan dilakukan pada hari ini juga.

"Semua akan baik-baik saja Devi, kamu hanya perlu menikah lalu melahirkan anaknya... Setelah itu aku akan bebas kembali." Ujar Devi menyemangati dirinya sendiri.

Walaupun sebenarnya dia merasa agak takut, ah ketimbang takut, Devi lebih merasa gugup. Dia sadar, itu bukan pernikahan sungguhan, tapi Devi tetap merasa gugup.

Sebuah mobil berhenti tepat di sampingnya lalu sang pemilik mobil itu pun membuka kaca mobilnya dan berkata. "Devi ayo naik, penghulu sudah menunggu."

Dengan langkah gugup Devi memasuki mobil itu, menuju tempat yang akan menjadi tempat pernikahan kontraknya.

"Kamu gugup Devi?" Tanya Lisa.

Devi mengangguk, "ya." Balas Devi jujur.

"Jangan gugup, semua sudah diatur oleh suamiku. Kamu hanya perlu duduk di sampingnya nanti." Ucap Lisa lalu mengajak Devi turun dari mobil karena mereka telah sampai di tempat tujuan.

Devi hanya mengikuti kemana langkah kaki Lisa berpijak karena ia belum pernah datang ke tempat itu... Tempat yang ternyata sebuah Apartemen mewah, Lisa pun membawa Devi naik ke lantai atas dan memasuki sebuah kamar yang tidak kalah mewah dari Apartemen itu sendiri.

Devi menelan ludahnya gugup saat melihat ada tiga orang pria di sofa, ia menerka-nerka manakah yang akan menikah dengannya.

"Ah kamu sudah datang Lisa, kalau begitu kita bisa melakukan pernikahan ini sekarang juga." Ucap pria yang duduk di sofa ujung kanan.

"Ya, silahkan."

Lisa menuntun Devi untuk duduk di sofa depan mereka, lalu seorang pria bangkit dan ikut duduk di sampingnya. Devi kembali menelan ludahnya menatap pria asing itu dengan jantung berdegup kencang, 'inikah pria yang akan menikahiku' batinnya.

°°°

Acara ijab qobul itu pun berjalan dengan lancar. Begitu juga dengan surat kontrak perjanjian pernikahan mereka. Perjanjian bila Devi harus bercerai dengan suaminya bila sudah melahirkan anak.

Kini Devi resmi menjadi istri kontrak seorang pria bernama Juan Gilberto.

"Aku sudah tidak sabar menunggu kamu mengandung dan melahirkan anakku." Ucap Lisa antusias, kini hanya tinggal mereka berdua yang ada di Apartemen itu karena Juan, penghulu dan wali untuk Devi tadi sudah pergi.

"Em Mba Lisa saya harus apa?" Tanya Devi bingung.

Lisa tersenyum, "tidak perlu kaku begitu, Devi."

"Tapi--"

"Anggap saja aku ini kakakmu, oke."

"Em baik Mba Lisa."

"Oke begitu lebih baik." Ucap Lisa saat Devi telah berbicara dengan biasa dan tidak se-kaku tadi. "Sekarang lebih baik kita ke salon, aku mau kamu tampil cantik nanti malam biar anak kita cepat jadi." Lanjut Lisa antusias lalu menarik lengan Devi keluar dari kamar apartemennya.

Devi hanya mengikuti Lisa dengan bingung, 'memangnya ada hubungannya dengan tampil cantik dan anak akan cepat jadi?' batin Devi tidak mengerti.

Lisa termasuk perempuan yang begitu baik menurut Devi. Berjam-jam tubuh Devi di pijat dan didandani secantik mungkin hingga tanpa sadar waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam dan mereka pun kembali ke Apartemen.

"Kamu cantik banget Devi, Mas Juan pasti suka." Ungkap Lisa.

"Mba Lisa--"

"Ah aku aku harus pergi, sebentar lagi Mas Juan pasti kesini... Besok pagi aku akan datang lagi." Lisa pun memotong ucapan Devi dan segera keluar dari kamar Apartemen meninggalkan Devi seorang diri di kamar Apartemen itu.

Devi menghela napas, ia mengusap perutnya yang lapar... Ia tadi sebenarnya hanya ingin mengatakan pada Lisa bila ia lapar. Devi ingat, ia terakhir makan itu tadi pagi dan ini sudah malam. Devi sudah melewatkan waktu makan siang dan malam pun sepertinya dia harus kembali melewatkan waktu makan malam.

"Sabar ya perut." Gumam Devi pelan saat para cacing di perutnya pada demo minta makan dengan berbunyi-bunyi terus.

Klik!

Bunyi pintu Apartemen terbuka dari luar membuat Devi menatap asal suara, dari tadi ia hanya duduk di sofa sembari menunggu Juan dan kini pria itu sudah datang. Apa yang harus Devi lakukan?

Hal itu membuat Devi kebingungan sendiri.

"Kamu sendiri?" Tanya Juan saat melihat hanya ada Devi di sofa.

Devi mengangguk, "ya." Balasnya lirih.

"Lisa yang makeup kamu?" Tanya Juan lagi karena Devi hanya menatapnya dalam diam.

Lagi, Devi kembali mengangguk. Yah walaupun sebenarnya yang makeup adalah orang salon, tapi kan semua ini kemauan Lisa.

"Kamu sudah mandi?" Tanya Juan lagi.

Lagi, Devi mengangguk.

Juan mengerutkan dahi, "kamu tidak bisu kan?"

Kali ini Devi menggelengkan kepalanya.

"Kalau begitu biasakan balas ucapanku, bukan cuma mengangguk dan menggelengkan kepala saja!" Kata Juan.

Devi mengangguk, "eh, Iya."

Juan menghela napasnya, "ya udah aku mau mandi dulu. Kamu tunggu di kamar saja." Ucap Juan lalu melangkah ke kamar mandi.

Devi tau apa yang Juan maksud dengan menunggunya di kamar, malam ini adalah malam pengantin mereka dan hal itu sudah pasti membuat jantung Devi berdegup kencang.

Walaupun ini hanya pernikahan kontrak, tapi semua dilakukan layaknya suami istri sungguhan. Tentu saja! Jika tidak bagaimana mereka bisa punya anak?!

Devi duduk di kasur dengan gelisah, ia gugup dan bingung dengan apa yang harus dia lakukan nanti saat Juan masuk.

Haruskah dia yang mulai duluan?

Atau hanya duduk diam dan biarkan Juan yang memulai semua itu?

Banyak pertanyaan yang berputar di otaknya, hingga pintu kamar yang terbuka membuatnya shock karena melihat Juan masuk hanya menggunakan handuk putih sepinggang.

"Kita belum mulai, tapi kamu sudah keluar air liur."

Bersambung.

Terimakasih sudah mampir membaca jangan lupa untuk subscribe dan berikan love-nya untuk part ini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status