Share

Bab 08 Maaf Devi Sudah Berbohong Nek

Pagi harinya, Devi bangun begitu pagi dan langsung membereskan seprei yang berantakan. Takut Lisa keburu datang dan bertanya-tanya bagaimana cara tidurnya sampai seprei bisa sebentar akankah itu.

Setelah membereskan tempat tidur, Devi pun langsung mandi. Baru saja selesai mandi, Lisa sudah datang ke kamarnya seperti biasa.

"Mba Lisa." Sapa Devi dengan senyuman seperti hari biasa.

Lisa pun balas tersenyum, namun kali ini tidak selebar biasanya. "Kamu sudah mandi, mau kemana?"

"Em itu kan kemarin aku sudah izin sama Mba Lisa kalau hari ini aku mau ke rumah sakit..."

Ya, Devi sudah mengatakan pada Lisa bahwa dia memiliki seorang Nenek yang tengah sakit dan dirawat di rumah sakit. 

"Aku akan menemani kamu." Ucap Lisa.

"Tapi---"

"Tidak ada tapi-tapian, aku tidak mau kalau sampai kamu ceroboh dan membahayakan anakku nanti." Potong Lisa.

Devi mendesah dalam hati. "Baiklah." Ucapnya pasrah.

"Aku akan kembali ke kamar dulu, setelah siap aku akan kembali kesini. Kamu tunggu aku ya."

Lisa meninggalkan Devi dan kembali ke kamar untuk membersihkan dirinya. Dia sungguh tidak bisa membiarkan Devi pergi sendirian karena Lisa tidak mau terjadi sesuatu yang buruk dengan kandungan Devi.

"Kamu mau kemana?" Tanya Juan saat melihat Lisa sudah rapi.

Lisa tersenyum lebar sebelum menjawab, "mau menemani Devi bertemu keluarganya."

"Oh..."

Juan pun hanya mengendikkan bahu dan kembali pada aktivitas memakai jasnya.

"Hari ini mungkin aku akan pulang malam, soalnya banyak pekerjaan yang harus aku lakukan." Ucap Juan.

"Mas, kamu itu Bos di Perusahaan kamu sendiri loh.. kenapa sih harus susah payah mengerjakan semuanya sendiri." Ucap Lisa.

"Ya karena aku Boss dan aku tidak mau hanya mengandalkan karyawanku saja... Tidak semua orang bisa di percaya, Lisa." Ungkap Juan.

'Seperti kamu, Mas.' batin Lisa saat mengingat hal yang semalam dia lihat.

Lisa sengaja tidak menanyakan apapun pada Juan, ia hanya berharap bahwa anak mereka cepat lahir dan Devi bisa meninggalkan mereka. Walaupun dalam hati kecilnya, Lisa sangat takut dengan kemungkinan yang akan terjadi nanti.

Lisa dan Juan menikah memang bukan karena Cinta, tapi karena politik. Tapi Lisa sudah mencintai Juan, entah dengan pria itu. Walaupun Juan tidak mencintainya, Lisa tidak akan mau meninggalkan Juan.

Kini Devi, Lisa dan Juan tengah sarapan bersama di meja makan seperti hari biasanya. Tidak ada percakapan, hanya dentingan sendok dan garpu yang terdengar di ruang makan itu.

Setelah selesai sarapan, Juan pamit untuk pergi ke kantor.

Devi tersenyum masam melihat keromantisan Juan dan Lisa di hadapannya, andai dia memiliki orang yang mencintainya...

Seperti yang Lisa katakan, kini perempuan itu menemani Devi pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Nenek Sumi. Pasca operasi seminggu yang lalu, Devi belum pernah mengunjungi Neneknya lagi. Padahal dia sangat ingin menemani sang Nenek setiap hari, tapi apalah daya.

"Nenek sudah makan?" Tanya Devi.

Nenek Sumi yang saat ini tengah berbaring di atas kasur rumah sakit itu tersenyum menatap cucunya yang duduk di kursi sebelah tempat tidurnya.

"Tentu saja sudah, apa kamu sudah makan?" Tanya Nenek Sumi balik.

"Sudah... Maaf ya Nek kalau akhir-akhir ini Devi jarang menjenguk Nenek." Ucap Devi sedih.

"Tidak apa-apa sayang, Nenek tau kamu pasti sibuk dengan pekerjaan kamu." Ucap Nenek Sumi.

"Terimakasih karena kamu sudah sangat berusaha keras untuk menyembuhkan Nenek, padahal kamu tidak perlu melakukan ini. Nenek Sudah tua dan---"

"Nenek!" Devi berseru tidak suka dengan ucapan Nenek Sumi.

"Devi... Kamu adalah cucu Nenek yang paling Nenek sayang."

"Devi juga sayang banget sama Nenek." Ucap Devi sembari memeluk tubuh sang Nenek.

"Jangan menangis sayang..."

Nenek Sumi pun menghapus air mata Devi dengan sayang.

"Kalau seandainya Nenek sudah pergi--"

"Nenek bicara apa sih!"

Dengan kesal Devi memotong ucapan sang Nenek.

Nenek Sumi tetap tersenyum lebar, "Devi, dengarkan Nenek."

Perempuan tua itu berkata lembut sembari mengusap kepala Devi dengan penuh kasih sayang.

"Nenek ini sudah tua dan tidak tau kapan yang kuasa akan memanggil Nenek... Jika suatu saat itu terjadi, carilah Ibu atau Ayahmu." Ujar Nenek Sumi yang merasa dirinya sudah akan kembali ke rumah sang pencipta.

"Untuk apa aku mencari mereka? Mereka saja tidak ada yang peduli denganku."

Dengan mata penuh air mata, Devi berujar dengan kesal. Setiap kali sang Nenek menyinggung Ibu dan Ayahnya, Devi tidak suka itu.

"Devi, jangan begitu... Bagaimana pun mereka keluargamu."

"Sudahlah Nek, aku tidak mau membahas tentang mereka lagi." Ucap Devi sembari mengusap air matanya.

Nenek Sumi tau, Devi marah pada kedua orangtuanya yang memilih bercerai saat ia masih kecil dan meninggalkan Devi bersamanya. Tapi bagaimana pun setelah ia tiada, merekalah keluarga yang Devi punya.

Devi dan Nenek Sumi tengah sibuk dengan pikiran masing-masing saat Lisa masuk kedalam ruang rawat Nenek Sumi dengan beberapa kantong plastik di tangannya.

"Selamat siang Nenek." Sapa Lisa dengan senyuman ramahnya.

"Maaf kamu siapa ya?" Tanya Nenek Sumi bingung.

"Em Nek, dia--" Devi menjeda ucapannya karena bingung bagaimana memperkenalkan Lisa pada Nenek Sumi.

"Saya temannya Devi, Nek." Ucap Lisa.

"Bukankah temanmu itu yang sering datang kesini setiap hari itu, siapa namanya Sesa?" Tanya Nenek Sumi. Ya, setiap hari Sesa memang menyempatkan diri untuk datang ke rumah sakit untuk menggantikan Devi.

Lisa meletakkan kantong plastik itu di sofa dan mendekati Nenek Sumi. "Maaf kalau Saya baru bisa menjenguk Nenek, nama Saya Lisa." Ucap Lisa sembari mencium punggung tangan Nenek Sumi.

Nenek Sumi tersenyum, "terimakasih sudah berkunjung kesini."

"Ah iya, Saya membawakan makan siang untuk Nenek dan Devi... Kalian pasti sudah lapar kan?"

"Kamu baik sekali, seharusnya tidak perlu repot-repot membawa makanan segala."

"Tidak repot kok Nek, kebetulan tadi sebelum sampai kesini saya melihat restoran jadi saya mampir."

Devi tau bahwa Lisa sudah pasti bohong akan hal itu, karena sejak tadi perempuan itu menunggunya diluar ruangan sang Nenek.

"Ya sudah kalau begitu Lisa pamit dulu ya Nek, jangan lupa dimakan makanannya... Semoga Nenek cepat sembuh."

Lisa pun keluar dari ruang rawat Nenek Sumi.

"Teman kamu itu baik sekali, pakai bawain kita makan siang segala." Ucap Nenek Sumi.

Devi bangkit dari tempat duduknya dan mengambil kantong plastik itu... "Dia memang sangat baik Nek."

"Apa dia temanmu di tempat kerja?" Tanya Nenek Sumi.

Devi menatap Neneknya lalu hanya bisa mengangguk pelan.

'Maafkan Devi Nek, Devi terpaksa berbohong... Devi tidak mungkin berkata jujur siapa Mba Lisa itu sebenarnya.' batin Lisa sedih.

Bersambung.

Terimakasih sudah mampir membaca cerita 'Kawin Kontrak'

Jangan lupa untuk subscribe dan berikan love untuk bab ini yah ;)

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status