Share

Kawin kontrak
Kawin kontrak
Penulis: Raraanos

Bab 01 Cek kesehatan.

Kawin kontrak

Bab 1, Cek kesehatan

"Kamu yakin mau melakukan kawin kontrak ini?"

Devi mengangguk tanpa ragu sekali pun, ia sudah memikirkan matang-matang bahwa ia akan melakukan apa pun itu untuk kesembuhan neneknya yang saat ini tengah sakit. Nenek Sumi adalah satu-satunya keluarga yang dia miliki, ah maksudnya satu-satunya keluarga yang masih peduli dengan Devi. Karena semenjak Ibu dan Ayahnya bercerai, hanya Nenek Sumilah yang peduli dan merawat Devi.

"Tapi Dev, kamu itu belum berpengalaman loh..."

Devi tersenyum masam menatap temannya yang dia kenal beberapa bulan yang lalu itu. Dia tau maksud dari temannya itu, tapi dia sudah putus asa lantaran susahnya mencari pekerjaan dengan modal ijazah SMA.

Devi menghela napas, tidak apalah ia mengorbankan masa depannya untuk orang yang sangat dia sayangi. Menikah dengan orang asing memang bukan perkara mudah, apalagi hanya menikah kontrak untuk mendapatkan seorang anak, bila Devi sudah melahirkan anak, maka dia pun harus bercerai dengan orang itu dan meninggalkan anaknya.

Dengan begitu, Devi bisa mendapatkan uang banyak untuk mengobati nenek Sumi.

"Sekali lagi aku tanya sama kamu Devi, kamu benar-benar yakin mau menjalani  pernikahan kontrak ini?"

Devi mengangguk mantap. "Jangan khawatir Sesa, aku yakin aku tidak apa-apa... Lagi pula, dengan begitu aku bisa mendapatkan uang banyak untuk pengobatan Nenek Sumi."

Sesa sebenarnya tidak rela bila teman baiknya itu harus menikah kontrak dengan pria asing untuk melahirkan seorang anak, tapi dia juga tidak bisa membantu banyak karena Devi banyak menolak jika ia memberikan uang. Padahal ia yang telah menawarkan pernikahan itu pada Devi seminggu yang lalu dan kini ia merasa menyesal telah menawarkan pernikahan kontrak itu pada Devi.

Devi tersenyum dan menggenggam tangan Sesa, "walaupun kita belum kenal lama, tapi aku tau kamu beneran baik sama aku... Terimakasih sudah mau berteman denganku."

Sesa menggenggam balik tangan Devi dengan haru, "seharusnya aku yang berterimakasih karena kamu sudah mau berteman dengan perempuan rendahan seperti aku."

Sebelum Devi menyuarakan balasan ucapan Sesa, seorang perempuan menginterupsinya dengan ikut gabung bersama mereka.

Saat ini mereka memang tengah berada di sebuah cafe, menunggu perempuan yang baru saja tiba itu.

Devi menjadi gugup saat perempuan yang baru saja tiba itu terus memperhatikannya dengan seksama.

"Maaf kalau aku membuat kalian menunggu lama." Kata perempuan itu.

"Ah tidak kok Mba Lisa, kami juga belum lama sampai." Balas Sesa seraya tersenyum simpul.

Perempuan bernama Lisa itu kini menatap Sesa, membuat Devi bernapas lega.

"Jadi ini perempuan yang kamu maksud?" Tanya Lisa langsung pada intinya.

Sesa menatap Devi lalu kembali lagi menatap Lisa. "Ya, ini temanku. Namanya Devi, umurnya baru dua puluh tahun... Di jamin dia masih ting-ting Mba."

Lisa menatap Devi, "kamu yakin cuma mau uang dari pernikahan kontrak ini kan? Aku tidak mau nanti kamu berubah pikiran dan tidak mau meninggalkan kami saat kamu telah memiliki anak!"

Devi mengangguk. "Ya, aku hanya ingin uang."

Lisa mengangguk, "oke... Kalau begitu kita harus ke rumah sakit sekarang agar proses pernikahan kontrak ini bisa cepat dilakukan... Aku tidak sabar untuk memiliki anak."

Devi pun mengikuti Lisa pergi ke rumah sakit untuk mengecek kesehatannya, hanya berdua, tanpa Sesa. Sesa pun sudah mengatakan padanya bahwa orang yang akan menikah kontrak dengannya adalah suami dari Lisa. Lisa sengaja mencarikan istri kontrak untuk suaminya untuk mendapatkan anak karena Lisa yang tidak bisa memiliki anak.

Setelah selesai melakukan berbagai pemeriksaan, Lisa mengantarkan Devi pulang ke rumahnya. Nanti jika hasilnya sudah keluar dan semuanya sehat, maka Lisa berkata akan menghubunginya untuk mempersiapkan pernikahan kontrak itu.

"Semoga semua baik dan sehat agar aku bisa mengobati Nenek." Batin Devi dalam hati sebelum akhirnya memejamkan matanya untuk mengistirahatkan tubuhnya yang lelah.

Keesokan harinya, Devi bangun pagi dan langsung pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Neneknya.

Devi tersenyum melihat Nenek Sumi yang tengah sarapan di bantu seorang suster.

"Devi, kamu kesini lagi sayang?" Tanya Nenek Sumi saat melihat Devi melangkah masuk kedalam ruangannya.

Devi mengangguk, "ya Nek, memangnya tidak boleh ya kalau Devi tiap hari kesini?"

"Bukannya tidak boleh sayang, tapi bukankah kamu harus kerja?"

Devi tersenyum masam karena sudah berbohong pada Nenek Sumi bila ia kini sudah memiliki pekerjaan tetap.

"Ah tidak apa-apa kok Nek, kalau cuma sebentar... Bos aku itu baik banget orangnya."

"Sebaik-baiknya Bos, kamu jangan sampai sering bolos ya." Pesan Nenek Sumi yang tidak mau bila sampai Devi dikeluarkan dari pekerjaannya. Ya walaupun dia tidak tau Devi itu bekerja apa.

Devi hanya mengangguk singkat seraya mengembangkan senyuman manisnya.

"Sus, biar saya saja yang menyuapi Nenek." Pinta Devi.

"Jangan Devi, nanti kamu terlambat kerjanya loh." Larang Nenek Sumi.

Devi menggelengkan kepalanya, "tidak kok Nek."

"Jangan lupa di minum obatnya setelah selesai makan ya." Pesan suster itu sebelum keluar dari ruangan Nenek Sumi.

"Suster jangan khawatir, saya pasti akan memastikan Nenek saya minum obat."

Devi pun menggantikan suster tadi untuk menyuapi Nenek Sumi sembari mengobrol banyak hal. Setelah selesai menyuapi Nenek Sumi dan memberikan obatnya, Devi pun pamit pergi. Walaupun ia sebenarnya masih ingin menemani Neneknya.

Siang harinya Devi mendapatkan kabar dari Lisa untuk mempersiapkan diri untuk pernikahan kontraknya dengan suami Lisa karena hasil pemeriksaan kesehatannya sudah keluar dan hasilnya semua baik dan sehat.

..

Terimakasih sudah mampir membaca, jangan lupa bagi subscribe dan love-nya yah...

Kawin kontrak

Bab 1, Cek kesehatan

"Kamu yakin mau melakukan kawin kontrak ini?"

Devi mengangguk tanpa ragu sekalipun, ia sudah memikirkan matang-matang bahwa ia akan melakukan apapun itu untuk kesembuhan neneknya yang saat ini tengah sakit. Nenek Sumi adalah satu-satunya keluarga yang dia miliki, ah maksudnya satu-satunya keluarga yang masih peduli dengan Devi. Karena semenjak Ibu dan Ayahnya bercerai, hanya Nenek Sumi-lah yang peduli dan merawat Devi.

"Tapi Dev, kamu itu belum berpengalaman loh..."

Devi tersenyum masam menatap temannya yang dia kenal beberapa bulan yang lalu itu. Dia tau maksud dari temannya itu, tapi dia sudah putus asa lantaran susahnya mencari pekerjaan dengan modal ijazah SMA.

Devi menghela napas, tidak apalah ia mengorbankan masa depannya untuk orang yang sangat dia sayangi. Menikah dengan orang asing memang bukan perkara mudah, apalagi hanya menikah kontrak untuk mendapatkan seorang anak, bila Devi sudah melahirkan anak, maka dia pun harus bercerai dengan orang itu dan meninggalkan anaknya.

Dengan begitu, Devi bisa mendapatkan uang banyak untuk mengobati nenek Sumi.

"Sekali lagi aku tanya sama kamu Devi, kamu benar-benar yakin mau menjalani  pernikahan kontrak ini?"

Devi mengangguk mantap. "Jangan khawatir Sesa, aku yakin aku tidak apa-apa... Lagi pula, dengan begitu aku bisa mendapatkan uang banyak untuk pengobatan Nenek Sumi."

Sesa sebenarnya tidak rela bila teman baiknya itu harus menikah kontrak dengan pria asing untuk melahirkan seorang anak, tapi dia juga tidak bisa membantu banyak karena Devi banyak menolak jika ia memberikan uang. Padahal ia yang telah menawarkan pernikahan itu pada Devi seminggu yang lalu dan kini ia merasa menyesal telah menawarkan pernikahan kontrak itu pada Devi.

Devi tersenyum dan menggenggam tangan Sesa, "walaupun kita belum kenal lama, tapi aku tau kamu beneran baik sama aku... Terimakasih sudah mau berteman denganku."

Sesa menggenggam balik tangan Devi dengan haru, "seharusnya aku yang berterimakasih karena kamu sudah mau berteman dengan perempuan rendahan seperti aku."

Sebelum Devi menyuarakan balasan ucapan Sesa, seorang perempuan menginterupsinya dengan ikut gabung bersama mereka.

Saat ini mereka memang tengah berada di sebuah cafe, menunggu perempuan yang baru saja tiba itu.

Devi menjadi gugup saat perempuan yang baru saja tiba itu terus memperhatikannya dengan seksama.

"Maaf kalau aku membuat kalian menunggu lama." Kata perempuan itu.

"Ah tidak kok Mba Lisa, kami juga belum lama sampai." Balas Sesa seraya tersenyum simpul.

Perempuan bernama Lisa itu kini menatap Sesa, membuat Devi bernapas lega.

"Jadi ini perempuan yang kamu maksud?" Tanya Lisa langsung pada intinya.

Sesa menatap Devi lalu kembali lagi menatap Lisa. "Ya, ini temanku. Namanya Devi, umurnya baru dua puluh tahun... Di jamin dia masih ting-ting Mba."

Lisa menatap Devi, "kamu yakin cuma mau uang dari pernikahan kontrak ini kan? Aku tidak mau nanti kamu berubah pikiran dan tidak mau meninggalkan kami saat kamu telah memiliki anak!"

Devi mengangguk. "Ya, aku hanya ingin uang."

Lisa mengangguk, "oke... Kalau begitu kita harus ke rumah sakit sekarang agar proses pernikahan kontrak ini bisa cepat dilakukan... Aku tidak sabar untuk memiliki anak."

Devi pun mengikuti Lisa pergi ke rumah sakit untuk mengecek kesehatannya, hanya berdua, tanpa Sesa. Sesa pun sudah mengatakan padanya bahwa orang yang akan menikah kontrak dengannya adalah suami dari Lisa. Lisa sengaja mencarikan istri kontrak untuk suaminya untuk mendapatkan anak karena Lisa yang tidak bisa memiliki anak.

Setelah selesai melakukan berbagai pemeriksaan, Lisa mengantarkan Devi pulang ke rumahnya. Nanti jika hasilnya sudah keluar dan semuanya sehat, maka Lisa berkata akan menghubunginya untuk mempersiapkan pernikahan kontrak itu.

"Semoga semua baik dan sehat agar aku bisa mengobati Nenek." Batin Devi dalam hati sebelum akhirnya memejamkan matanya untuk mengistirahatkan tubuhnya yang lelah.

Keesokan harinya, Devi bangun pagi dan langsung pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Neneknya.

Devi tersenyum melihat Nenek Sumi yang tengah sarapan di bantu seorang suster.

"Devi, kamu kesini lagi sayang?" Tanya Nenek Sumi saat melihat Devi melangkah masuk kedalam ruangannya.

Devi mengangguk, "ya Nek, memangnya tidak boleh ya kalau Devi tiap hari kesini?"

"Bukannya tidak boleh sayang, tapi bukankah kamu harus kerja?"

Devi tersenyum masam karena sudah berbohong pada Nenek Sumi bila ia kini sudah memiliki pekerjaan tetap.

"Ah tidak apa-apa kok Nek, kalau cuma sebentar... Bos aku itu baik banget orangnya."

"Sebaik-baiknya Bos, kamu jangan sampai sering bolos ya." Pesan Nenek Sumi yang tidak mau bila sampai Devi dikeluarkan dari pekerjaannya. Ya walaupun dia tidak tau Devi itu bekerja apa.

Devi hanya mengangguk singkat seraya mengembangkan senyuman manisnya.

"Sus, biar saya saja yang menyuapi Nenek." Pinta Devi.

"Jangan Devi, nanti kamu terlambat kerjanya loh." Larang Nenek Sumi.

Devi menggelengkan kepalanya, "tidak kok Nek."

"Jangan lupa di minum obatnya setelah selesai makan ya." Pesan suster itu sebelum keluar dari ruangan Nenek Sumi.

"Suster jangan khawatir, saya pasti akan memastikan Nenek saya minum obat."

Devi pun menggantikan suster tadi untuk menyuapi Nenek Sumi sembari mengobrol banyak hal. Setelah selesai menyuapi Nenek Sumi dan memberikan obatnya, Devi pun pamit pergi. Walaupun ia sebenarnya masih ingin menemani Neneknya.

Siang harinya Devi mendapatkan kabar dari Lisa untuk mempersiapkan diri untuk pernikahan kontraknya dengan suami Lisa karena hasil pemeriksaan kesehatannya sudah keluar dan hasilnya semua baik dan sehat.

..

Terimakasih sudah mampir membaca, jangan lupa bagi subscribe dan love-nya yah...

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status