David melihat bibi Dasy lagi, " bagaimana bi? Bibi bersedia tinggal bersama kami?"
Bibi menghela nafas, "sebelumnya terimakasih tuan. Tapi maaf saya tidak bisa menerima kehormatan ini, rumah yang anda belikan itu sudah lebih dari cukup. Akan sangat mencurigakan bagi para tetangga jika saya pindah lagi dengan begitu cepat"
David terlihat kecewa, "bagaimana denganmu Nathan?" Nathan berpikir sejenak sebelum berkata, "ayah, jika itu yang diinginkan bibi, aku akan ikut dengannya. Aku ingin menjaga bibi lebih lama lagi" David nampak sedih, Nathan pun menghibur ayahnya, "tidak usah sedih ayah, aku akan sering mengunjungi ayah dan ibu" bagi David, kekayaan tidak akan ada gunanya jika tidak dapat bersama keluarga yang lengkap. "Baiklah Nathan, ayah mengerti". Kemudian David mengajak mereka menuju makam Mac.
Sesampainya disana Nathan menyampaikan penyesalannya, "Adik ... Kakak datang. Maaf selama ini kakak tidak tahu jika dirimu sedang berjuang melawan sakit,
"kamu masih memiliki peternakan buaya di kebun binatangmu itu?" Adam segera menjawab, "tentu tuan, saya masih memilikinya" kebun binatang Beethoven Hills hanya sebagai kedok peternakan buaya yang dimiliki Adam. Peternakan tersebut digunakan Adam untuk menyiksa para musuhnya, dan jika Adam mau, maka dia tidak akan sungkan untuk memberikan tubuh mereka kepada para buaya. "Bagus, aku akan membawa beberapa orang kesana untuk kamu kerjakan" Adam langsung mengerti dengan perkataan David, "baik tuan, saya laksanakan!" Nathan yang penasaran bertanya, "ada apa ayah? Kenapa dengan kebun binatang Beethoven Hills?" David tersenyum, " nanti kamu akan mengetahuinya, sekarang aku akan mengantarkan bibi Dasy pulang. Dan kamu ikut dengan Adam!" Nathan mengangguk meskipun masih bingung, "baiklah ayah, bibi hati-hati ya?" Bibi tersenyum, "iya nak, kamu juga. Nanti jika urusan kalian sudah selesai, datanglah kerumah. Bibi akan memasakkan sesuatu yang lezat" Nathan berseru, "tentu saja bi. Aku s
Sebelumnya maaf ya dari author, karena udah delay satu bulan lebih:)Sebelum berhasil menjelaskan, tiba-tiba ada segerombolan orang masuk ke ruangan tersebut. Terlihat beberapa orang yang nampak tak asing bagi Nathan."Manajer?! Apa yang anda lakukan disini?" Manajer itu hanya diam saja dan kemudian berkata, "ini, ini semua salah dia. Dia yang merencanakan semuanya" semua orang menengok ke arah orang yang ditunjuk manajer itu.Nathan terkejut, "Edward? Apa itu kamu?". Adam bertanya "Tuan William, apakah Anda kenal dengannya?" Nathan mengangguk.Edward bingung serta geram, "Tuan? Kenapa kamu memanggil dia tuan? Memang siapa dia?" Kemudian ada sebuah tamparan keras mengenai pipi Edward."Hey bocah, apakah kamu tidak tahu siapa aku? Aku adalah Adam Farrow!" Edward tergagap mendengar itu, kemudian dia baru menyadari jika dia baru saja berbuat kesalahan. "Dan orang yang kau singgung itu adalah tuan muda ku, tuan Nathan William"
Sedangkan itu, ayah dan anak Jhon dan Edward Snowden sedang berada didalam mobil menuju tempat konstruksi bersama anak buah Adam. Sudah tidak harapan untuk keluarga itu karena sikap sembong mereka. Sekarang keluarga itu sudah diambang kehancuran dan anak dan ayah sekarang sedang menuju penderitaan seumur hidup mereka.Setelah itu Nathan berpamitan kepada ayahnya, "ayah jika sudah tidak ada lagi yang aku lakukan aku akan pulang. Bibi pasti sudah menunggu" segera David menyela, "tunggu ayah ikut. Ayah sudah berjanji untuk mencicipi makanan bibi Dasy"Adam ingin mengantar mereka akan tetapi David menolaknya, "tidak perlu repot-repot lagi Adam, aku dan putraku membawa mobil sendiri"Adam bersikeras, "Tapi Tuan, anda adalah orang paling berpengaruh di negara ini, lebih baik jika saya temani, maka tidak akan ada yang berani menyentuh anda!"Nathan mengusulkan, "Bagaimana jika kita pergi bersama-sama!" "Bibi pasti dengan senang hati akan menyam
Lotus House Paradise Dari Beethoven Hills jaraknya tidak terlalu jauh, karena tempat tersebut tepat pada perbatasan provinsi dan berada di pinggiran kota Reymore Vile. Hanya memakan waktu satu sampai dua jam saja perjalanan menggunakan mobil atau bus. Sesampainya di depan rumah bibi Dasy, wajah Adam masih sembab karena menangis, "ayo kita masuk kedalam" ujar Nathan. Didalam rumah bibi Dasy sudah menyambut mereka dengan ramah, "selamat datang, silahkan masuk, aku sudah membuat sup sapi rebus dan udang goreng yang lezat!" Adam tidak ikut masuk malah berdiri didepan pintu seperti penjaga gerbang, "hey, Adam kenapa kamu tidak masuk? Ayo kita makan bersama" ucap David. "Maaf Tuan, sungguh tidak pantas bagi saya untuk makan bersama anda, karena anda adalah lord William dan saya hanyalah semut kecil". David mengerutkan keningnya, "Apakah kamu tidak ingat apa yang dikatakan putraku tadi? Diluar kamu memang begitu tapi ba
Tapi, dengan siapa dia saat ini? Kenapa dia bersama pria gendut paruh baya?"Oh ternyata benar, Nathan si pecundang!"Wajah Nathan berubah menjadi dingin, tiba-tiba pria disebelahnya bertanya, "siapa dia sayang?" Evelyn menjawab, "dia? dia hanya Nathan si pecundang menyedihkan" wajah Nathan semakin dingin, "benarkah itu sayang" Evelyn menyeringai jahat, "tahukah kamu sayang? Dia dulu sewaktu SMA sangat menyedihkan, bahkan dia tidak memiliki uang saku sama sekali, jadi jika dia ingin memiliki satu dolar saja, dia akan mengerjakan PR kami!" Pria itu tertawa begitu juga pengunjung lainnya, "lalu mengapa dia disini?" Kemudian pegawai tadi menghampiri mereka, "maaf tuan Rouge, dia hanya gelandangan yang menumpang AC saja, maafkan kami atas ketidaknyamanan ini"Nathan menjadi kesal, "hey apa-apaan ini, aku kesini hanya ingin membeli ponsel tidak ada keperluan lainnya lagi, selain itu aku juga hanya ingin menyapa teman lamaku, kenapa kamu mengungkit
Setelah itu Kayla menunjukkan sebuah ponsel keluaran terbaru seharga duabelas ribu dolar. Kemudian terdengar suara pria gendut tadi, itu adalah Ryan, "haha, lucu sekali! Sepertinya dia akan berusaha membodohi kita dengan berpura-pura membeli sebuah ponsel"Nathan tertawa, "siapa bilang aku hanya membeli satu?" Kemudian Nathan mengisyaratkan kepada Kayla untuk membungkus kan dua ponsel seharga dua belas ribu dolar itu, "totalnya dua puluh empat ribu dolar tuan!" Ucap Kayla"Baiklah" ucap Nathan sambil mengambil dompetnya, " ngomong-ngomong dimana atasan kalian?"Kayla menjawab, " atasan kami pagi hari ini, kebetulan sedang ada acara keluar kota. Jadi hari ini gerai sedikit kewalahan tuan" mendengar jawaban lugu Kayla, Nathan. Merasa lega, karena selama mereka ribut tadi seperti tidak ada manajer atau pemilik gerai yang melerai.Kemudian Nathan memberikan black-card Platinum kepada Kayla, "dua puluh empat ribu kan? Pakai ini" karena Kayla
Evelyn menggertak, "iya! Memang kamu itu miskin. Tapi sekarang kamu sepertinya memiliki banyak uang! Darimana kamu mendapatkan uang sebanyak itu?"Nathan mencibir, "bukan urusanmu dari mana aku memiliki uang yang banyak, karena itu milikku!" Ryan mulai kesal, kemudian dengan paksa Ryan mengambil dompet Nathan, "ini dia yang aku cari!" Evelyn nampak sumringah, Nathan sebaliknya. Wajah Nathan memerah karena marah. Kemudian karena Nathan memiliki kemampuan karate tanpa basa basi dia menendang Ryan hingga tersungkur,"Sialan! Mengapa kamu menyerangku dari belakang? Jika berani ayo kita bergulat" kemudian mereka berdua baku hantam.Karena Ryan memiliki tubuh yang gemuk, ia menggunakan tubuhnya untuk menindih Nathan. "Bagaimana sialan? Sekarang kartu ini milikku! Cepat berikan sandinya atau aku tidak akan melepaskan mu!"Nathan yang ditindih menjawab dengan Ter engah-engah, "ti-tidak akan!!""Berani ya kamu!" Kemudian Ryan mulai menekan
Kemudian pengawal Adam menyeret pegawai itu masuk kedalam, pegawai itu telah menyinggung tuan mudanya tadi. Sedangkan Evelyn terus memarahi Ryan, "dasar wanita jalang, ini semua sebenarnya salah mu, jika kamu tadi tidak menjelek-jelekkannya , pasti kejadiannya tak akan begini!" Ryan menunjuk kearah Evelyn. "Kenapa kamu malah menyalahkan aku? Kamu sendiri yang mengambil dompet itu kan?" Evelyn emosi. Kemudian Nathan teringat. "Oh ya itu dompetku! Kembalikan!!" Setelah itu Adam mengambil dompet yang masih dipegang Ryan secara paksa. "Dasar sialan, ini dompet tuan muda!" Kemudian Ryan gemetar, dia baru sadar kembali setelahnya. Adam mengembalikan dompet Nathan, " ini dompet anda tuan muda" "Terimakasih Adam, dan apakah kamu bisa mengurus mereka? Lenyapkan saja dari dunia ini seperti yang mereka katakan kepadaku tadi" mereka bertiga seperti tersambar petir disiang hari, tak disangka Nathan masih mengi