Share

Bab 9

Seketika suasana menjadi hening, semua orang terdiam. Dan akhirnya penjaga menunjuk orang yang berbicara dengannya tadi, "maaf tuan William, itu orangnya".

Semua orang terkejut ternyata tuan besar yang dimaksud adalah Tuan William. Orang yang seharusnya sama sekali tidak boleh disinggung, apalagi oleh mereka yang hanya rakyat kecil. Tuan William tidak akan melepaskan mereka begitu saja.

"Jadi kamu tau siapa dalang penyerangan putraku?" Putranya? Apa benar Nathan yang terlihat menyedihkan itu adalah putra dari konglomerat terkaya diseluruh provinsi? Tidak mungkin... Itu mustahil ... 

Tapi apa yang mereka dengar adalah yang mereka serang adalah putra dari tuan William. Jadi benar Nathan adalah pewaris keluarga William. Sungguh kesalahan yang fatal. "Cepat katakan siapa dia ...?!" David jadi tidak sabaran. Orang itu pun tergagap "ba ... baik tuan. Jadi sebelum kami di beritahu bahwa kami di PHK massal. Saya tidak sengaja mendengar percakapan dari manajer perusahaan kami." "Dia bilang kalau dirinya malu karena video tersebut tersebar keseluruh provinsi dengan begitu cepat. Dan didalamnya terdapat wajah anaknya. Dan dia menyalahkan Nathan. Maksud saya tuan muda. Dan dia merencanakan kepada kami setelah kami diphk massal, masing-masing dari kami akan mendapatkan dua puluh ribu dollar, jika kami bisa membawanya hidup-hidup dan lima puluh ribu dolar untuk kepalanya"

Plakk!! 

Tamparan keras mengenai pipi orang itu.

"Apa kamu gila!! Demi uang rela membunuh teman?" David marah dan menengok kearah penjaga. 

"Buat mereka semua lumpuh, aku ingin kalian menghancurkan lutut mereka agar mereka tidak dapat berjalan sama sekali. Dan mereka akan menjadi sampah yang sebenarnya" semua orang menggigil ketakutan, akan tetapi tidak ada yang berani untuk melawan. " Dan buat mereka tutup mulut tentang kejadian ini. Jika ada yang membeberkan ini. Cari orang itu dan bunuh ditempat" "baik tuan!"   Tidak disangka, tuan William bisa begitu kejam, demi anaknya semua akan dilakukannya. Setelah pergi dari tempat itu, David mendengar suara erangan kesakitan dibarengi dengan suara pukulan yang teramat keras. 

Nathan sama sekali tidak mengetahui kejadian hari ini, karena dia sedang memulihkan kesehatannya. 

***

Setelah merasa dirinya sudah sembuh, Nathan akhirnya berjalan keluar dari kamarnya, didepan kamar itu terdapat lorong yang panjang dan luas. Nathan hanya bisa kebingungan. "Ini rumah atau istana sih. Besar sekali" gumam Nathan 

"Selamat pagi tuan muda, sepertinya anda sudah sehat?" Nathan terkejut tiba-tiba ada pelayanan yang menyapanya "astaga. Anda membuat aku terkejut, tentu saja aku sudah sehat"  pelayan tersebut terkekeh "apakah anda mencari ayah anda?" Nathan mengangguk "benar, anda tahu dimana ayahku?" 

"Beliau sedang berada di halaman belakang, sedang berjemur" Nathan tertawa kemudian berbicara, "sore hari sedang berjemur? Lucu sekali ayahku ini. Baiklah tunjukkan jalannya" pelayan tersebut tersenyum "lewat sini tuan." Kemudian Nathan mengikuti pelayan tersebut.

Sesampainya dihalaman belakang, Nathan melihat ayahnya sedang berjemur diatas kolam renang pribadi menggunakan balonbed, "ayah, apa yang sedang ayah lakukan" melihat anaknya sudah bangun dia tertawa kecil "kamu sudah sehat Nathan? Ayah sedang bersantai disini, enak sekali. Kemari lah dan bergabung dengan ayah" 

Nathan menjawab, "benar ayah, aku sudah sehat. dan untuk apa berjemur disore hari? Aku hanya ingin mengunjungi makam saudara kembar ku ayah. Selama aku disini aku belum pernah mengunjunginya." Mendengar itu David tersentuh. "Tentu saja aku akan mengantarmu. Tunggu ayah akan bersiap-siap" "baiklah ayah". Nathan menunggu ayahnya di ruang tamu yang megah sekali. Sial! Rumah ini memang seperti istana. Ruang tamunya saja memiliki luas seperti luas rumah orang biasa. 

Beberapa saat kemudian David keluar menggunakan baju hitam tetapi terlihat maskulin. "Wow ayah sangat keren" puji Nathan "sudahlah, tidak usah memuji. Ayo cepat keburu gelap" Nathan menjawab segera "baik, ayo ayah" David mengambil salah satu kunci mobil di belakang ruang tamu. Di sana banyak sekali kunci mobil-mobil mewah. Tapi David mengambil kunci mobil Audi A6 hanya untuk ke makam Mac. Wow sungguh luar biasa. Bahkan hanya untuk mengunjungi makam ia menggunakan mobil sport.

Diperjalanan David bertanya kepada Nathan, "nak, apakah kamu tidak berpikir untuk memiliki mobil?" Nathan menghela nafas dan berkata, " yah, mungkin dulu aku berpikir seperti itu. Tetapi dulu aku belum memiliki uang untuk membeli nya. Sedangkan sekarang. Aku sudah memiliki uang tapi tidak sempat untuk membeli mobil." David terkekeh "jika belum sempat membeli. Ambil saja salah satu mobil di halaman rumah ayah." Nathan menggelengkan kepalanya, "tidak ayah, itu terlalu mencolok" " Hmmp. Kamu ada benarnya juga, lalu kamu ingin bagaimana?"

Nathan tertawa sebelum menjawab, "ayah kan sudah memberi aku black-card platinum, jadi aku akan membeli mobil sendiri tentunya" 

"Lalu, kamu ingin membeli mobil seperti apa?" Nathan berseru, "aku belum tahu ayah. Sebaiknya kita segera ke makam Mac" tiba-tiba Nathan teringat sesuatu, "ayah, bagaimana keadaan bibi Dasy?" David menjawab dengan santai, "oh kamu tenang saja, waktu kamu masih sakit. Aku menyuruh Dylan untuk menemani bibi Dasy, mereka sudah seperti ibu dan anak. Ha ha ha" Nathan ikut tertawa, "syukurlah ayah, aku ingin mengajak bibi mengunjungi paman Stuart ayah?" 

David mengiyakan permintaan Nathan, "baiklah, ayo kita jemput dia" David langsung menggeber Audi A6 nya. 

***

Setelah menjemput bibi Dasy, mereka segera menuju makam Mac dan paman Stuart. Ternyata makam mereka terletak di tempat yang sama. Di Resident of Rest, Makam tersebut terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama yaitu bagian luar. Makam yang digunakan untuk masyarakat umum, seperti paman Stuart. Dan bagian ke dua yaitu bagian dalam. Makam yang digunakan untuk para bangsawan atau para jutawan karena sewa tanah yang mahal. Seperti Mac. 

Mereka mengunjungi makam paman Stuart terlebih dahulu karena berada di bagian luar. Dibatu nisan tertulis Eduardo Stuart. Kenapa Nathan memanggil pamanya dengan nama belakang? Karena lebih mudah menyebutnya dan tidak bertele-tele, dan tentunya karena Nathan sangat menghormati pamanya.

Bibi Dasy menangis disebelah makam suaminya, "suamiku ... Kenapa waktu berjalan cukup cepat, kenapa kamu meninggalkan aku begitu cepat, aku sekarang merindukanmu. Dan coba tebak, sekarang Nathan sudah bertemu dengan keluarganya lagi. Kuharap kamu juga bahagia dan bangga terhadap Nathan" Nathan menenangkan bibinya. "Bi, terimakasih selama ini telah membesarkan diriku. Belum cukup aku untuk membalas Budi bibi." David menambahkan, "Bi, bagaimana jika bibi ikut tinggal di rumah kami. Agar Nathan mau tinggal bersama kami?" Bibi menghela nafas "maaf tuan saya takut merepotkan Anda"

David melambaikan tangannya, "tidak bi, tidak samasekali, kami malah senang bibi bisa tinggal bersama kami, sebagai rasa terimakasih kami atas bantuan bibi membantu mendidik Nathan" 

Nathan membujuk, " bagaimana bi, apakah bibi bersedia?" 

Bibi Dasy berpikir sebelum menjawab. 

Tiba-tiba ponsel David berdering, 

"Halo tuan, saya berhasil menangkap manajer itu dan beberapa orang yang terlibat", David menjawab "bagus! Tahan mereka dulu, nanti aku dan putraku yang menyelesaikannya" "baik, tuan" Nathan yang dari tadi mendengarkan langsung bertanya, "ada apa ayah? Apa ada sesuatu yang penting" 

Sebelumnya David memerintahkan beberapa anak buahnya untuk menangkap manajer itu, dia berpikir akan memberikan pelajaran untuknya.

"Nanti saja, kamu akan mengetahuinya nanti, setelah kita mengunjungi saudaramu"

Nathan sedikit kecewa, " baiklah ayah"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status